40

1.2K 95 4
                                    

Lucas berdiri di balkon kamarnya. Dari atas sana ia bisa melihat pemandangan kota. Cowok itu sengaja pindah ke rumah orang tuanya lagi untuk mencari keramaian. Namun, rasanya sama saja. Tetap sepi.

Cowok tinggi ini menghela napas sebelum membuka surat pemberian Doyeon sore tadi. Ia membaca isinya. Di sana tertulis kalau Lucas harus hadir dalam persidangan. Apa ia sanggup pergi untuk melepas orang yang sudah masuk ke hatinya?

Ini terasa lebih berat dari kali pertama menerima Doyeon sebagai istrinya.

Dengan perasaan kesal Lucas merobek-robek surat itu, lalu membuangnya ke bawah sambil berteriak keras.

Ia tertegun dan memegangi kepala dengan tangan bertumpu pada pagar pembatas balkon.

“Gue cinta sama lo, Doy. Apa di hati lo nggak ada perasaan yang sama sedikit aja?”

Tanpa Lucas sadari pintu kamarnya terbuka. Minho masuk ke ruangan itu. Pria yang berumur sudah cukup tua ini masih terlihat tampan di usianya berjalan mendekati sang anak.

Minho menepuk bahu Lucas, “kamu sedang memikirkan Doyeon?”
Lucas menoleh, lalu mengangguk pelan.

“Papa masih membencinya?”

Pria bersyal merah itu menggeleng, “Papa nggak pernah membencinya. Hanya saja Papa kecewa terhadapnya.” Ia menatap lurus ke depan. Memperhatikan lampu-lampu yang jauh di depan.

“Bagaimana pun permintaan Mamamu harus kita turuti. Kamu harus bersatu lagi dengan Doyeon.”

Lucas menurunkan tangannya, “bagaimana caranya? Sedangkan sidang perceraian kita makin dekat.”

“Jangan datang!” Dahi Lucas berkerut, “kamu jangan menghadirinya. Kamu harus fokus untuk menaklukan hati perempuan itu. Jangan hanya bersedih dan berdiam diri di rumah! Cinta itu harus ada usahanya.”

Lucas bergeming menatap sang ayah.


•••


Doyeon melangkahkan sepasang kakinya menuruni anak tangga. Sampai di depan televisi ia melihat sang kakak sedang bermain playstation. Ia hanya memperhatikan lelaki itu dari belakang.

Gadis ini jadi teringat kebiasaannya dengan Lucas yang suka bermain playstation sampai larut malam. Padahal besoknya harus pergi kuliah. Doyeon tersenyum tipis, semua tinggal kenangan.

Yang sebenarnya ia cintai adalah Seongwoo bukan Lucas. Dia selalu meyakinkan hati kecilnya. Tiba-tiba suara mama terdengar.

“Woo, ini kayaknya paket undangan kamu deh.” Yoona berjalan dari pintu masuk rumah hingga ke ruang tengah.

Eunwoo akan menikah sebulan lagi, masih dengan kekasihnya yang lama yaitu Sejeong.

Cowok yang dipanggil itu meninggalkan permainannya untuk sementar. Ia naik duduk di sofa. Bersamaan mereka membuka paket itu.

Doyeon mencoba mendekat dan bergabung dengan kedua orang itu.

“Bagus yang mana, Ma?” tanya Eunwoo.

“Kata mama sih yang ini.” Yoona menunjuk undangan berwarna merah jambu dan memiliki pernak-pernik bunga, “tapi lebih baik kamu diskusi dengan Sejeong saja.”

Eunwoo mengangguk dan masih fokus memilih contoh-contoh undangan yang dikirim dari percetakan.

Terkadang Doyeon iri dengan sang kakak. Lelaki itu bisa menikah dengan orang yang dia cintai dan mendapat restu dari mama-papa. Sedangkan Doyeon dipaksa menikah dengan orang yang tidak ia cintai. Sekarang pun bersama Seongwoo tidak direstui.

“Selamat ya, Kak. Bentar lagi lo mau nikah,” ucap Doyen membuat dua orang itu menoleh.

“Makasih, Dek. Tapi gue masih nunggu panggilan kerja ini. Semoga sebelum acara pernikahan berlangsung gue udah punya kerjaan.”

“Amiinn.”

“Kamu sendiri masih tetap ngotot mau bercerai dengan menantu kesayangan Mama?” tanya Yoona tiba-tiba.

Doyeon tertegun, “iya, Ma. Surat persidangan sudah Doyeon kasih ke Lucas.”

Yoona membanting undangan yang ia pegang ke sofa. Ulahnya membuat Eunwoo terkejut.

“Kamu itu maunya apa? Udah susah Mama dan Papa mencarikan suami yang bebet-bobotnya sudah jelas. Emang pacarmu itu udah tahu gimana asal-usulnya?”

“Belum.” Gadis ini pun jadi ingat kalau Seongwoo belum pernah memperkenalkan dirinya pada keluarga dia, “mau gimana dong, Ma. Doyeon nggak cinta sama Lucas.”

Yoona membenarkan posisi duduknya. Ia fokus menghadap sang putri.

“Selama tinggal bersama kamu juga belum punya perasaan apa-apa sama Lucas?”

Eunwoo ikut penasaran dengan jawaban adiknya. Ia menatap Doyeon dengan serius.

Doyeon menggeleng, “nggak ada.”

“Bukan nggak ada kali, tapi lo-nya nggak peka sama perasaan sendiri.” Eunwoo ikut mengkeritis, “gue aja cuma teman satu sekolah dulu sama Sejeong bisa suka. Masa lo udah serumah dan sekamar nggak cinta juga?”

“Kita nggak sekamar!” bantah Doyeon.

Alis Yoona menaut, “jadi selama ini kalian nggak pernah tidur sekamar?”

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ia keceplosan. Akhirnya Doyeon mengangguk saja.

“Jadi waktu Mama dan mertuamu menginap di sana cuma itulah kalian sekamar?”

Wanita paruh baya itu tidak abis pikir sudah dibohongi anaknya sendiri.

“Maafin Doyeon, Ma.” Doyeon menggenggam kedua tangan Yoona dan menenggelamkan wajahnya di sana, “ini tuh kesepakatan Doyeon sama Lucas. Karena Doyeon nggak mau hamil.”

Yoona menarik tangannya kasar. Doyeon menegakkan kepalanya lagi.
“Kasih tahu lagi apa rahasia dan kesepakatan kalian yang lain?”

Doyeon bergeming.

“Ayo ngomong!” bentak Yoona.

“Sebelum menikah Doyeon dan Lucas buat perjanjian akan bercerai setelah tiga bulan.” Gadis itu terpaksa membongkar semuanya.

Wanita ini menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia berdiri dari duduknya, lalu melangkah menaiki anak tangga menuju kamar.

Eunwoo melihat adiknya yang tertegun itu turut sedih.

“Lo yang sabar ya!” Cowok itu mengusap-usap pundak Doyeon.

Eunwoo membereskan undangannya, kemudian turun ke bawah untuk melanjutkan bermain playstation.


•••

27 maret 2020

Musuh kok Menikah? -LUCAS NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang