37

1.1K 90 2
                                    

Suara dari alat pendeteksi detak jantung mendominasi ruangan dingin dan sepi itu. Sudah dua jam Minho meratapi istrinya yang terpejam. Dengan dibalut baju khusus dari rumah sakit pria itu duduk terdiam berharap istrinya cepat sadar.

“Aku datang. Apa kamu nggak mau menyambutku?” tanya Minho dengan suara parau.

“Maaf, aku sedikit terlambat karena ada urusan di kantor. Bukan kamu tak penting ini memang nggak bisa ditinggalkan. Aku tahu kamu pasti paham. Kamu istriku yang paling pengertian.”

Minho cepat menunduk air matanya jatuh begitu saja. Ia usap pipi yang basah. Ia tidak ingin Sulli melihatnya menangis.

“Aku nggak menangis.” Pria itu mendongakkan kepala agar air mata tidak mengalir lagi, “ini hanya kelilipan.”

Tanpa Minho sadari Sulli membuka matanya. Ia menoleh pada sang suami dan mengerak-gerkaan jari-jarinya. Minho yang sadar tangan istri bergerak cepat menatap Sulli. Ia terkejut sekaligus gembira.

“Sayang, akhirnya kamu sadar juga.” Minho mendekati istrinya dan mengelus-elus kepala Sulli, “kamu tahu, kata Lucas kamu sudah tidur selama 2 hari. Lama sekali itu. Apa tubuhmu nggak merasakan pegal?”

Sulli tersenyum tipis dari balik alat bantu pernapasannya. Tangannya bergerak menyentuh pipi Minho.

“Aku sayang kamu.”

“Kamu pikir aku juga tidak sayang begitu?” tanya Minho lagi membuat senyum Sulli lebih lebar.

“Lu-Lucas?” dengan susah payah Sulli menanyakan putranya.

“Kamu mau bertemu Lucas?”
Sulli menganggukkan pelan kepalanya. Minho berdiri tegak.

“Tunggu aku panggilkan dulu.” Pria itu lekas berjalan keluar dari ruang ICU.

Lucas menolehkan kepala saat mendengar suara pintu terbuka. Ia duduk sendirian di kursi tunggu.

“Ada apa, Pa?” tanya Lucas yang heran melihat Minho keluar.

“Mama mau bertemu denganmu.”

“Mama sudah sadar?” Senyum di bibir cowok itu mengembang. Ia segera masuk dengan penuh semangat.

Sebelum bertemu mamanya ia tidak lupa memakai baju yang sama seperti Minho.

Mata Lucas berbinar melihat mata sang mama kembali terbuka. Sulli juga tersenyum melihat kedatangan sang putra.

“Mama, maafin Lucas. Ini semua gara-gara Lucas.” Seketika cowok itu menangis.

Sulli menurunkan alat bantu pernapasannya agar bisa berbicara dengan bebas.

“Ini bukan salahmu.” Sulli meraih tangan anak semata wayangnya, “Lucas berjanji sama Mama akan tetap bersama Doyeon. Gadis itu sudah cocok untukmu. Mama nggak mau kalian bercerai.”

Lucas tertegun, permintaan sang mama terlalu berat untuk dituruti. Mana mau Doyeon untuk tetap menjadi istrinya.

“Kamu bakal nurunitin wasiat Mama ini ‘kan?” Sulli menatap sayu ke arah Lucas.

Minho yang mendengar itu cepat menyentuh kaki wanita ini, “kamu nggak boleh bilang seperti itu sayang.”

Sulli menatap Minho tanpa membantahnya, lalu ia melihat ke Lucas kembali.

“Mama nggak mau kalian pisah. Tolong turuti ucapan mama ini Lucas. Kamu harus perjuangkan Doyeon. Kalian harus selalu aku walau mama udah nggak ada.”

“Mama nggak boleh ngomong begitu. Umur Mama masih panjang. Mama akan liat cucu Mama.”

“Mama serius Lucas! Aaaa...” tiba-tiba Sulli memegang dadanya.

Musuh kok Menikah? -LUCAS NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang