GANGSTA-25.Apa ada yang salah?

163 18 0
                                    

"Hidup gue udah gak ada artinya lagi. Jika gue harus mati, gue siap."

Saka meledak mendengar perkataan Hansen tadi, "Lo apa-apaan si Hans?! Lo gak boleh ngomong gitu!"

"Bokap nyokap gue mau cerai."

Hansen berjalan menaiki satu persatu anak tangga rumahnya dengan langkah lunglai. Namun suatu kegaduhan menghentikan langkahnya seketika.

"Pa, Mama capek sama sikap Papa! Ternyata selama ini Papa sering keluar malam dan kegenitan di luar sana!!"

"Aku gak kegenitan, Ma!! Itu urusan kerja!!"

Hansen mencoba menghiraukan semuanya. Ia berjalan menuju lantai atas, berjalan lemas dan sampai di atas balkon.

Ia menatap kosong ke bawah. Hansen melangkahkan kakinya dan duduk di atas pagar besi lalu bersiap terjun ke bawah.

Hansen menghela nafas, "Semoga ini gak sakit-"

PRANG!!!

Suara pecahan kaca yang terdengar dari kamar orang tuanya itu memaksa Hansen untuk mengurungkan niatnya.

Hansen segera berlari menuju kamar kedua orang tuanya dan berhenti di ambang pintu, mengintip semua pembicaraan mereka.

"Papa, jangan tinggalin Mama.." Virna memohon, ia bersujud lemah di bawah kaki Adjie prasaja, "Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Pa.."

"Cukup, Ma!! Apa artinya bila rumah tangga kita tak cukup dengan rasa percaya satu sama lain! Aku capek dengan sikap kamu!!"

Kedua tangan Hansen mengepal erat, Perkataan Saka tadi pagi seolah tergiang kembali, "Lo gak boleh putus asa, Hans. Justru lo harus buktiin sama bokap lo kalau lo bisa sukses!"

"Gak ada waktu lagi, Ka. Mereka udah mau cerai."

"Denger gue, Hans." Leon ikut menyahut, "Gue tau lo gak berpikir untuk mengakhiri hidup lo kan? Lo kuat, bahkan gue yakin lo bisa mencegah perpisahan kedua orang tua lo!"

Adjie prasaja tetap menghiraukan Virna yang masih bersimpuh di bawah kedua kakinya, "Mama mohon, Pa..jangan sampai rumah tangga ini hancur.."

"Tidak!" Adjie menjauhkan wajah Virna dari kedua kakinya, "Papa tidak bisa melanjutkan semuanya! Kita cerai!"

Hansen marah, ia seolah ingin memberikan tinjuan mentah kepada Adjie sekarang juga. Namun perkataan Virna mengejutkannya.

"Kita gak bisa cerai, Pa.." sambung Virna menangis lirih, "Aku hamil!!"

DEG.

Hansen mematung di tempatnya. Perasaannya tiba-tiba menjadi campur aduk mendengar perkataan Virna tadi.

"Apa?! Kau hamil?!" Adjie merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan istrinya itu, "Beraninya kau mencintai laki-laki lain selain aku!!"

"Bukan, Pa! Ini anakmu.."

Adjie seolah menutup mata dan nggan percaya, "Itu bukan anakku!! Kau telah membawa benih haram itu ke keluarga ini!!"

"Ini anakmu, Pa..anakmu.." Virna menangis semakin keras, "Tidak ada laki-laki lain. Aku hanya mencintai kamu selama ini.."

"Tutup omong kosongmu, Virna!" Adjie membentak kasar, seolah memang tak punya rasa apapun lagi, "Setelah bayi itu lahir, aku akan segera menceraikanmu."

Adjie pergi begitu saja setelah berkata demikian. Langkahnya terhenti ketika pandangannya dan Hansen bertemu di ambang pintu.

Kedua bola mata Hansen menyala penuh amarah, sementara Adjie tetap dingin, dan masih tak peduli. Ia pergi begitu saja.

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang