Selamat membaca!
Semoga kalian suka dan tertarik.
Jangan lupa Vote and Comen!
Kalau perlu share juga😉.@@@@
"Iya, Yah. Taling dengar."
Seperti biasa, dijam delapan malam waktunya Ayah menelpon Taling. Seakan hal itu menjadi jadwal tersendiri untuk Ayahnya.
"Belajar yang bener! Gak perlu pacaran! Fokus sama kuliahmu. Ayah disini bekerja buat kamu,jangan kecewakan Ayah dan Ibumu."
Sudah berulangkali Ayah mengucapkan nasihat itu hingga Taling pun hafal.
"Iya. Udah, ah, Ayah ,kan, ada jadwal panggung. Nanti telat."
"Ya sudah. Ingat nasihat Ayah!"
"Hafal, Yah. Assalamu'alikum."
"Wa'aikumsalam."
Menghembuskan napasnya perlahan, mendongakan kepala, matanya menatap langit-langit kamar. Tidak ada yang indah hanya saja pikirannya yang membuatnya mau menatap langit-langit ruangan dengan minat.
Taling merasa lelah, bukan tubuhnya tapi hati dan pikirannya. Dan lagi-lagi Reka menjadi objeknya. Sudah hampir 2 tahun mereka berpacaran tetapi hanya sedikit yang dia tahu dari Reka. Kerasnya perlakuan Reka menjadi nilai tambah lengkapnya rasa lelah itu seakan menjadi bumbu penyedap rasa.
Reka terasa membingungkan, segala sikapnya sungguh tidak bisa ditebak, semuanya serba tiba-tiba. Taling begitu ingim lepas dari Reka. Menyudahinya tetapi lagi-lagi rasa butuh itu menjerat lehernya.
Taling butuh Reka. Rasanya mati tanpa Reka. Dia tidak tahu bagaiamana bentuk cinta, rasa cinta atau apapun itu yang berhubungan dengan cinta. Taling hanya gadis desa yang pergi keluar kota untuk menimba ilmu.Reka yang mau menerima dirinya apa adanya, mengerti apa maunya dan Rekalah tempatnya bersandar. Itu yang dia butuhkan. Reka pelindungnya, dimanapun Taling berada Reka selalu tahu. Dengan ataupun tanpa diberitahukan.
Drtt! Drtt!
Handpone diatas meja belajarnya bergetar, nama Reka dengam emoticon iblis terpampang. Reka yang menelponnya.
Taling menggeser tombol hijau dan meletakannya ditelinga."Hallo, Reka!" Nada bicara yang dipaksa untuk selalu antusias.
"Hmmm. Buka pintu!"
Sambungan mati. Sudah biasa Reka menelpkn dan hanya berbicara beberapa kata saja dan selalu perintah yang terucap.
Taling berjalan menuju pintu kamar kosnya dengan perasaan takut. Reka hanya datang ke kos Taling jika dirinya marah besar dan terkadang hanya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Taling takut cengkraman tangan Reka kembali mampir dirahangnya atau mungkin pergelangan tangannya. Cengkraman beberapa hari yang lalu di rooftop saja masih terasa sakit sampai sekarang.Membuka pintu dengan ragu dan dapat dilihatnya Reka berdiri memunggungi pintu yang kemudian menoleh setelah sadar pintu sudah dibuka.
Reka menyodorkan kantung plastik tanpa berbicara apapun. Dan Taling mengernyit tak paham.
"Ambil!" Seru Reka menjawab kebingungan Taling.
"Ini apa, Reka?" Taling mengambil kantung plastik dan melihat isinya. Sedangkan Reka sudah menerobos masuk ke dalam kos Taling, duduk dikursi di depan meja belajar milik Taling.
Taling berjalan mengikuti Reka masuk tanpa menutup pintu -tetangganya tukang gosip kalau kalian ingin tahu- lalu duduk disebelah Reka setelah meletakkan kantung tadi dimeja.
Dengan ragu,Taling membuka pembicaraan, "Reka kesini cuma mau kasih bubur ayam buat Taling?"
Mata Taling bergerak gelisah, kepalanya tertunduk dan jarinya saling bertautan. Taling ketakutan,Reka dapat melihat itu. Ia sadar bahwa dirinya menyumbang banyak rasa takut pada Taling. Itu membuat hatinya bergetar marah pada dirinya sendiri.
Reka sudah memikirkannya beberapa hari ini. Dirinya terus terngiang-ngiamg teriakan Hesa hari itu,yang memintanya untuk bersikap lembut pada Taling dan ini awal dari itu.
Tangan Reka terangkat. Taling menyalahartikan itu, dia berpikir bahwa Reka akan menamparnya atau mungkin mencengkram rambutnya. Tetapi nyatanya belaian lembut dirambut yang dirasanya. Mata Taling yang tadinya terpejam erat mulai terbuka perlahan.
Reka lagi-lagi merasakan ketakutan itu. Dia takut tangannya mampir ke tubuh Taling hanya untuk menyakiti, tidak ada perlindungan yang diberi tangannya.
Tangannya mampu melindungi tubuh Taling dari serang dunia, menghalau semua luka yang mungkin tercipta. Tetapi tanganya juga yang memberi luka tersebut.Reka menarik lembut Taling, membawanya ke dalam dekapannya, "Maaf." Lirih Reka.
Taling mendengarnya. Hatinya terasa bergetar bahagia. Nada suara Reka begitu tulus. Taling menyukai hari ini, kupu-kupu hitam diperutnya yang akan terbang saat takut, kini berubah menjadi kupu-kupu warna-warni yang terbang ketika hatinya berbunga-bunga.
Taling mengangguk antusias dalam dekapan Reka membuat pelukan merwka bertambah erat, mencoba melepas semua sakit itu.
Pada dasarnya, Taling merupakan perempuan dengan hati lemah. Hanya dengan kata maaf semuanya selesai bagi Taling.
@@@@
Vote and comen yaaaa
Mulai coba mengapresiasi karya yang sudah kalian nikmati😉Oh iya! Kalian juga bisa follow ig: @adeeok_watty untuk tahu kapan-kapan aja cerita-cerita author update.
Disana juga ada banyak kata-kata yang mungkin kalian akan suka.Itu akun kepenulisan author kalau ingin follow authornya di ig: @adeeok_
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
RomanceSemua tidaklah sama. Nasibnya berbeda. Pikiran memaksa untuk mengumbar tawa. Hati menekan tangis lara. Bukan pahlawan yang ditunggunya begitu juga pangeran berkuda. Tak ada yang bisa diandalkan karena andil Tuhan terlalu besar dalam kehidupan.