GANGSTA-15.Bisakah memaafkannya?

234 15 0
                                    

Song: Sweet creature-Harry styles

"Apa si, Bang..gue ngantuk nih.." rengek Saka ketika Satra mencoba mewawancarainya sebelum Saka tertidur.

Satra tersenyum, "Kata Bibi Una, lo bawa cewek ke rumah ini kemarin. Kenalin, siapa?"

"Oh, dia temen gue, Alizia Mora." ucap Saka menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Dia disekap sama temennya sendiri. Jadi gue sama temen-temen gue nolongin dan bawa dia kesini."

"Gitu. Tapi gak macem-macem kan lo?" Satra bertanya lagi. "Ya nggak lah! Ada-ada aja sih lo." jawab Saka lalu menahan kedua matanya yang sudah mengantuk agar tetap terjaga.

Satra menghela nafasnya sebentar, "Soal rencana kita, gue udah mutusin." ucap Satra yakin. "Terus?" Saka mengucek matanya beberapa kali. Dan pandangannya fokus menatap Satra untuk saat ini.

"Lo beneran mau ikut?" tanya Satra kepada Saka. "Lo gak harus nanya itu lagi. Gue yakin gue bakal ikut."

"Gue sih udah tentuin waktunya. Rencananya kita pergi pas lagi libur akhir tahun, Desember nanti."

Saka mengangguk paham, "Oke. Gue ngerti." ucapnya. "Tapi satu hal, lo gak boleh ngajak temen-temen lo sama sekali." sambung Satra.

"Tapi-"

"Ka," Satra memohon agar adiknya itu mengerti, "Gue bahkan gak tau ini bakal berhasil apa nggak. Lo masih bisa hidup atau nggak nanti. Gue mohon jangan libatin orang lain dalam masalah ini. Mereka gak ada urusan apapun sama kematian Ayah."

Saka hanya bisa mengangguk pasrah, "Oke. Gue bakal pergi sendiri tanpa temen-temen gue."

"Kalo mereka maksa ikut pun gue gak bakal ngijinin. Kalian masih bocah ingusan yang gak tau apa-apa selain alasan pengen jadi jagoan." Satra menceramahi, "Jangan ajak temen-temen lo, oke?"

"Oke."

Satra mengangguk, "Dan nanti lo harus belajar bela diri sama anak buah gue." Perintah Satra.

"Anak buah? Lo punya anak buah?" tanya Saka sungguh terkejut. "Lebih tepatnya temen gue. Gue sama dia ngediriin tempat bela diri. Lo harus belajar banyak dulu disana sebelum bener-bener ikut dalam rencana ini."

"Tapi gimana caranya kita bisa masuk ke markas mereka?" tanya Saka masih penasaran. "Gue udah atur."

Satra menepuk bahu Saka, "Orang lain bakal sibuk ngerayain tahun baru sama keluarga mereka, tapi kita nggak. Kita cari mati, balas dendam soal kematian Ayah. Fighting, Ka."

"Oke, lo tidur. Ini udah malem." Satra menghalau lamunan Saka seketika, "Besok kan lo sekolah."

Saka termenung, "Ibu udah tidur?"

Pertanyaan itu membuat langkah kaki Satra terhenti, "Gak pernah ada yang tau, Ka. Dia lagi ngapain, udah tidur atau belum, i don't know. Dia masih sama kayak dulu."

"Lo gak mau nemuin dia?"

"Emangnya dia mau nemuin kita?"

Keduanya diam. Kedua bola mata coklat itu saling bertatapan, "Sebenarnya ini salah siapa, Bang?"

"Gak tau." jawab Satra mengendikkan bahu, "Bukan salah siapa-siapa. Ini udah takdir."

Satra mengusap wajahnya dengan satu tangannya, "Kadang gue bimbang dengan keputusan gue. Apakah balas dendam atas kematian Ayah itu benar? Gue takut Ibu malah kecewa."

"Lo ragu?"

"Ya, gue ragu." jawab Satra cepat, "Bukan gue takut akan resikonya, tapi gue takut kalau seandainya langkah kita salah. Dan orang lain yang terluka akibatnya."

GANGSTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang