Menjabat Tangan Raja dari Sang Putri

12 1 0
                                    

Hari yang ditunggu. Menyendiri selama dua puluh enam tahun sepertinya sudah cukup. Tidak perlu berlama-lama untuk menjalankan sunah rasul, beribadah kepada Tuhan.

Disana, ditengah ruangan yang sudah penuh dengan keramaian orang. Seorang pemuda sedang menjabat tangan lelaki paruh baya yang sudah merawat pujaan hatinya dengan sangat baik. Ini waktunya dia mengambil tanggung jawab yang tidak bisa diremehkan.

“Saya terima nikah dan kawinnya Taling Aksara Jawika binti Kaken Murdaja dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Pengucapan yang tegas menandakan keseriusan dari sang pemuda.

“Bagaimana para saksi? Sah?”

“Sah!” Seruan saksi membuat pemuda itu bernafas lega dan senyuman terkembang lebar dibibir.

Lelaki paruh baya yang dijabat tangannya bangkit, memeluk pemuda yang baru saja meminta putrinya dengan erat. “Jaga putriku.” Pesan lelaki paruh baya.

“Pengantin perempuannya sudah boleh masuk.” Ucap penghulu.

Barta yang mendengarnya merasa tidak sabar melihat Taling dengan baju pengantin. Iya, pemuda yang dengan tegas mengucapkan qobul adalah Barta. Lelaki yang mampu menghangatkan hati Taling.

Setelah beberapa menit menunggu, perempuan dengan gaun pengantin melekat ditubuhnya berjalan anggun menghampiri Barta. Sama, senyum pun tak pudar dibibir perempuan itu.

Taling sempat grogi saat menuruni tangga. Wajah para tamu undangan yang sebelumnya tak terlihat jelas kini terpampang jelas. Dan Taling melihat mereka –Reka, Anne dan kedua anak mereka- tersenyum bahagia. Bahkan ada Yusi yang melambai semangat dan Areta yang menangis haru.

Mencium punggung tangan lelaki yang sekarang telah resmi menjadi suaminya. Begitu juga Barta, mencium kening perempuan yang akan menemaninya siang dan malam.

Hello, my wife!” Bisik Barta yang langsung membuat Taling tersipu malu.

@@@

Resepsi dilakukan dihari berikutnya. Karena Barta merupakan abdi negara, pesta pedang pora menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan dalam resepsi.

Acara jabat tangan dengan kedua pengantin sedang berlangsung. Reka dan Anne sedang mendapat giliran. Memeluk dengan erat dan menepuk punggung Barta. “Jaga harta gue.” Ucap Reka dengan mata yang memerah. Bagaimana pun juga Taling tetap akan menjadi yang terindah untuk Reka.

Mengusap puncak kepala Taling dan menatap dalam. “Jadi istri yang terbaik, bisa?” Anggukkan dan senyuman lebar Taling membuat Reka yakin bahwa perempuan itu sudah sangat bahagia dengan keadaan saat ini.

“Selamat ya.” Ujar Anne.

“Terimakasih.” Balas Taling.

Teman Taling dan Barta tidak hanya Reka dan Anne yang datang tentu saja si heboh Yusi dan rekan kerja seruangannya Areta tak lupa untuk datang. Bu Candra juga tidak ketinggalannya untuk memeriahkan resepsi pernikahan Taling dan Barta.

Semuanya terlihat sempurna saat ini. Reka bahagia menyadari hal itu, dirinya sudah sangat bahagia saat ini. Anne yang menerima dirinya apa adanya, Ainesh putra pertama yang begitu aktif dan si kecil Wigyan yang selalu membuat nyaman keluarganya. Kebahagiaan Taling saat ini juga menambah bungah hatinya. Ia merasa semuanya selesai. Kedepannya biar Tuhan yang mengatur.

@@@
Bahagia tidaknya kamu saat ini tergantung kamu. Karena yang membahagiakan dirimu adalah kamu sendiri.
@@@

TBC
VOMEN

METAFORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang