GANGSTA-11.Apakah kesalahan itu?

311 25 1
                                    

Song: Skinny love-Birdy

Mora mendengus malas hari ini. Pagi hari yang mendung, ditambah suasana kelas yang membosankan ketika guru yang izin tidak bisa masuk memberi setumpuk tugas untuknya.

Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, dan menangkap Zero yang sedang berdiri di samping jendela, "Zero?" Mora mengetahui nama itu. Ia sering mendengarnya dari anak-anak seisi sekolah. "Ngapain?"

Zero mengalihkan pandangannya dari Mora dan tampak menyembunyikan sesuatu, "Gak papa."

"Tapi tadi kayaknya kamu bawa sesuatu." ucap Mora curiga. "Kamu ngapain berdiri disini? Bukannya kelas kamu harusnya olahraga?"

"Ya emangnya gak boleh kalau gue liat-liat ke kelas lo?" sahut Zero tak terima. "Btw, emm..si Zira kemana?"

Mora mengernyit, "Oh kamu kesini cari dia. Kamu suka sama dia?"

"Ng-nggak!" Zero berdebar. Sialan, gimana kalau ada yang denger. Dasar ember, batin Zero.

"Nanti aku bisa panggilin Zira."

"Eh gak usah-" Zero mencoba mencegah Mora namun terlambat. Cewek itu sudah memberitahu Zira yang sedang menulis di papan tulis dan segera menghadapnya.

"Eh, Zero. Kenapa?" tanya Zira lalu segera keluar dari kelas dan menatap Zero secara langsung.

Mora mengamati interaksi mereka. Zero terlihat gugup dari luar sana, kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Ini. Buat kamu." Zero mengeluarkan sebatang coklat chunky bar untuk Zira.

Zira terkekeh, "Tapi kenapa? Hari ini aku kan gak ulang tahun." ucapnya aneh. "Ya, gak papa. Aku ada banyak stok di rumah dan belum dimakan. Jadi aku kasih ke kamu."

Suasana diantara mereka hening. Lalu Zira tersenyum manis untuk Zero, "Makasih, ya." dengan senang hati Zero membalasnya, "Sama-sama."

Zira pun kembali ke kelas dan melanjutkan pekerjaannya sebagai sekretaris kelas dan menulis di papan tulis. Mora bisa melihat Zira melemparkan senyum ke arahnya.

Sementara Zero, ia kembali ke lapangan dan bergabung bersama teman-temannya.

"Cie yang ngasih coklat, cie.." sindir Hansen menyikut Zero. "Paan sih cuman coklat doang."

"Bukan ngasih coklat doang kali. Tapi ngasih cinta juga. Hahaha." Saka ikut menyahut, senang rasanya bisa menggoda Zero.

Hansen merangkul Zero, "Serius dah, Zer. Lo bisa jujur ke kita. Lo selama ini suka sama Zira?"

Tak ada sahutan dari mulit Zero, "Apaan si kepo banget." ucapnya sinis. "Oh berarti kalo gak mau jawab kita anggap iya deh!" jawab Hansen.

"Yaudah iya!" akhirnya Zero menjawab dengan malu-malu, "Iya apaan? Yang jelas dong, Zer." kekeh Saka.

Zero mencebik pada kedua temannya, "Iya gue suka sama Zira."

"WIIHHH!" Saka dan Hansen menjitak kepala Zero bergantian. "Udah lo tembak belom?"

"Belom."

"Buruan."

"Ya emang nembak cewek semudah itu, bngst." Jawab Zero. "Kalian gak mau nanyain sama yang kemarin ketawa-ketawa di lapangan, hah?" ucap Zero menyindir Leon.

"Oh kalo itu mah udah pasti cinta sih." Hansen menyahut. "Yang biasanya susah diajak ngomong tiba-tiba bacot sampe ketawa keras segala itu mah because falling in love."

"Woy Lele, diem-diem wae." Saka mulai menyikut tubuh Leon.

Leon berdecak, "Gak ada apa-apa. Gue cuman mau nanya kenapa dia dihukum. Apa karena ulah Marko? Karena sebelumnya dia udah janji bakal gangguin Mora."

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang