Selamat membaca!
Semoga kalian suka dan tertarik.
Jangan lupa VOTE DAN KOMENYA YAAA
Kalau perlu share juga.
@@@
Reka benar-benar menghilang setelah bebarapa bulan lalu memutuskan hubungan dengan Taling. Sedangkan Taling sendiri merasakan kehampaan dan kekosongan itu. Ini sudah melewati batas kemampuannya. Kini dia merasakan bagaimana dirinya begitu membutuhkan Reka. Bukan ini yang dia mau.Taling tahu ada banyak luka dalam diri Reka, Taling bisa melihat itu dari matanya. Tetapi bukankah mereka sepasang kekasih? Seharusnya mereka bisa membagi kesakitan masing-masing dari mereka.
Kalau dipikir ulang, Taling juga salah disini. Dirinya terlalu mengabaikan Reka, dirinya tidak pernah memberitahukan rasa sakit yang dia punya pada Reka, dia terlalu banyak bersikap seolah semuanya baik-baik saja, melakukan semua sendiri tanpa melihat Reka yang begitu ingin membantunya, Taling tahu semua itu. Ini salahnya sehingga Reka pun melakukan hal yang sama dengan apa yang telah dia lakukan, menyimpan semuanya seorang diri.
Taling hanya mampu menghela nafas berat, menahan semua gejolak dalam dirinya. Memilih berangkat ke kampusnya. Hari ini adalah hari terakhir dia UAS, semoga saja nilainya tidak turun karena terlalu larut dalam keterpurukannya ini.
Beberapa hari setelah Reka menghilang, Taling tahu dari dari Hesa -ketua BEM- kalau ternyata Reka pindah ke Belanda dan melanjutkan studinya disana. Karena keluarga Pora disana dan Mora yang sengaja Reka kirim kesana untuk pengobatan psikisnya yang semakin buruk.
Taling hanya bisa berdoa, semoga Reka mampu menghadapi semua itu dengan lapang. Taling pernah merasakan ditinggalkan oleh seseorang yang berarti untuknya sama dengan Reka hanya berbeda posisi.
Dulu Taling seperti Reka, menutup diri dari semua orang. Tetapi dukungan dari Ayahnya dan melihat adiknya yang saat itu masih terlalu kecil untuk tahu arti kematian, membuatnya bangkit dan menerima semuanya. Seperti yang Ayahnya bilang, “Semuanya akan tiada pada waktunya.” Taling tahu pada saat itu, Ayahnya lah orang yang paling terpuruk bahkan melebihi dirinya.
“Taling, kantin yuk!” Yang memanggilnya adalah Yusi, teman satu kelasnya. Mereka sekarang dekat, tidak seperti dulu yang bahkan tidak pernah saling bertegur sapa meskipun bertatap muka. Tetapi itu dulu saat Taling begitu tertutup dengan sekitarnya. Dan Taling memenuhi perintah Reka untuk mencari teman.
“Carilah teman yang mampu memahami apa yang lo mau, apa yang lo suka dan nggak lo suka. Carilah teman yang nggak cuma lihat segala kemampuan lo, tetapi melihat dari apa yang nggak lo punya. Bukan kasihan, hanya saja kalau mereka tahu apa yang nggak lo punya, mereka bisa membantu melengkapi itu.” Itu pesan Reka.
Dia mendapatkannya. Yusi merupakan teman yang mampu memahaminya dengan baik. Dia tidak pernah memaksanya untuk terbuka soal apapun padanya. Itu privasi lo, katanya. Dia juga selalu menenangkan Taling ketika keterpurukan kembali menyergapnya, meskipun Yusi tidak tahu apa masalah Taling.
@@@
Tuhan tidak benar-benar membuat hambanya seterpuruk itu. Karena Dia mengambil juga memberi (mengganti). Tetapi bergantung pada hambanya, apakah mereka menyadarinya atau sebaliknya.
@@@Vote and Comen yaaa
Menghargai nggak sesusah itu loh. Mengapresiasi sebuah karya terasa menyenangkan kalu kalian membiasakan.
Kalian bisa follow ig: @adeeok_watty buat tahu kapan-kapan aja METAFORA dan cerita-cerita lain author update.
Bisa juga follow authornya langsung di ig: @adeeok_
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
Lãng mạnSemua tidaklah sama. Nasibnya berbeda. Pikiran memaksa untuk mengumbar tawa. Hati menekan tangis lara. Bukan pahlawan yang ditunggunya begitu juga pangeran berkuda. Tak ada yang bisa diandalkan karena andil Tuhan terlalu besar dalam kehidupan.