GANGSTA-26.Apakah kau percaya?

153 20 0
                                    

Song: Eagles-Hotel california

Leon menghabiskan pagi harinya dengan mengurung diri di kamar. Sepotong roti di atas piring pun tak kunjung ia makan. Pandangannya menerawang jauh ke depan jendela, mengamati awan kelabu yang tak kunjung membiru lagi seperti dulu.

Ting!

Sebuah notifikasi dari layar handphone nya membuat penasaran. Leon mengusap layar handphone nya dan membaca pesan dari nomor yang sama sekali tak dikenalnya itu.

'Datanglah padaku, jika kau ingin tahu bagaimana keadaan orang tua kandungmu yang sebenarnya.'

Tertanda, Rodriguez.

Amarah Leon seolah ingin pecah begitu saja. Ia segera keluar dari kamarnya dan menghampiri Radit serta Riska yang sedang bersantai di ruang keluarga.

"Leon? Kenapa?"

"Ini nomor Ibu?" tanya Leon, lalu menyamakan digit angka itu dengan pesan tak dikenal yang masuk ke dalam handphone nya tadi.

Radit mengangguk tak paham, "Ada apa kamu ngecek nomor Ibumu di handphone Papa?"

"Gak papa." Leon mendengus kesal. Itu nomor yang sama dengan nomor Anggun, ibunya. Itu artinya handphone milik Anggun digunakan oleh orang lain, yang tak lain adalah Rodriguez?

Leon berjalan menjauh keluar rumah lalu menaiki motornya, sebelumnya ia menelfon Hansen terlebih dahulu.

"Le? Kenapa?"

"Hansen, kita ketemu di basecamp Bang Satra. Ada hal yang mau gue omongin, penting."

"Lo bener, Le. Gue juga."

"Kita ketemu disana."

"Oke. Gue otw sama Zero."

Leon menghentikan saluran telfon begitu saja dan segera menancap gas motornya. Rintik hujan yang sedikit demi sedikit mulai membasahi tubuhnya seolah dihiraukan begitu saja.

***

Leon dan Hansen saling berhadapan dengan nafas terengah-engah ketika harus menghindari hujan yang turun tiba-tiba. Kini mereka sudah sampai tepat di depan basecamp milik Satra.

Dari pintu masuk, Saka dan Satra datang dengan penuh pertanyaan, "Kalian ngapain disini?"

"Ada yang perlu gue omongin sama kalian!" sahut Hansen bersemangat, "Sama." ucap Leon menanggapi.

Saka dan Satra saling lirik satu sama lain. Mereka akhirnya menyuruh ketiga anak laki-laki itu masuk.

"Buset dingin banget," gerutu Zero menggigil, "Ini gak ada susu anget atau kopi, ya?"

"Hus!" Hansen menyikut Zero tidak sopan, menyuruhnya diam. Satra terkekeh lalu menyuruh salah satu anak buahnya, "Bikinin mereka minuman hangat, ya."

"Ayo, ikut gue." suruh Satra mengajak yang lainnya masuk ke ruangan pribadi. Ruangan ber-cat abu-abu dengan aroma maskulin dan sofa di depannya. "Duduk."

Hansen dan Leon duduk berdampingan, "Lo duluan aja." ucap Hansen menyuruh Leon untuk berbicara lebih dulu. "Gak. Lo aja." tolak Leon bersikukuh.

"Sebaiknya kita ngomong pas minumannya udah dateng aja." Zero menyahut dan keduanya pun diam sejenak.

Tak lama kemudian, minuman hangat pun datang. Zero segera menyeruput susu hangat itu untuk menghangatkan suhu tubuhnya, "Nah. Silahkan. Baru deh kalian ngomong." kekeh Zero.

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang