Selamat membaca!
Semoga kalian suka dan tertarik.
Jangan lupa VOTE DAN KOMENYA YAAA
Kalau perlu share juga.
@@@
Reka datang ke kosan Taling pagi ini. Dia sudah benar-benar bertekad untuk mengakhiri semuanya. Rasa takut menghinggapinya akhir-akhir ini. Mimpi buruk terus menghampiri tidurnya. Mimpi bahwa Taling akan meninggalkan dirinya. Sebelum itu terjadi, dia yang harus pergi terlebih dahulu.Saat ini dirinya hanya ingin menepati janjinya pada seseorang. Janji untuk mempertemukan orang itu dengan Taling. Karena semasa orang itu hidup Reka belum sempat menepati janji.
“Kita mau kemana?” Tanya Taling.
Sudah tiga puluh menit Taling menunggu Reka mengatakan hendak kemana mereka tetapi Reka hanya berdiam diri, tidak ada niatan untuk menggerakan bibirnya.
Sebenarnya Taling tahu jalan yang mereka lewati akan mengantarkannya kemana, karena beberapa bulan lalu Barta mengajaknya menuju rumah nenek Asti -nenek Barta- di Jakarta. Mungkinkah Reka membawanya ke rumah orangtuanya.
Mereka sampai menjelang siang. Taling mengerutkan dahinya melihat sedang ada dimana mereka. Bukan komplek perumahan tetapi komplek pemakaman. Menatap Reka yang sibuk mencari tempat parkir untuk mobilnya.
“Reka, kita ke pemakaman? Untuk apa?” Sekali lagi Taling bertanya kepada Reka yang berjalan didepannya, menyusuri makam. Dan kembali tidak ada jawaban. Sampai akhirnya Reka berhenti didepan satu makam yang tanahnya sedikit mengering tetapi masih bisa dilihat kalau makam tersebut masih baru.
“Reka-“
Belum selesai Taling berbicara, Reka sudah terlebih dahulu memotong.
“Papa, Reka bawa seseorang yang sempat Reka janjikan sama Papa.” Ucap Reka seolah sedang berbicara pada seseorang yang namanya tertulis pada nisan.
Menarik pelan tangan Taling untuk berdiri tepat disampingnya. “Taling. Namanya Taling Aksara Jawika. Nama yang bagus, ya? Pertama Reka tahu namanya, Reka langsung jatuh cinta. Terlihat jelas Jawanya. Oh, dia bilang yang kasih nama adalah Ayahnya. Yang merupakan dalang dalam sebuah pewayangan. Selamat berkenalan.”
Taling sungguh bingung dengan semua ini. Apa maksudnya? Siapa orang dalam makam ini?
Menatap Reka. Wajahnya merah terutama pada matanya, seperti menahan tangis, genggaman tangan Reka ditangannya pun bergetar.
Reka menoleh, balas menatap Taling. “Kenalin Papa, bokap gue. Dulu Papa ingin ketemu sama lo, jadi gue ajak lo kesini. Salam kenal, kata bokap gue.”
Bisa Taling rasakan kepedihan yang dirasakan Reka. Membuatnya sesak. “Jadi, seminggu lalu Reka nggak kuliah karena ini? Kenapa nggak bilang? Reka memang kuat tetapi sekuat apapun seseorang, dia tetap butuh pendengar. Reka pahamkan?”
Reka mengangguk. “Ya, paham.”Diam sejenak menikmati belaian angin, menunggu Taling menyelesaikan doanya.
“Taling…” Panggil Reka tepat dengan terbukanya mata Taling setelah beberapa saat terpejam untuk berdoa.
Menoleh, menunggu Reka melanjutkan bicaranya.
“Gue mau udahan. Gue keluar dari kampus, besok terbang ke Belanda. Mora disana….sedang terapi psikis. Nggak tahu kapan balik. Jadi, kita udahan. Maaf.”
@@@
Seseorang pergi pasti membawa alasan. Alasan itulah yang dijadikan pemberitahuan, harus seperti apa setelah dia pergi.
@@@Vote and Comen yaaa
Menghargai nggak sesusah itu loh. Mengapresiasi sebuah karya terasa menyenangkan kalu kalian membiasakan.
Kalian bisa follow ig: @adeeok_watty buat tahu kapan-kapan aja METAFORA dan cerita-cerita lain author update.
Bisa juga follow authornya langsung di ig: @adeeok_
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
RomanceSemua tidaklah sama. Nasibnya berbeda. Pikiran memaksa untuk mengumbar tawa. Hati menekan tangis lara. Bukan pahlawan yang ditunggunya begitu juga pangeran berkuda. Tak ada yang bisa diandalkan karena andil Tuhan terlalu besar dalam kehidupan.