🎭Bercakap dengan Masa Lalu

12 1 4
                                    

Selamat membaca!
Semoga kalian suka dan tertarik.
Jangan lupa VOTE DAN KOMENYA YAAA
Kalau perlu share juga.

@@@
"Apa kabar?"

Taling tersentak mendengar sebuah sapaan dari seorang lelaki yang sejak tiga puluh menit lalu duduk di depannya. Ia masih tidak percaya dengan keadaan yang sedang terjadi saat ini. Apa ini?

Taling mengerjab beberapa saat, menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Menatap dalam seseorang didepannya itu.

"Baik. Lebih baik setelah sekian lama." Mencoba memberikan nada setenang mungkin dalam bicaranya. Taling tidak ingin terlihat seperti perempuan lemah yang tidak mampu melupakan masa lalu. Dulu memang dirinya sangat bergantung pada orang ini. Tetapi waktu sudah membuatnya terbiasa. Taling sekarang mampu berdiri dengan tangan sendiri tanpa bantuan orang itu atau bahkan orang lain.

Taling bersyukur dulu dirinya dipertemukan dengan orang baik ini. Dirinya tidak akan bisa sekuat ini kalau bukan berkat dia.

"Lebih cantik dari terakhir kita ketemu." Ucap lelaki itu dengan tatapan tak lepas dari paras Taling.

"Terimakasih."

Taling bukan seseorang yang mampu mencari bahan pembicaraan dan mencairkan suasana karena bagaimanapun hatinya sedang bergemuruh hebat, memerintahkannya untuk segera pergi dari hadapan lelaki itu.

"Reka kapan pulang?" Hanya itu pertanyaan yang terpikir oleh Taling.

Iya, lelaki dari masa lalu itu adalah Reka. Reka Macapati de Laurent. Entah apa yang Tuhan rencanakan dengan mengirim dua laki-laki dari masa lalu di tahun yang sama.

Reka memejamkan matanya menikmati suara lembut Taling. Ini kali pertama setelah sekian lama Taling tidak mengucapkan namanya. Suara yang begitu dirindukan Reka, suara yang hampir membuatnya gila karena terus-terusan menghantui pikirannya selama dirinya di Belanda. Dan sekarang terbayar sudah rindu yang terbelenggu.

"Kemarin malam." Reka menjawab lalu tangan merogoh saku dalam jas mahalnya. Menyodorkan secarik kertas.

Taling melihat bagian depan kertas, terdapat foto seorang bayi manis dan tampan. Ditatapnya Reka, meneliti dan kembali menatap foto bayi tersebut. Kemiripan bisa Taling lihat bahkan orang lain pun akan mengatakan hal yang sama.

"Aqiqah anak kedua gue."

Ucapan Reka bagai petir di siang hari. Bagaimana bisa? Taling benar-benar kehilangan banyak informasi tentang Reka.

Reka sudah menikah. Anak kedua. Sungguh, Taling tidak pernah menunggu kepulangan Reka. Jika itu yang kalian pikir. Kesendirian Taling sampai saat ini karena dia merasa butuh kebebasan. Dia belum menginginkan sebuah komitmen. Tidak, nanti saja.

Berita yang dibawa Reka sungguh membawa keterkejutan untuknya. Taling kira tidak semudah itu Reka move on, tetapi lelaki tetaplah lelaki. Semuanya mudah untuk mereka.

"Wigyanda Kinantha de Laurent." Taling membuka lipatan kertas dan membaca nama anak kedua Reka. "Nama yang bagus." Lanjut Taling dengan senyum tulus yang terbit begitu saja.

Taling ingat kembali waktu dulu. Nama yang Reka beri untuk anak keduanya adalah nama yang Taling buat. Waktu itu, Taling berharap kalau dirinya dan Reka dapat berjodoh dan menamai anak mereka dengan nama itu.

Senyuman itu merambat pada Reka. "Gue pake nama yang lo buat. Nggak apa?"

"Iya, nggak apa-apa. Itu memang nama yang dibuat untuk keluarga de Laurent."

Reka menunjukkan senyumnya, senyum yang dulu tidak pernah Taling lihat. Taling pikir mungkin pendamping hidup Reka saat ini begitu pintar meluluhkan hati Reka yang begitu keras.

@@@
Tidak semua hal berjalan sesuai dengan keinginan kita.
@@@


Vote and Comen yaaa

Menghargai nggak sesusah itu loh. Mengapresiasi sebuah karya terasa menyenangkan kalu kalian membiasakan.

Kalian bisa follow ig: @adeeok_watty buat tahu kapan-kapan aja METAFORA dan cerita-cerita lain author update.

Bisa juga follow authornya langsung di ig: @adeeok_

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang