0.13 𝐏𝐫𝐞𝐮𝐯𝐞

1.2K 119 4
                                    

Mobil Sehun terparkir di parkiran umum daerah rumah Luhan. Tadinya Sehun akan menurunkan Luhan di pinggir jalan raya. Luhan langsung menolak dan memarahi Sehun. Bahwasanya Sehun itu tidak pengertian tentang jarak dari jalan raya ke rumahnya itu lumayan jauh. Tak lupa Luhan juga melontarkan sindiran-sindiran kecil pada mantan suaminya itu. Alhasil Sehun mau mengantar Luhan sampai daerah terdekat rumahnya.

"Yasudah, kamu hati-hati di jalan"

Tangan Luhan mencoba membuka pintu mobilnya. Nihil, pintu mobilnya masih Sehun kunci. Kepalanya langsung menoleh dan menatap Sehun tak suka.

"Sehun, buka kunci mobilnya. Aku mau turun" Luhan memintanya dengan nada kesal. Tak perduli dengan tanggapan Sehun nantinya seperti apa.

"Iya, aku bakal membuka kuncinya. Tapi kan tidak usah sambil marah-marah" Suara Sehun terdengar pelan. Luhan yang mendengarnya hanya bisa diam.

Sehun melepas seatbelt yang menahan tubuhnya. Lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Luhan. Wanita itu hanya diam membeku ketika Sehun mendekatkan tubuhnya. Kini wajah tampan Sehun bisa terlihat jelas oleh kedua mata rusanya.

Kedua tangan Sehun meraih tangan Luhan. Mengelusnya sayang seraya mengecupnya sayang. Luhan tidak menolaknya. Entah kenapa matanya itu enggan mengalihkannya dari Sehun, yang sepertinya begitu tulus mengecup tangannya.

"Maaf ya, aku sudah membuat kamu marah-marah. Aku hanya ingin membuat hubungan kita seperti semula"

"Iya, tapi cara kamu salah"

Tatapan mereka bertemu. Mata sayu yang mulai berkaca-kaca itu terlihat menyakitkan untuk Sehun. Kalau di ingat kembali, Sehun sadar kalau ia sering membuat Luhan menangis oleh sikapnya. Tapi Sehun juga bingung. Karena Luhan tidak pernah langsung mengatakan segalanya yang membuat Sehun bersikap seperti ini. Jadi Sehun menyimpulkan kalau keduanya memang salah.

"Aku janji tid-"

"Aku tidak butuh janji. Yang aku butuh cuma bukti. Kalau kamu berniat untuk rujuk denganku, lakukan dengan pasti. Jangan membuat bualan" Semua kata-kata ibunya yang teringat, Luhan luapkan pada Sehun. Setidaknya dengan ini Sehun akan memberi keputusan yang sesungguhnya.

"Oke, kalau itu mau kamu"

Sehun mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Ia mengeluarkan kotak cincin, dan Luhan tahu itu kotak cincinnya semasa lalu bersama Sehun. Ketika kotaknya dibuka, disana terdapat dua cincin nikah miliknya bersama Sehun.

"Aku selalu membawanya setiap hari. Dan aku memang sudah berniat akan memberikannya lagi padamu. Hanya saja, aku menunggu waktu yang tepat"

Luhan yang mendengarnya tak bisa berucap apapun selain menggigit bibir bawahnya. Ada rasa bersalah di hati Luhan sudah bersikap seperti tadi pada Sehun. Tapi tetap, Luhan tidak akan mudah membuka hatinya untuk Sehun.

Jari Sehun mulai mengeluarkan satu cincin yang terukir namanya disana. Ya, itu memang cincin milik Luhan. Dan begitu pun sebaliknya. Sehun menaruh kotak cincinnya di sampingnya, lalu memakaikan cincin itu pada jari manis Luhan.

"Ini sudah jadi satu tanda bukti kalau aku memang serius sama kamu" Ucap Sehun sembari mengecup tangan Luhan sekilas.

"Kalau kamu mau, aku mau ajak kamu dan Haowen ke Kanada untuk ikut bertugas denganku kesana"

"Ka-kapan?"

"Minggu depan. Kita akan seminggu disana"

Seketika ludah tercekat di tenggorokannya. Matanya itu menatap Sehun was-was. Mana mungkin Luhan menyetujui ajakan Sehun begitu mudah. Sedangkan kalau besok Luhan diterima sebagai SPG, mana bisa Luhan ikut dengan Sehun. Secara ia baru kerja dan tidak mungkin langsung meminta cuti sebagai SPG baru.

"Ke-kenapa kamu harus ajak aku dan Haowen? Ka-kan disana kamu sedang bertugas, bukan berlibur" Ucap Luhan terbata-bata karena terlalu gugup untuk membuat Sehun berubah pikiran.

"Biar aku tidak jauh dari kalian. Selain itu, aku juga bisa memantau kalian dari dekat"

"Ta-tapi kan kamu bisa menelponku kalau kamu ingin me-melihat Haowen"

Kali ini Sehun me-notice ucapan terbata-bata Luhan. Raut wajah Luhan sangat memperlihatkan kegugupan ketika Sehun melihatnya. Kening Sehun sedikit berkerut menatap Luhan penuh tanya.

"Kamu kok kaya ketakutan gitu? Kamu tidak bisa ikut?" Tanya Sehun yang membuat Luhan spontan mengangguk menjawabnya.

"Kenapa? Kamu mau kemana?"

"Aku sibuk Sehun"

Sehun menghela napas. Bukan itu jawaban yang ingin Sehun dengar. Mengapa Luhan susah sekali untuk jujur padanya. Padahal Sehun pun tidak akan mempersulit apapun yang Luhan lakukan.

"Se-sekarang tolong buka kunci pintu mobil kamu"

"Oke"

Sebelah tangan Sehun langsung menekan tombol yang ada di pintu mobilnya. Ia membuka kunci pintu mobilnya untuk Luhan. Lantas Luhan yang melihat itu langsung keluar dari mobil tanpa berpamitan pada Sehun. Mata Sehun bisa melihat Luhan yang berlari dari mobilnya masuk ke dalam gang.

"Apa yang kamu tutupi dariku, Luhan" Gumam Sehun seraya mengusap wajahnya pelan.

Tak lama, ada sebuah motor yang terparkir di samping mobil Sehun. Dan sudah di pastikan itu motor Boa. Wanita itu memang sengaja memarkirkannya disana.

Setelah turun dari motor, Boa mendekati mobil Sehun. Seketika matanya memicing melihat ke dalam mobil Sehun lewat kacanya. Ia hanya ingin memastikan di dalam mobilnya itu ada orang atau tidak.

Baru saja ingin mengetuk kacanya, kaca mobil Sehun sudah terbuka. Menampakan Sehun yang tengah menatapnya dengan sorot mata yang penuh tanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Oh, ternyata masih ada orangnya. Kenapa kamu tidak turun dan masuk ke rumah Luhan?"

Sehun menggeleng pelan. "Aku harus pulang lagi ke kantor"

Boa yang mendengarnya hanya ber-oh ria. Lalu Boa mulai menatap Sehun sembari membenarkan rambut panjangnya.

"Oh iya, apa kamu tahu kalau Luhan mau kerja?"

"Hah? Kerja?" Kening Sehun kembali berkerut menatap Boa. Dan Boa yang melihat itu hanya menanggapinya dengan tenang.

"Iya, Luhan akan kerja. Masih melamar sih. Tapi dia besok mau ikut seleksi jadi SPG di Dongdaemun"

"Seriusan?"

"Memangnya aku terlihat berbohong?"

Tanpa basa basi, Sehun keluar dari mobilnya. Ia mengunci mobilnya sembari berjalan meninggalkan Boa sendiri disana. Kening wanita itu kini sama berkerut dengan Sehun. Menatap bingung kepergian Sehun yang terburu-buru.

"Apa.. Aku salah bicara?"

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang