GANGSTA-21.Ini tentang kita

221 23 1
                                    

"Leon.." Mora tak dapat lagi membungkam mulutnya sendiri. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat tubuh bagian atas Leon dengan begitu jelas. "Kamu.."

Leon nampak terkejut. Namun itu tak berlangsung lama, "Ya..lo bisa liat tubuh penuh luka gue." Leon membalikkan tubuhnya dan Mora bisa melihat luka yang sama di bagian perut dan dada Leon.

"Bagus. Lo jijik kan punya temen yang ternyata ancur kayak gue? Gak papa. Gue bisa terima."

"Leon.." Mora tercekat. Matanya memanas, dan air mata pun lolos dari pelupuk matanya. Lama-lama semakin deras hingga Leon merasa keheranan.

"Lo kenapa nangis?"

Mora tak menjawab. Ia melepaskan jaket levis longgar yang menutupi tubuhnya sehingga menyisakan kaos mini dan menampakkan sebagian isi perutnya. Ia juga melepaskan celana levis miliknya hingga hanya tersisa celana pendek strit di atas lututnya.

Leon mematung. Bukan karena tindakan Mora tadi, tetapi karena lebam di bagian tubuhnya. Lebam itu nampak jelas di perut dan lengan bagian atas Mora. Juga di bawah kedua pahanya. Semuanya dapat Leon lihat dengan jelas.

Sementara Mora masih terisak lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Leon tak kuasa melihat ketidak berdayaan gadis itu. Ia merengkuh Mora ke dalam pelukannya.

"Kenapa kamu gak cerita ke aku.." lirih Mora di dalam pelukan Leon. "Lo gak perlu tau." jawab Leon pelan.

Mora melepaskan pelukannya dan segera memakai kembali jaket dan celana levisnya. Ia tak mau jika ada orang lain dan menuduhnya berbuat yang tidak-tidak.

"Maaf, Leon.." lirih Mora. "aku gak pernah tau ternyata kamu mengalami apa yang aku alami selama ini.."

Leon menggeleng, "Lo gak perlu minta maaf. Sekarang, gue akan ngasih tau semuanya ke lo. Karena gue yakin lo berhak tau."

"Jadi?"

"Ini semua ulah nyokap gue." Leon membuka pembicaraan. "Ma-maksud kamu? Jadi Ibu kamu-"

"Ibu kandung gue lebih tepatnya. Gue tau lo bingung," Leon terkekeh singkat, "Jadi gue itu bukan anak kandung orang tua gue yang sekarang. Gue anak pulung mereka."

"SETAN!!"

"A-Ayah..tolong aku.."

"APA KAU BILANG?!"

"AYAHMU TAK AKAN DATANG!!"

"MATI KAU.."

"Aku harus membuat kau menghilang..."

"...menghilang seperti Ayahmu."

Leon menahan rasa pedih itu yang masih menyisakan luka sampai sekarang, "Ibu menyiksa gue dengan berbagai cara sampai dia menciptakan luka di tubuh gue." ucap Leon.

"Ayah kamu?" tanya Mora penasaran.

Leon terkekeh, "Ayah meninggalkan gue sama Ibu sendiri tanpa alasan yang jelas. Rumah tangga Ibu hancur, cerai dan bertahan pun tidak. Mengambang gitu aja."

Mora mengerti, "Lalu kamu bisa sampai ke rumah orang tua kamu yang sekarang gimana?"

"Semuanya panjang dan rumit. Tapi gue bakal cerita semuanya ke lo. Dimulai dari kehidupan gue sebelum jadi anak angkat dan sampai sekarang.."

Saat itu gue kabur dari rumah. Malem-malem, sekitar pukul sebelas malam. Gue gak tahan lagi karena Ibu yang udah menggila dan mecahin vas bunga, serpihannya mengenai kepala gue.

"Anak sialan!! Kembali kesini!!"

Gue gak peduli. Begitu gue bisa keluar dari rumah, gue langsung berlari tanpa arah. Menyusuri jalanan yang gak seramai biasanya.

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang