GANGSTA-5.Permata dibalik batu

747 36 1
                                    

HANSEN ADJIE PRASAJA

Gue melirik jam dinding di kamar. Jam tujuh tiga puluh malam. Biasanya jam segini gue keluar malem, kalau gak balapan, mungkin makan di restaurant mahal sama Serin.

ASTAGA GUE LUPA!!

Gue ada janji makan malam sama Serin di restaurant anjir! Dia juga gak ngabarin gue daritadi!

Gue mengambil handphone gue lalu segera menekan panggilan video call online. Gue tau dia bakal marah karena gue lupa sama janji gue sendiri. Tapi daripada terlambat, kan?

Tak perlu lama, dia mengangkat telfonnya dengan santai tak seperti biasanya yang selalu ngoceh melebihi kecepatan cahaya.

"Sayang, aku minta maaf, ya. Aku lupa soal acara kita." ucap gue membuka pembicaraan dan menatap wajah cantiknya di depan kamera.

Dia terlihat aneh, "Maafin aku, Hans." ucapnya tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Kita gak bisa makan malem sesuai rencana. Biasa..ada acara keluarga nih."

Gue hanya ber-oh ria. Gak papa lah mau gimana lagi. Keluarga harus jadi prioritas utama. Tapi nggak bagi gue.

"Iya oke gak papa kok. Kita kan bisa jalan lain waktu. Oke?" sambung gue yang hanya dibalas senyuman manis milik Serin disana. "Btw, acara keluarga kamu jam berapa?"

"Tujuh empat lima. Bentar lagi nih." ucapnya lalu melirik jam tangan yang menempel di tangannya. Itu pemberian gue btw. Pas hari ulang tahunnya. Jam mahal, gak semua orang pake. Dan Serin seneng banget bukan kepalang pas gue kasihin jam itu ke dia.

"Ya udah, kamu berangkat sama keluarga kamu atau sendiri?"

Dia terkekeh, "A-aku naik mobil punya Om. Maklum lah keluarga aku kan kere gak punya mobil. Haha."

Serin memang bukan berasal dari keluarga kaya raya. Dia keluarga sederhana. Memang sih dia di sekolah terkesan 'nakal' dia bawel, suka ngatur, tapi entah kenapa gue cinta sama dia. Gue gak tau. Gue gak mau kehilangan dia, sumpah. Dan pas udah pacaran sama gue, semuanya membaik. Sifat dia juga udah berubah. Yang tadinya bawel dan tukang julid, sekarang agak tobat lah dikit. Wkwk.

Ketika dulu gue pacaran memilih yang cantik dan kaya, kali ini nggak. Gue udah jatuh hati sama Serin. Gak peduli dia kaya atau nggak gue suka.

"Sayang aku tutup dulu, ya." ucapannya membuyarkan lamunan gue seketika.

"Eh, iya. Kamu hati-hati ya."

"Iya. Maafin sekali lagi." ucapnya masih terlihat bersalah.

"It's okay." gue tersenyum lebar. "Kamu cantik banget btw hari ini." Puji gue lalu tertawa.

"Masa sih? Berarti sebelum-sebelumnya aku gak cantik dong?"

"Cantik. Tapi kali ini lebih-lebih." gue mengklarifikasi. "Jangan cantik-cantik. Nanti digoda orang."

Dia tersenyum, "Nggak lah. Jangan ngomong gitu ah."

"Tapi janji dulu gak bakalan ninggalin aku, ya?" kekeh gue gombal. Biasa.. pas pacaran jadi bucin jadi rada goblok.

"Iya aku janji. Udah, ya aku tutup nih, bye."

"Bye." gue meletakkan handphone di depan dada sambil tak henti-hentinya tersenyum. Gila emang.

TOK TOK

Gue menyahut pintu gue yang diketuk seseorang itu, "IYAAAA.." gue terlalu malas bangkit dari kasur.

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang