GANGSTA-29.Kami pamit

178 22 0
                                    

Sudah beberapa minggu latihan keras dan persiapan untuk menyerang Rodriguez dilakukan, namun Satra masih belum menjelaskan bagaimana langkah mereka untuk bisa sampai ke sana.

"Oke stop. Latihan selesai." semuanya menghentikan aktivitasnya kecuali Saka yang masih giat memukul samsak di depannya, "Ka, berhenti." dan akhirnya Saka menuruti kemauan kakaknya itu.

"Gue mau bahas rencana kalian." ucap Satra serius, "Sebagian kalian bakal dikomando sama gue. Tapi sebagian lagi kalian jalanin sendiri, oke?"

"Yang pertama untuk Zero, lo bakal gue taro jauh dari markas Falcon. Lo diem di dalam mobil dan pastikan gak bakalan ada yang tahu lo ada di dalam selain temen-temen gue. Mereka bakal ngelindungin lo sepenuhnya."

"Oke gue ngerti."

"Dan untuk lo, Saka." Satra menepuk bahu adiknya itu di sampingnya, "Gue akan masuk ke dalam markas Falcon dan ngomong sama Rodriguez dulu. Kemudian setelah gue kasih komando, Zero bakal matiin seluruh lampu di markas Falcon. Dan disaat itulah Saka, lo harus datang dari luar, pastiin dulu kalau penjaga markas Falcon udah lo habisi. Dan lo bisa bantu gue buat bawa Rodriguez yang gak sadarkan diri nanti ke lantai dua."

"Tunggu, gue bingung, Bang." ucap Zero memotong, "Gimana cara gue tau kalau lo ngasih tanda?"

Satra berdecak, "Lo lacak cctv nya, Zero. Di markas Falcon ada banyak cctv. Dan lo bisa tau dari itu nanti."

"Oh oke." kekeh Zero.

Saka mengernyit, "Kenapa lo buat Rodriguez gak sadarkan diri dulu? Kenapa gak langsung kita habisin aja?"

"Lo bodoh, Saka." Satra menatap tajam, "Kita habisin Rodriguez di depan semua anggota Gang Falcon."

"Tapi..mereka pasti ngelawan, kan? Gimana kalau seandainya mereka yang nyerang balik kita? Jumlah mereka kan banyak."

"Sebagian Gang Falcon kita habisin. Dan sisain beberapa supaya mereka bisa liat kematian Rodriguez di mata mereka sendiri. Terutama yang kalian sebut sebagai bokapnya Mora. Dia harus tetap hidup, dan menyaksikan kematian Rodriguez."

Semuanya mengangguk paham. Meskipun terasa begitu sulit, "Giliran gue, Bang. Tugas gue apaan?" tanya Hansen penasaran.

"Lo bakal nemenin Leon dan nyari kedua orang tuanya disana. Jika kalian sudah berhasil, diem di lantai empat. Setelah semuanya selesai, gue dan yang lainnya bakal dateng kesana dan kita pulang."

"Oh itu doang? Oke." Hansen menyahut enteng. "Tapi ada sesuatu yang lebih penting." perkataan Satra sontak saja membuat semuanya terdiam.

"Apa?"

Satra menarik nafasnya sebentar, "Kita harus bawa Mora dalam rencana ini."

"Hah? Nggak!" tolak Saka mentah-mentah, "Dia gak ada hubungannya sama semua ini, Bang! Ini semua bahaya!"

"Ada. Bokapnya, Roger, yang katanya anggota Falcon. Lo pikir itu bukan bukti penting?"

Leon pun ikut menyahut, "Tapi kenapa kita bawa-bawa Mora? Yang ada sangkutannya kan bokapnya. Bukan dia."

"Kalian masih polos, ternyata." Satra terkekeh, "Gue akan manfaatin Mora sebagai alat. Kalau dia beneran gak tau apa-apa, tentunya dia gak masalah dong kalau kita ajak ke markas Falcon. Tapi kalau dia ternyata sekongkol sama mereka.." Satra sengaja tak melanjutkan ucapannya.

"Tapi Bang, gue juga yakin Mora gak bakalan sekongkol. Gue tau dia orangnya kayak gimana." ucap Hansen yakin.

"Yaudah. Kita jadiin dia senjata kalau seandainya bokapnya ngelakuin hal yang gak diinginkan."

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang