GANGSTA-22.Aku ingin tahu!

207 21 0
                                    

"Apa yang sudah Om lakukan?!" Satra berteriak di depan wajah Verdo yang sedang bersantai menyeruput teh hangatnya. "Apa maksud kamu?"

"Gang Falcon tidak pernah mencoba membunuh Ayah! Satra sudah mencari tahu yang sebenarnya!"

Verdo segera berdiri dari tempatnya, "Kau mengunjungi markas Falcon? Seorang diri?"

"Tidak. Bersama anak buah saya yang lain."

Verdo menghela nafas, "Dan kau bertemu dengan Rodriguez?" Satra mengangguk. "Iya. Saya bicara banyak dengan dia."

"Satra, satra.." Verdo berjalan mengitari Satra di belakangnya, "Kau ternyata tak lebih dari anak muda yang mudah diperdaya. Kau seperti domba yang mudah ditipu oleh serigala. Naif."

"Berani-beraninya kau mengunjungi mereka tanpa seizinku."

"AKU. BAIK. BAIK. SAJA." tekan Satra, "Dan aku bukan anak kecil lagi. Dan tidak perlu izin Om. Lagipula mereka tidak melukaiku sedikitpun."

"Karena kau masih beruntung! Mereka belum memiliki cara untuk menghabisimu yang datang tiba-tiba!" sentak Verdo.

Satra menatap mata Verdo tak kalah tajam, "Aku tidak ingin berdebat denganmu, Tuan Verdo." tegas Satra penuh penekanan. Bahkan ia muak memanggilnya dengan sebutan 'Om'.

"Aku hanya ingin tahu yang sebenarnya. Itu saja."

"Kau sudah tahu semuanya! Ayahmu dibunuh oleh Rodriguez dengan cara yang keji! Apa kau tak mengerti?!"

Satra mengernyit, "Tapi fakta yang kau jelaskan tak sesuai dengan apa yang dikatakan Rodriguez!"

"Oh, begitu.." lirih Verdo. "Jadi kau lebih mempercayai dia daripada aku? Teman dekat Ayahmu sendiri?"

"Tidak tunggu dulu, Om. Bukan begitu maksud Satra.." Satra terikat kembali oleh ikatan diantara mereka. Bukan maksudnya untuk jadi pembangkang. "Tapi Satra sekarang ini bingung. Tidak tahu harus bagainana."

"Tenanglah, Satra. Jangan ragu," Verdo menepuk pundak Satra, "Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Tidak perlu ragu. Bunuh Rodriguez. Dia sudah merenggut nyawa Ayah tercintamu."

"Bagaimana jika semuanya salah?" tanya Satra ragu-ragu.

"Percayalah padaku. Tidak mungkin aku menjerumuskanmu ke jalan yang salah. Apa untungnya bagiku?" kekeh Verdo menampakkan deretan giginya.

"Satra tidak akan berhenti cari tahu."

"Oh, silahkan. Aku mempercayaimu, nak." sambung Verdo. "Kau akan tahu siapa yang melakukan semuanya."

***

"WOY JALAN-JALAN KUY!"

Saka menutup mulut Hansen, "Diem. Kayak tarzan aja teriak-teriak." Hansen terkekeh, "Ayo dong. Ini kan hari terakhir kita disini."

"Kemana, Hans?" tanya Leon acuh sambil mengisi waktu luangnya dengan bermain teka-teki silang bersama Mora.

"Kemana ya.."

Zero menyahut, "Oh gue tau!" semuanya sontak menoleh ke arah Zero, "Kita ke taman pelangi aja!"

"Ngapain ah."

"Tau males banget."

"Gak ada kerjaan."

"EH BUKAN GITU." Zero mencoba membuat teman-temannya itu mempercayainya, "Ada tempat aesthetic buat foto-foto. Nih kayak gini." ucap Zero lalu menunjukkan foto-foto indah dari laptopnya.

Mora ikut menyahut, "Wah ada balon udara. Aku suka balon udara." ucapnya histeris.

"Oke. Kita pergi." sahut Leon.

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang