GANGSTA-2.Bidadari terperangkap fana

1.7K 82 1
                                    

ALIZIA MORA

SREEEKK

"Jangan buka tirainya." cegahku pada Bi Ratna yang hampir saja mempersilahkan matahari pagi masuk ke dalam kamarku. "Biarkan saja."

Bi Ratna menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengangguk paham, "Non mau makan?"

"Nanti." elakku lalu mengubah posisi menjadi duduk di atas kasur.

"Gak boleh gitu, non." Bi Ratna menghampiriku lalu menepuk kedua bahuku, "Nanti non sakit. Bibi juga yang kena marah sama Tuan."

Aku menatap Bi Ratna sekilas lalu segera memalingkan wajah, "Dia bukan ayah Mora, Bi."

Alis Bi Ratna bertautan lalu memaksa wajahku untuk menatapnya, "Tentu saja Tuan Roger sayang sama non. Dia kan Ayah non."

"Bukan, Bi. Dia seolah menganggap kalau Mora bukan anaknya."

Menyadari perubahan suasana di antara aku dan dia, Bi Ratna hanya tersenyum lalu berdiri dari posisinya, "Bibi ambilkan makanan, ya." setelah itu dia pergi dan menutup pintu.

Perkenalkan, namaku Mora. Umurku tujuh belas tahun. Aku anak rumahan, bahkan lebih dari itu. Aku tidak pernah keluar rumah. Bahkan aku tidak bersekolah bebas seperti anak-anak pada umunya. Aku mengikuti homeschooling. Dan itu sudah berlangsung sejak lama.

Aku membuka tirai perlahan-lahan dan membiarkan wajahku terkena paparan sinar matahari pagi. Hangat, entahlah aku sudah lupa bagaimana rasanya.

Terkadang aku merasa takut pada dunia luar disana. Aku tidak tahu, tapi kadang aku merasa ada yang salah dalam diriku. Entah apa itu. Aku cemas meski menatap halaman rumahku dari balik jendela kamar. Aku tau itu aneh.

Tapi meskipun aku merasakan hal aneh itu, aku tetap tak bisa memungkiri rasaku sendiri.

Aku penasaran dengan apa yang terjadi di dunia luar sana.

Tak lama kemudian, Bi Ratna datang kembali ke kamarku dan meletakkan makanannya di samping nakas.

Melihat keadaanku yang sedang menatap lurus ke luar jendela, ia mengejutkanku, "Non benar. Non juga berhak tau apa yang terjadi di luar sana."

Setelah itu dia tak berkata apapun. Dia pun pergi dari kamarku dan kembali menutup pintu.

Aku menghela nafas pelan lalu tersenyum singkat. Bi Ratna selalu tau apa yang terjadi padaku. Dia seperti ibu kandung bagiku.

Omong-omong, aku anak piatu. Ibuku telah meninggal. Aku tidak ingat, tapi kata Ayah, Ibu meninggal saat melahirkanku.

Aku merasa bersalah untuk itu. Tapi kata Bi Ratna, ini sama sekali bukan salahku. Ya..aku juga tau kalau resiko melahirkan adalah mempertaruhkan nyawa diantara hidup dan mati.

Dari halaman rumah, aku melihat Ayah keluar dari rumah dengan memakai jas kantornya lalu berdiri di depan mobil.

Tanpa pikir panjang, aku keluar dari kamarku, berlarian dan menghampiri Ayahku. Aku berlari secepat mungkin hingga bodyguard yang disewa Ayah untukku sempat mencegahku karena khawatir.

Ya, Ayahku menyewa bodyguard.

"Ayah!!" teriakku sebelum Ayah benar-benar masuk ke dalam mobilnya.

Ayah menoleh dengan tatapan dingin, ya, selalu begitu. Dia tak menjawab, hanya mengangkat satu alisnya.

"Mo-mora ingin bicara sebentar." Ayah mendekat padaku lalu berkata, "Apa?" ucapnya singkat.

Aku menghela nafas sebentar. Entah kenapa aku gugup sekaligus ragu. Tapi aku harus melakukannya, "Boleh gak Mora sekolah di luar? Gak homeschooling lagi."

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang