Gaun merah darah melekat di tubuh Mortas, rambut pirangnya di sanggul sasak, lipstik dengan warna senada melekat di bibirnya, kening gadis itu di tutupi renda yang labuh sampai ke tengah batang hidungnya. Ia berjalan sambil sesekali melompat. Gadis itu tengah menuju kediaman Claude.
Senandung yang di gumamkan Mortas mengiringi tebasan kecil pisaunya pada rumput liar yang tumbuh di sepanjang jalan.
"...Claude!" Seru gadis itu ketika ia sampai di halaman rumah Claude, senyum sumringah terpasang di wajah Mortas. "Claude!" serunya lagi sambil mengetuk pintu dengan nada agak keras. Beberapa menit terlewat sebelum pintu yang terus di ketuk Mortas itu terbuka. Wajah terganggu milik Claude segera menyambutnya.
"Hai..." sapa Mortas.
Claude sempat menoleh kebelekang sebelum ia menjawab sapaan Mortas, "kenapa? Ada siapa di rumah---" Mortas hendak masuk, namun cepat Claude mendorong tubuh gadis tersebut untuk menjauh. "Kenapa kau kemari? Dan kenapa kau menggunakan gaun itu?"
Mortas tersenyum, "aku ingin minta tolong." Jawabnya langsung,
Claude tak menjawab, ia menatap Mortas dengan seksama, "apa itu?" ucapnya kemudian. Mortas melebarkan senyumannya, "aku ingin kau mengantarku ke kota ...." seketika alis Claude bertaut saat ia mendengar permintaan Mortas, "aku tidak punya waktu... lagipula, apa yang ingin kau lakukan di sana?"
"Aku ingin bertemu Oris! Aku menunggu di rumahnya tapi dia tak kunjung datang, jadi tolong bawa aku ...."
"Tidak bisa." Tolak Claude langsung.
"Kenapa tidak?"
Claude menatap Mortas dengan tatapan intimidasi, "karena aku tidak tahu di mana tempat tinggalnya."
ISTDHari sudah gelap saat Oris tiba di tempat tinggalnya. Pria itu berjalan menyusuri koridor, hal pertama yang ingin di pastikan saat sampai di rumah adalah keberadaan Jasmine.
Langkah Oris terhenti tepat di hadapan pintu kamar tempat Jasmine tidur, ia menatap isi dalam ruangan lewat pintu yang sedari tadi sudah terbuka lebar, Oris bergeming saat tak menemukan sosok Jasmine di dalam sana, beberapa saat berlalu sebelum Oris berjalan menyusuri koridor dengan senyap, matanya tampak memperhatikan setiap sudut ruangan yang sama sekali tak mewujudkan sosok Jasmine.
Menghabiskan waktu setengah jam, Oris menghela nafas dalam lalu tersenyum miring. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar lalu masuk ke mobil tanpa bicara sepatah katapun.
ISTD
Halte Bus mulai ramai seiring hujan yang tiba-tiba turun. Di kursi paling pojok, duduk Jasmine seorang diri dengan ekspresi gelisah, ia tidak tahu bagaimana caranya ia bisa sampai di sana setelah berinisiatif mencari keberadaan Oris dua jam yang lalu. Gadis itu ingin pulang, namun sayangnya ia tersesat, tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa dan menunggu kedatangan Oris walau itu hampir mustahil.
Sesekali Jasmine menatap orang-orang yang berada di depannya, jantung gadis itu berdebar takut karena mengkhawatirkan kalau saja kejadian saat pertama kali ia bertemu Deron akan terulang. Jasmine sedikit bergerak ke tepi saat merasakan seseorang duduk tepat di sampingnya, ia menghiraukan orang tersebut dan tetap dengan tindakannya yang memainkan ujung kuku.
"Kau mau kemana?"
Seketika Jasmine menoleh kearah sampingnya saat mendengar suara berat bernada datar yang setiap hari di dengarnya. Jasmine tersenyum saat melihat siapa pria perpenampilan rapi yang duduk tak jauh dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I SAW THE DEVIL ✔ (END)
Mistério / SuspenseDreame account : AuthorID "Jasmine ... Jangan kabur dariku kalau kau tidak ingin aku bunuh!" Oris Darel Tristan. ISTD, 15/10-19