Selamat membaca!
Semoga kalian suka dan tertarik.
Jangan lupa VOTE DAN KOMENYA YAAA
Kalau perlu share juga.
Bartana Kenzosiq menyapa diatas.
@@@
Sudah seminggu Taling tidak melihat Reka. Teleponnya tidak diangkat begitu juga pesannya yang tak terbalas. Dia sudah bertanya pada Ketua BEM, Hesa, jawabannya sama dia tidak tahu menahu.“Seminar Motivasi kemarin Reka juga alfa. Saya nggak tahu apapun. Mungkin sedang cuti untuk menjenguk Omanya di Belanda.” Ucap Hesa.
Taling khawatir. Tidak biasanya Reka seperti ini. Ya, walaupun Reka tidak pernah mengabarkan apapun padanya tetapi ketika Taling mengirim pesan Reka selalu membalas.
Taling bingung ingin bertanya pada siapa lagi. Dia tidak tahu teman-teman Reka karena selama mereka pacaran, Reka tidak pernah mengajak Taling bertemu ataupun berkenalan dengan teman-temannya, begitu juga sebaliknya.
Rumah Reka di Bandung sudah disambanginya, hasilnya nihil, tidak ada siapapun. Dia ingin ke Jakarta tapi tidak tahu menahu alamat rumah Reka disana.
“Kemana dia, sih? Kalau marah nggak harus gini, kan.” Decak Taling. Giginya terus menggigit jarinya, mencoba menghilangkan kekhawatiran itu tetapi tetap saja tidak ada yang berkurang.Saat ini Taling sedang berada diteras rumah Reka di Bandung. Berjalan bolak-balik berharap Reka pulang kerumahnya ini.
Deru mesin mobil membuat Taling menoleh menatap mobil yang masuk ke pekarangan rumah Reka. Taling berjalan cepat menghampiri mobil tersebut. Dia sangat ingin menemui pemiliknya.Pintu terbuka dan munculah seseorang yang begitu dikhawatirkannya seminggu ini. Taling bergerak memeluk Reka. Ya, seperti yang diharapkan Taling, Reka pulang hari ini.
Reka membiarkan Taling memeluknya tanpa membalas pelukan itu. Dia tahu kekhawatiran Taling padanya, biarlah Taling tenang.
“Reka kemana aja?” Tanya Taling setelah melepaskan pelukannya.
Reka tak menjawab. Dia hanya berlalu pergi memasuki rumahnya. Mengambil semua barang yang sudah dikemasi orang suruhannya.
Taling merasa bingung dengan yang dilakukan Reka. “Reka kenapa bawa koper? Ada banyak kopernya.”
Reka terdiam didepan bagasi mobilnya. Berbalik menatap Taling dengan tatapan yang dulu selalu membuat Taling merinding. “Gue pergi. Lupain gue!”
Rasa bingung terus bertambah sampai rasa panik menyerang Taling ketika Reka hendak membuka pintu mobilnya. “Reka kenapa? Reka marah karena Taling biarin Barta ke kosan Taling? Please, jangan seperti ini. Reka tahu, kan, di Bandung Taling hanya sendirian. Taling juga nggak punya banyak teman, nanti kalau terjadi sesuatu siapa yang bantu?”
Emosi mampir dalam pikiran Reka, Barta menemui Taling dengan beraninya. Tetapi Reka kembali mengingatkan dirinya kalau dia harus melepaskan Taling. Bukan hal yang baik jika Taling terus bersamanya.
“Coba cari temen. Gue udah nggak bisa bareng lo. Kita kembali seperti dulu yang cuma ada gue dan lo. Seperti yang lo bilang diawal, saat gue ajak lo pacaran ‘aku disini buat nuntut ilmu bukan buat pacaran’. Lo bener, disini lo buat nuntut ilmu. Maaf ini salah gue yang maksa lo buat jadi pacar gue dulu.”
Waktu itu hujan mengguyur Bandung dengan derasnya. Taling lupa tidak membawa payung membuatnya harus menunggu hujan reda di halte bus. Hari yang menyebalkan, batin Taling.
Pikirannya melayang, membayangkan apa-apa saja yang akan dia lakukan di kota ini. Ini pertama kalinya Taling pergi keluar kota sendiri dan tinggal seorang diri, semua itu dia lakukan semata-mata untuk pendidikan. Entah apa yang dipikirkannya waktu itu sehingga bisa memilih universitas di kota jauh.
Ditengah pikiran yang melayang, dilihatnya sebuah sepeda motor yang ditunggangi seorang pemuda berhenti didepan halte bus yang kini disinggahinya. Taling mulai was-was pasalnya di halte bus hanya ada dirinya. Dia tidak memiliki kemampuan beladiri yang baik meskipun dirinya pernah mengikuti kelas karate.
Menggeser duduknya menjauh ketika dirasa pemuda tadi mendudukan dirinya dikursi halte. Dapat didengarnya desisan dari pemuda itu, membuatnya semakin takut.
Merasa pergerakan disampingnya, reflek pemuda itu menoleh menatap Taling dan kemudian terkekeh. Lucu, pikirnya. Perempuan memang seharusnya jangan terlalu mudah percaya pada orang-orang baru terlebih lelaki. Karena kalau boleh jujur, dirinya sebagai lelaki langsung merasa tertarik dengan kecantikan perempuan disampingnya ini.
Mencoba mengulurkan tangannya bermaksud berkenalan tetapi sepertinya perempuan itu salah mengartikan sehingga cepet-cepat berdiri dari duduknya. Sontak pemuda itu tertawa geli dengan apa yang dilihatnya.
“Hei! Santai aja, gue nggak bakal ngapa-ngapain, kok. Cuma pengin kenalan.” Ucap pemuda itu dengan tawa yang masih menyelingi. “Gue Reka. Reka Macapati de Laurent.” Lanjutnya kembali mengulurkan tangannya.
“Oh, oke.” Jawab Taling, membalas uluran tangan dan melepaskannya cepat-cepat.
“Lo nggak mau kasih tahu nama lo?”
Reka merasa aneh dengan dirinya karena tidak biasanya dia merasa sedekat ini dengan seseorang terlebih itu perempuan. Berbeda dengan Taling yang merasa takut dengan situasi saat ini. Dia kembali merutuki hujan yang tak kunjung berhenti.
Reka mengulurkan ponselnya pada Taling yang direspon kerutan didahi Taling. “Minta nomor handphone lo.”
Taling menatap menyelidik kearah Reka. Baru kenal dan sudah meminta nomor handphone, perlu diwaspadai. Taling memilih mengalihkan pandangannya menatap rintik hujan.
Tidak mendapat respon, Reka mencoba menawarkan sesuatu. “Mau jadi pacar gue?” Reka memang gila.
Taling menatap terkejut pada Reka. Apa maksudnya? Berkenalan, minta nomor handphone, dan pacaran. Sepertinya laki-laki ini orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa. Tetapi meski begitu Taling tetap menjawab, “aku disini buat nuntut ilmu bukan buat pacaran.”
“Jujur gue sayang banget sama lo. Lo hal paling indah yang pernah gue dapet dari Tuhan. Tapi sepertinya Tuhan sedikit sangsi melihat gue bahagia, jadi gue milih buat jauh dari lo. Supaya lo bisa hidup dengan baik.”
“Besok gue jemput.”
@@@
Sejauh apapun kamu berlari, hati ini akan terus ingin mencari.
@@@Vote and Comen yaaa
Menghargai nggak sesusah itu loh. Mengapresiasi sebuah karya terasa menyenangkan kalu kalian membiasakan.
Kalian bisa follow ig: @adeeok_watty buat tahu kapan-kapan aja METAFORA dan cerita-cerita lain author update.
Bisa juga follow authornya langsung di ig: @adeeok_
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORA
RomanceSemua tidaklah sama. Nasibnya berbeda. Pikiran memaksa untuk mengumbar tawa. Hati menekan tangis lara. Bukan pahlawan yang ditunggunya begitu juga pangeran berkuda. Tak ada yang bisa diandalkan karena andil Tuhan terlalu besar dalam kehidupan.