31

1.2K 102 3
                                    

Pagi ini Doyeon dan Lucas terlihat canggung di ruang makan. Doyeon hanya tertunduk Sambil memasukkan makanannya ke dalam mulut. Sedangkan Lucas sesekali memperhatikan Doyeon.

“Jangan terlalu dipikirin ucapan gue kemarin.” Lucas membuka percakapan antara mereka.

Doyeon mendongak dan berhenti menyantap sarapannya, “nggak apa-apa.”

“Nggak apa-apa, tapi lo kayak takut sama gue. Nggak kayak biasanya, lo selalu bawel sama gue.”

Cewek ini terdiam. Sebenarnya mamang ia masih canggung. Karena merasa aneh pada hatinya saat Lucas menyatakan perasaan.

“Maaf, gue nggak bisa balas perasaan lo.”

Mendengar itu Lucas terdiam tangannya berhenti menyendok nasi. Doyeon juga diam untuk beberapa saat. Setelah itu cewek ini tergesa-gesa memasang tasnya.

“Gue duluan.” Doyeon berdiri dan mulai melangkah. Namun, saat kakinya melintasi Lucas yang masih duduk, tangannya digenggam oleh cowok itu. Doyeon berhenti, “gue bisa pergi sendiri.”

“Kenapa? Apa karena perjanjian itu?” Doyeon menoleh, ia melihat Lucas mendongak dan menatapnya.

“Gue cinta sama Kak Seongwoo dan kita akan menikah.” Perlahan Doyeon melepas tangan Lucas yang ada di pergelangan tangannya. Setelah itu Doyeon melangkah keluar dari rumah.


•••

“Lucas mana sih?” tanya Mark yang sedang berjalan menyusuri koridor bersama Jungwoo.

“Nggak tahu.”

“Taeyong juga nggak kelihatan. Dua orang itu sama-sama patah hati. Ribet bener percintaannya,” ujar Mark.

Jungwoo hanya mendengarkan keluhan-keluhan Mark sambil memainkan ponsel di tangannya.

“Eh, Woo!” Mark menepuk bahu Jungwoo, “Lo dengar gue nggak sih?”

“Dengar kok,” jawabnya yang masih sibuk bermain game di ponsel.

“Dari pada lo main game sambil jalan begini, terus nabrak mending temenin gue,” ucap Mark berhasil membuat Jungwoo menatapnya.

“Ke mana?” Jungwoo mematikan ponsel dan menyimpan ke dalam saku.

“Ke fakultas pertanian.”

“Ngapain? Mau bercocok taman lo di sana? Kan di situ ada sawah sedikit.”

Mark menoyor kepala Junwoo yang mulutnya asal jeplak saja. Sedangkan Jungwoo memajukan bibirnya sedikit dan menggosok kepala yang tertoyor.

“Gue mau kasih flash disk sepupu yang kemarin gue pinjem. Nggak enak kalau kelamaan di tangan gue.”

“Malas banget gue ke sana. Jauh, sejauh jaraknya aku dan dia.”

“Sok puitis banget lo. Punya gebetan aja nggak. Ayo, temenin gue. Pakai motor gue deh yok. Siapa tahu dapat jodoh di sana. Cewek sana cantik-cantik.” Mark berupaya terus merayu sahabatnya itu.

“Karena lo memaksa. Ya sudah ayo!” Jungwoo berjalan lebih dulu meninggalkan Mark.

•••

Mark dan Jungwoo keluar dari sebuah kelas setelah urusan Mark dan sepupunya itu selesai. Rencananya akan balik ke kelas lagi karena masih ada jam kuliah setelah ini.

“Eh, Mark itu Seulgi ‘kan?” tunjuk Jungwoo yang tidak sengaja melihat cewek bermata sipit itu ada di sekitar koridor.

Mark yang sedang fokus ke jalannya. Menoleh untuk melihat apa yang Jungwoo tunjuk.

“Samperin yuk!”

Kalau dipikir tiap Seulgi mendatangi Taeyong ke gedung fakultasnya ini memakan jarak yang cukup jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Jungwoo hanya malas. Namun, itu tidak terlihat pada Seulgi.

“Buat apa?” tanya Mark.

“Buat nyapa dong. Kita udah jauh-jauh sampai sini masa ketemu Seulgi nggak disapa. Siapa tahu bisa kenalan sama teman yang ada di sebelahnya itu.”

“Ayo, deh. Kasihan gue liat lo jomblo mulu.” Mark mengalah dan mengikuti mau sahabatnya itu.

Seulgi kelihatan asyik berbincang dengan temannya itu di sebuah bangku. Mereka sesekali tertawa dan serius. Entah sedang membicarakan apa.

Namun, saat sedikit lagi langkah mereka sampai. Jungwoo dan Mark sama-sama berhenti. Perkataan Seulgi membuat kedua lelaki ini mematung.

“Tapi lo segila itu ya?” teman Seulgi yang terlihat fanshionable ini mengeleng-geleng pelan.

“Buat cinta apa sih yang nggak bisa gue lakuin. Nyokapnya Jennie aja bego. Percaya aja sama omongan gue. Padahal dia belum pernah ketemu Taeyong. Gue tinggal putar balik fakta. Sudah kelar,” ujar Seulgi membuat temannya itu tertawa.

“Mereka sudah putus?”

Seulgi menggeleng sambil cemberut, “tapi gue pastiin bentar lagi mereka putus. Gue nggak mau mengalah terus. Jennie selalu dapat yang dia mau.”

Gadis dengan mata ber-softlens biru itu tidak sengaja melihat kehadiran Mark dan Jungwoo.

“Ada yang nguping, Gi.” Gadis itu menepuk bahu Seulgi dan membuatnya menoleh.

“Mark, Jungwoo?” gumam Seulgi.

“Lari, Woo!” Mark menarik tangan Jungwoo untuk mengikutinya.

Seulgi nggak tinggal diam. Ia berlari mengejar dua cowok itu. Namun, sayang, Jungwoo dan Mark menaiki motor, lalu Mark menggas motornya. Seulgi kehilangan mereka.

“Lo denger juga ‘kan tadi, Woo?” tanya Mark dengan berteriak karena suaranya diterpa angin.

“Jelas Mark! Kita harus cari Taeyong sekarang juga,” balas Jungwoo.

•••



18 Desember 2019

Musuh kok Menikah? -LUCAS NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang