🎭Aku Melihatnya

11 1 2
                                    

Selamat membaca!
Semoga kalian suka dan tertarik.
Jangan lupa VOTE DAN KOMENYA YAAA
Kalau perlu share juga.

@@@
Taling sudah kembali ke Jakarta. Melakukan kegiatannya seperti biasa. Kemarin dirinya dan Barta bertukar nomor telepon untuk memudahkan mereka berkomunikasi. Seperti saat ini.

BartanaK: Pagi, Ta.

TalingAJ: Pagi juga.

BartanaK: Ternyata pemindahan tugas gue dipercepat. Minggu depan gue udah di Jakarta.

TalingAJ: Kok, bisa?

BartanaK: Mungkin gue lagi beruntung.

TalingAJ: Beruntung kenapa?

BartanaK: Ya, beruntung aja. Bisa cepet ketemu kamu

TalingAJ: Haha. Lucu kamu.

BartanaK: Baru sadar?

TalingAJ: Sadar apa?

BartanaK: Sadar kalau gue ternyata lucu.

TalingAJ: :v
TalingAJ: Nanti lagi, ya. Bye.

BartanaK: Oke, bye.

Taling menghela nafas setelahnya. Kembali mengerjakan berkas yang menumpuk dimejanya. Hingga beberapa saat kemudian suara Areta mengintrupsinya.

“Ta umumkan ke temen-temen buat berangkat ke café depan, udah ditunggu bu Candra. Lo juga.” Ucap Areta dengan tangan terus bergerak mengumpulkan berkas yang berserakan dimejanya.

“Kok ke café? Emang ada apa?”

Tidak biasanya bu Candra mengumpulkan bawahannya di café. Kalaupun ada hal penting bu Candra akan memilih ruang rapat yang suasananya tenang.

“Rapat. Katanya ada kunjungan dari Duta Jepang untuk Indonesia. Nggak tahu mau apa. Udah, deh! Cepet umumkan, nggak perlu banyak nanya.”

Taling mengangguk dan berdecak setelahnya.

“Santai, dong. Lagian kok kamu berlagak seolah kamu seniornya disini? Biasanya juga aku yang dipanggil dulu sama bu Candra.” Gerutu Taling sambil beranjak dari duduknya, menata berkas-berkas di meja dan berjalan menuju bilik kerja milik Areta.

“Ngomong apa?! Mau senior-senioran disini? Gue aduin sama bu Candra, mati lo. Dibuang, nggak jadi tangan kanannya lagi. Lagian gue tadikan yang minta tanda tangan disuruh sama lo.” Areta berkacak pinggang, geram sendiri dengan temannya ini. Sungguh Areta tidak habis pikir, dulu Taling seorang yang pendiam lalu kenapa sekarang berubah menjadi begitu menyebalkan. Areta frustasi sendiri memikirkannya.

“Nggak! Nggak ada yang mau senior-senioran. Kamu yang ngomong tadi.”

“Udah, deh! Cepet umumkan!”

“Iya.”

@@@

Setelah memberitahukan teman kerja seruangannya, Taling berjalan bersama Areta menuju café yang diintruksikan bu Candra.

Berjalan paling belakang, berbincang dengan Areta yang berada disebelahnya dan terkadang menilik handphonenya, siapa tahu Barta kembali mengiriminya pesan.

Sampai di café tersebut Taling langsung memilih tempat duduk disebelah kanan bu Candra karena dirinya pasti akan dibutuhkan untuk membantu bu Candra menjawab pertanyaan atau memberikan informasi.

Ternyata tamu yang dimaksud belum juga datang membuat bu Candra sedikit menggeram kesal. Taling yang menyadari itu langsung menawarkan kopi untuk bu Candra. Taling cukup tahu apa-apa saja yang harus dilakukannya ketika atasannya dalam kondisi tidak baik.

Memesan kopi panas setelah bu Candra mengiyakan lalu memutuskan ke toilet.
Membawa kopi pesanan bu Candra yang telah jadi menuju ke meja, tanpa disangka ternyata orang-orang yang ditunggu sudah datang dan duduk ditempatnya.

@@@

Rapat berjalan cepat dan begitu bersahabat. Tidak ada ketegangan sama sekali tetapi masih tetap fokus pada topik yang sedang dibicarakan.

Taling menjadi orang terakhir yang beranjak dari tempat duduknya. Bu Candra memintanya untuk membereskan berkas-berkas yang dibawa beliau serta mengurus biaya café dengan uang kantor.

Baru saja berdiri dari tempatnya duduk, bel café yang berada diatas pintu masuk berbunyi, mengalihkan atensinya.

Seorang pria dengan jas yang dilihat saja orang akan tahu harganya yang fantastis. Taling berdiri ditempatnya dan menengok siapa yang masuk, mungkin saja itu salah satu rekan kerjanya yang mengambil barang tertinggal.

Sepertinya dia melakukan hal yang salah. Tidak seharusnya dia merasa penasaran dengan itu. Taling melihatnya kembali setelah sekian lama. Dan dapat dia pastikan bawa orang itu sekarang telah sukses dilihat dari penampilannya.

Saling berbalas tatap seolah semua rasa yang ada dalam diri dapat diungkap mereka tanpa harus menggerakan bibir, tanpa harus memasang telinga untuk mendengarkan.

@@@
Rasanya terlalu rumit saat hati sedang mencoba menyembuhkan lukanya dan masa lalu muncul kembali tanpa sapaan.
@@@

Vote and Comen yaaa

Menghargai nggak sesusah itu loh. Mengapresiasi sebuah karya terasa menyenangkan kalu kalian membiasakan.

Kalian bisa follow ig: @adeeok_watty buat tahu kapan-kapan aja METAFORA dan cerita-cerita lain author update. 

Bisa juga follow authornya langsung di ig: @adeeok_

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang