44

1.2K 116 11
                                    

Doyeon menghentikan taksinya saat sudah sampai di depan rumah berpagar tinggi. Rumah itu adalah tempat tinggalnya dulu bersama Lucas.

Ia membayar taksinya dan turun dari sana. Dengan mata sembabnya gadis ini melangkah mendekati gerbang hitam itu.

Rumahnya tampak sepi. Sepertinya Lucas tidak pernah lagi ke sini. Ketika jari-jarinya menyentuh pagar air matanya kembali meluncur bahkan ia benar-benar meluapkan emosinya.

Doyeon ingat semua perkataan Yoona. Ibunya itu begitu marah saat ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Lucas. Ucapan Yoona terus berputar di kepalanya seperti film. Bahkan kenangan dengan Lucas di rumah ini ikut muncul di kepalanya.

"Maafin gue," ujar Doyeon di dalam isak tangisnya.

Doyeon sangat menyayangkan mengapa perasaannya ini tidak jatuh-sejatuh jatuhnya pada Lucas saja. Walau ia juga tidak tahu perasaan apa yang ada di dirinya saat akan merelakan Lucas untuk tidak jadi miliknya lagi.

Tiba-tiba saja pagar itu bergeser. Doyeon yang menangis segera berhenti. Matanya menangkap sosok Lucas. Ia pikir tadi rumah ini tidak ada orang. Baru saja Doyeon berbalik dan akan meninggalkan tempat itu. Namun, tangannya berhasil ditangkap suaminya ini.

"Lo nangis?" tanya Lucas, ternyata melihat air mata yang berhasil membuat pipi Doyeon basah.

Doyeon menggeleng dan lekas mengusap pipinya. Ia masih dalam posisi membelakangi Lucas.

"Lo jangan bohong! Gue liat lo nangis? Ada apa, Doy? Kenapa lo ke sini? Cerita sama gue!" Lucas melempar pertanyaan cukup banyak.

"Lepasin tangan gue! Gue mau pulang," ucap Doyeon dengan suara seraknya setelah menangis.

"Nggak! Lo harus cerita dulu sama gue." Lucas masih menggenggam erat pergelangan gadis ini.

Doyeon mengerakkan tangannya, "lepasin tangan gue!" namun, ia masih tidak mau menatap Lucas.

Lucas menarik tangan cewek itu dengan kasar. Hingga Doyeon berputar dibuatnya dan menabrak dada bidang itu. Sekarang Lucas dengan jelas bisa melihat mata merah dan sembab milik Doyeon.

"Lo kenapa? Ada yang nyakitin lo? Bilang sama gue siapa orangnya!"

Bukannya menjawab pertanyaan Lucas. Cewek ini memeluk Lucas dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dada Lucas dan menangis tersedu-sedu.

Lucas mengerti, gadis yang ia cintai sekarang ini butuh waktu untuk meluapkan semua emosinya. Cowok ini membalas pelukan itu. Ia mengelus-elus kepala dan punggung Doyeon.




•••




"Ini diminum dulu!" Lucas meletakkan secangkir teh ke atas meja.

Lelaki ini duduk di sebelah Doyeon. Tangannya bergerak meraih kotak tisu. Dengan perhatiannya Lucas menghapus air mata Doyeon yang tersisa di pipi. Namun, cewek ini merebut tisunya dengan cepat.

"Gue bisa sendiri," ucapnya, lalu mengeringkan wajah dari air mata.

"Lo belum cerita sama gue, sebenarnya ada apa?"

"Nggak ada apa-apa," jawabnya sambil menggelengkan kepala.

Lucas menghela napas. Dia melihat teh yang belum disentuh oleh Doyeon. Ia mengambilnya dan mengulurkan ke depan gadis yang menundukkan wajahnya itu.

"Minum dulu biar tenang." Doyeon mendongak. Kedua matanya yang masih sembab menatap wajah Lucas. Cowok itu mengangguk untuk meyakinkan Doyeon.

Dengan perlahan Doyeon akhirnya mengambil cangkir itu dan mendeguk tehnya sedikit. Setelahnya Lucas mambantu meletakkan lagi ke meja.

Musuh kok Menikah? -LUCAS NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang