0.7 𝐏𝐫𝐨𝐦𝐞𝐬𝐬𝐞

1.2K 136 14
                                    

Selesai mandi dan berganti baju di dalam, Sehun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang ia gosok-gosokan pada rambutnya. Namun, mata Sehun mengerjap beberapa kali ketika melihat Sejeong masih ada disana.

"Kamu masih disini?"

Kepala Sejeong menoleh. Bibirnya hanya tersenyum melihat Sehun mendekati meja kerjanya.

"Jisoo tadi datang kesini?" Tanya Sehun ketika melihat sebuah kotak makan sudah ada di atas meja kerjanya.

"Iya pak. Tadi nona Jisoo mengantarkannya"

Sehun hanya mengangguk sekilas. Lalu ia mendudukan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia meraih dasi hitamnya yang ada di atas meja. Tapi Sehun terdiam sejenak, kemudian ia menaruh kembali dasinya di atas meja. Karena Sehun baru ingat kalau ia tidak bisa pakai dasi. Sejeong yang melihat itu langsung mendekat ke arah Sehun yang berniat membantu Sehun memasangkan dasinya.

"Mari saya bantu pak"

"Oh tidak usah"

Ucapan Sehun diabaikan oleh Sejeong. Kini tangan Sejeong sudah meraih dasi hitam Sehun. Ia mulai mengalungkan dasi hitam itu pada kerah kemeja Sehun yang belum di lipat.

"Terima kasih"

"Sama-sama pak"

Sesekali Sejeong melirik mata Sehun yang mengalihkan pandangannya ke arah lain. Bibirnya tersenyum ketika tak sengaja melihat rambut Sehun yang berantakan.

Tak lama, Sejeong pun selesai memasangkan dasi pada kerah kemeja Sehun. Terakhir, Sejeong melipat kerah kemeja Sehun agar tampak lebih rapih.

"Selesai"

"Sekali lagi, terima kasih"

"Dengan senang hati. Bapak tidak usah sungkan-sungkan untuk meminta bantuan pada saya. Karena disini saya bertugas untuk membantu dan melayani anda"

Sehun hanya mengangguk sekilas. Tangannya mulai meraih kotak makan yang ada di sudut meja. Sehun mengambil sendok di atas kotak makannya. Ia sekilas melirik Sejeong yang terus memperhatikannya.

"Apa kamu sudah sarapan?" Tanya Sehun tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sudah pak"

"Baguslah"

Sehun mulai menyuapkan makanannya ke mulut. Ia memakan sarapannya dengan lahap. Tentu itu membuat Sejeong terdiam. Pasalnya, mau dalam keadaan apapun. Sehun tetap tampan menurut Sejeong.

Tok tok tok

"Masuk"

Sehun bisa mendengar kalau pintunya terbuka. Tapi ia terlalu fokus pada makanannya. Jadi tidak tahu siapa yang datang. Berbeda dengan Sejeong, ia terlihat memperhatikan Luhan yang tengah menggendong bayi di pangkuannya.

"Ada yang bisa saya bantu, mba?" Tanya Sejeong. Tapi Luhan hanya meliriknya sekilas. Kakinya itu terus berjalan ke arah bangku kerja Sehun.

"Sehun"

Mendengar itu, Sehun mendongakan kepalanya. Ia melihat Luhan yang tengah berdiri tepat di depan meja kerjanya. Luhan juga membawa Haowen di pangkuannya.

"Loh Luhan? Kapan kamu datang ke kantor?"

Buru-buru Sehun memberhentikan kegiatan makannya sejenak. Kakinya pun langsung berdiri dan menghampiri Luhan.

"Kenapa kamu tidak bilang mau ke kantor?" Tanya Sehun lembut sembari mengelus pipi Haowen.

Wanita di depannya itu enggan menjawab. Seakan tahu apa penyebabnya, Sehun spontan melirik Sejeong yang ada di belakang Luhan. Dan dengan terpaksa Sehun harus menyuruh Sejeong menunggu dulu di luar.

"Maaf Sejeong, apa kamu bisa menunggu diluar?"

"Oh tentu pak"

Tanpa basa basi Sejeong membungkukan tubuhnya sekilas, lalu melenggang pergi dari ruangan Sehun.

Ruangan pun mulai hening usai kepergian Sejeong. Sehun yang tidak suka keadaan seperti ini pun perlahan mengelus pipi Luhan.

"Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku"

Bibir Luhan tetap tidak menjawab. Pandangan matanya tak lepas dari kotak makan yang ada di atas meja Sehun. Luhan berpikiran bahwa kotak makan itu diberikan oleh Sejeong.

"Apa wanita tadi bernama Sejeong?" Celetuk Luhan sembari melepaskan tas selendangnya dan menaruhnya di atas meja kerja Sehun.

"Iya, dia Sejeong"

"Apa dia juga yang memberimu sarapan itu?"

Oke, sekarang Sehun mengerti apa penyebab Luhan terdiam tadi. Tapi Sehun mencoba menanggapinya dengan tenang.

"Bukan sayang. Itu tadi dari Jisoo. Karena tadi aku menyuruhnya untuk membawakanku sarapan"

"Benarkah?"

"Iya benar. Memang kenapa? Kamu mau sarapan juga?"

Luhan menggeleng pelan. Bibirnya tersenyum tipis. Ada rasa sakit di hatinya yang entah apa itu. Padahal Sehun sudah menjelaskan itu bukan dari Sejeong tapi kenapa hatinya tetap sakit. Terlebih ia pun sebenarnya membawa bekal makan untuk Sehun. Karena Luhan tahu bahwa Sehun belum sarapan.

"Lu, aku ingin menggendong Haowen"

"I-iya"

Tangan Sehun perlahan mengambil alih Haowen ke pangkuannya. Sehun menimang Haowen di tangannya. Bibirnya sesekali terkekeh ketika melihat bibir Haowen yang bergerak seperti mencari sesuatu.

"Apa dia sudah minum susu?"

"Apa? Haowen? Sudah"

Sehun terus mengecup pipi Haowen tanpa menjawab ucapan Luhan. Ia terlalu senang ketika melihat Haowen. Entahlah, bawaanya selalu ingin terus mendekap Haowen ke dalam pelukannya.

Di sisi lain, Luhan yang melihat Sehun bermain dengan Haowen perlahan tersenyum. Luhan sedikit merasa bersalah karena terlalu berpikir negatif pada Sehun. Padahal Luhan tahu bahwa Sehun sangat menyayangi Haowen.

Tubuh Luhan perlahan mendekat ke arah Sehun. Luhan pun sekilas mengecup pipi Haowen yang wangi bayi.

"Sehun, aku minta maaf"

"Kenapa?"

"Aku terlalu berpikiran negatif padamu akhir-akhir ini" Aku Luhan dengan suaranya yang sedikit pelan.

"Gimana maksudnya? Kamu cemburu sama Sejeong?" Goda Sehun.

Luhan menggigit bibir bawahnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Sehun.

"Iya" Cicit Luhan. Tentu itu langsung membuat Sehun terkekeh. Ternyata Luhan sangat manis ketika terlihat malu-malu seperti ini.

"Apa kamu marah kalau aku cemburu? Sedangkan kita sudah bukan suami istri"

Mata elang Sehun menatap mata bening Luhan dengan sayang. Raut wajah Luhan terlihat seperti ketakutan atas pengakuannya barusan.

"Aku tidak marah. Malah aku senang kalau kamu cemburu. Karena itu tandanya kamu masih menyayangiku, Lu" Jelas Sehun seraya mengelus rambut Luhan.

Luhan menundukan kepalanya. Ia terlalu malu di tatap seperti itu oleh Sehun.

"Lihat aku"

"Tidak mau"

"Sebentar saja" Bujuk Sehun dengan nada lembut. Dan Luhan pun luluh. Kepalanya kembali mendongak dan langsung bertatapan dengan Sehun.

Wajah Sehun perlahan mendekati wajah Luhan. Bibir tipisnya langsung mencium Luhan. Ada sedikit lumatan yang Sehun beri. Tapi Luhan tidak keberatan. Mata Luhan terpejam sekilas sebelum ciumannya Sehun lepas.

"Aku sangat menyayangimu, Luhan. Aku janji, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama"

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang