GANGSTA-14.Cerita hidupku untukmu

248 19 0
                                    

Mora merebahkan tubuhnya yang terasa ngilu di atas kasur. Sebisa mungkin ia tak menatap mata Teo dan Tio di depannya.

"Kau harus cerita. Ada apa?" suruh Teo datar. Tetap setia mendampingi Mora, "ini hanya masalah kecil." jawab Mora ragu-ragu.

"Aku dan temanku cuman bertengkar biasa. Salah paham." ucap Mora berbohong. Setidaknya untuk meyakinkan Teo dan Tio. "Tapi ada yang lebih penting. Apa Ayah tau soal ini?" tanya Mora was-was.

"Keberuntungan masih berpihak padamu. Tuan Roger tidak tahu." jawaban Teo itu berhasil membuat Mora lega, "Tapi jika kau tidak mau cerita yang sebenarnya, aku akan kasih tahu Tuan."

"Aku tidak bohong," sahut Mora berkata seyakin mungkin. "Ini hanya pertengkaran biasa antar teman."

"Teman yang menyuruhmu untuk menemuinya itu?"

"Ya..begitulah." Mora memalingkan wajahnya dari Teo. Sedangkan Tio dari tadi tak mau bicara. "Percayalah, semuanya baik-baik saja."

"Kalian, dengarkan aku.." Mora mengambil nafas dalam, "A-aku sangat kesepian disini. Aku juga merasa takut di luar sana. Dan rasa ketakutanku menjadi nyata sekarang. Tapi aku juga kesepian. Aku penasaran, aku ingin memiliki teman."

"Aku mengerti." jawab Teo.

Mora mengusap wajahnya kasar, "Aku janji aku akan berhati-hati lagi. Aku akan kuat, dan takkan membuat masalah lagi. Aku hanya perlu beradaptasi dengan dunia luar sana."

"Saat keempat anak laki-laki itu datang, aku merasa berbeda. Kesepian itu seolah hilang entah kemana. Seolah rasa sunyiku sekarang akan berakhir." sambung Mora.

Mora menatap kedua mata Teo dan Tio lekat-lekat, "Aku mohon jangan mengekangku lagi. Aku bukan anak kecil seperti dulu. Aku bahagia bersama teman-temanku."

"Kau sudah mengenal mereka? Apa kau yakin mereka anak yang baik? Aku harus mengetahuinya." cecar Teo.

"Maka beri aku kesempatan untuk mengenal mereka.." lirih Mora. "Tapi aku tau mereka sama sepertiku. Mereka baik, hanya saja mungkin aku masih butuh waktu untuk mengenalnya."

Suasana hening. Teo tak mau bicara lagi setelah mendengar ucapan terakhir Mora.

"Aku akan carikan obat. Besok kau tidak boleh sekolah."

"A-apa?" Mora terkejut, "Hey kau sudah berjanji untuk tidak akan mengekangku!"

"Aku sudah berjanji. Tapi bagaimana dengan lukamu itu nanti? Bagaimana jika orang-orang melihatnya?"

***


"Sebenernya Mora diculik, kemarin."

"Hah?! Kok bisa-"

Zero menyuruh Zira memelankan nada suaranya, "Ssshh.." ucapnya. "Gak boleh ada yang tau."

"Kok kalian tau?" tanya Zira mendelik pada Hansen dan Zero di depannya. "Kita yang nolongin." jawab Hansen.

Mata Zira membelalak, "Trus keadaan Mora gimana?" tanyanya. "Handphone aku juga hilang dari kemarin-"

"Itu dia." potong Hansen. "Handphone lo diambil sama orang yang nyekap Mora. Dan nyuruh dia ketemuan. Otomatis Mora mau-mau aja kan soalnya dia nyangka pesan itu dari lo."

"Ma-maaf t-trus gimana?"

Zero menepuk bahu Zira lembut, "Gak papa. Semuanya baik-baik aja. Kamu jangan khawatir, ya."

Ni anak pinter banget nyari kesempatan dalam kesempitan, batin Hansen.

Tak lama kemudian dari pintu kelas, Leon datang dengan tampang datarnya dan nimbrung dengan pembicaraan mereka.

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang