GANGSTA-16.Happy birthday!

245 19 0
                                    

Hansen membuka matanya lebar-lebar lalu mengecek kalender di handphone nya yang menunjukkan tanggal 13.

Dengan tergesa-gesa, Hansen segera membuka pintu kamarnya dan berlari menuju meja makan. Dimana kedua orang tuanya sedang asyik sarapan.

"Jangan lari-lari. Kamu kenapa si." gerutu Virna lalu melanjutkan sarapannya.

Hansen menyeret kursi lalu duduk disana. Ia mengambil satu buah apel dan meninggalkan bekas gigitan disana. Ia tersenyum riang, "Mama Papa tau gak sekarang hari apa?"

Tak ada sahutan. Namun Hansen tak putus asa, "Tebak, hari ini.." Hansen menarik nafas, "Hans ultah, Ma, Pa! Yeay!!" ucapnya riang. Sampai mengguncangkan bahu Adjie.

"Terus kenapa?" sahut Adjie tak peduli. Dan masih fokus menatap layar handphonenya.

Kedua bola matanya menggelap, kembali suram. Hansen menelan gigitan apel yang tersisa. Lalu ia membanting apel di meja hingga terpantul dan menjatuhkan segelas susu milik Adjie.

"Hans!" Hansen berlalu begitu saja dan bersiap berangkat ke sekolah. Di halaman rumahnya, Hansen menonjok spion mobil Adjie hingga membengkok dan kacanya pecah.

Tak lama kemudian, motornya melaju ke sekolah tanpa hambatan. Di tengah keramaian di sekolah, tak ada satupun yang mengingat ulang tahunnya.

Sampai akhirnya Hansen tak sengaja menabrak Mora di tengah jalan hingga gadis itu terhuyung.

"Eh, maaf, Hans." ucap Mora dengan santai lalu keningnya mengerut melihat raut wajah Hansen yang sangat berbeda dari biasanya, "Kenapa?"

Emosi Hansen mereda ketika Mora menanyakan hal itu padanya. Dengan satu tarikan nafas, Hansen menjawab, "Hari ini gue ultah. Tapi gak ada yang inget satupun."

Mora berkedip beberapa kali, "Maaf, Hansen. Aku sama sekali gak tau." sahut Mora menyesal.

"Gak papa. Bukan salah lo."

Ketika suasana hening, dari arah lain, Serin datang dengan tergesa-gesa lalu segera menghampiri Hansen.

"Hans!" ucapnya lalu mendekat tepat di depan Hansen, "Selamat ulang tahun, ya. Ini buat kamu." Serin memberikan satu bungkus kado berukuran sedang untuk Hansen.

Namun yang diajak ngobrol masih datar tak peduli, "Gak perlu." tolaknya. Sontak saja ucapan itu membuat Serin sakit hati.

Hansen mengalihkan pandangannya ke arah Mora yang nampaknya merasa tak tega, lalu Hansen segera memeluk Mora di depan Serin.

"Makasih, ya, Mora." ucapnya lalu membawa Mora pergi dari hadapan Serin.

Mora melepaskan pelukannya, "Kamu gak mau maafin dia?" tanya Mora merasa iba. "Nggak." jawab Hansen singkat.

Tak ada sepatah katapun lagi yang Mora ucapkan. "Kenapa kamu gak mau maafin dia? Aku udah maafin kok perbuatannya ke aku." ucap Mora.

Hansen tersenyum singkat, "Ada kesalahan lain yang gak mungkin gue maafin." ucap Hansen sayu, "Itu fatal. Gue gak mungkin bisa maafin dia."

Mora hanya bisa diam, "Aku gak mau ikut campur. Itu urusan kamu, semoga semuanya membaik, ya."

Senyuman lebar terukir di bibir Hansen. Ini yang ia suka dari Mora. Dia adalah gadis tenang, pendiam, dan tak terlalu suka ikut campur.

"Lo gak takut temenan sama gue?" tanya Hansen lebih lanjut. "Nggak. Takut kenapa?"

Hansen terkekeh, "Gue kan anak nakal. Ngapain lo mau susah-susah temenan sama gue? Gak ada manfaatnya."

"Aku gak pernah bedain anak nakal atau nggak, Hans." lirih Mora. "Bagi aku mereka sama aja. Anak nakal belum tentu nakal. Dan aku yakin kamu gak nakal, kamu hanya-"

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang