0.14 𝐇𝐚𝐨𝐰𝐞𝐧

1.2K 124 13
                                    

Sehun mengetuk pintu rumah Luhan. Dan dengan cepat pintu itu terbuka. Ia langsung dihadapkan dengan Luhan. Wajah Luhan kembali menegang ketika disuguhkan wajah Sehun yang datar tanpa ekspresi. Entah apa yang membuatnya seperti itu.

"Kenapa kamu mau kerja? Kamu tidak memikirkan Haowen?" Tanya Sehun to the point.

"Apa maksud kamu?"

"Jawab"

Hati Luhan terasa perih mendengar nada bicara Sehun yang terkesan dingin. Mata elang mantan suaminya itu terlihat tajam. Sungguh Luhan tidak bisa berkata apa-apa.

"Kenapa kamu diam? Kenapa kamu mau kerja? Uang yang setiap bulan aku kasih tidak cukup?"

Bibir Luhan terus terkatup, enggan untuk menjawab pertanyaan Sehun yang bertubi-tubi. Luhan heran. Darimana Sehun tahu kalau ia mau bekerja. Masa hanya dari gerak-gerik dirinya tadi, Sehun langsung tahu kalau Luhan begitu karena menyembunyikan kebenaran kalau ia mau bekerja.

"Kamu tidak memikirkan Haowen? Siapa yang akan menjaganya kalau kamu bekerja?"

"Bi-bisa tidak kamu tidak menekan aku seperti itu?" Luhan menatap Sehun nanar. Tapi tatapan Luhan itu tetap tidak melunturkan tatapan tajam Sehun kepadanya.

"Oke. Sekarang kamu jawab, kenapa kamu mau kerja? Aku kan sudah bekerja buat kamu sama Haowen. Aku juga tak pernah lupa untuk memberimu uang tiap bulan"

"A-aku butuh uang tamba-"

"Uang tambahan? Kenapa kamu tidak bilang? Aku juga tidak akan keberatan kalau kamu bilang"

Tubuh Luhan perlahan bergetar mendengar serangan Sehun yang bertubi-tubi padanya. Luhan mengaku salah atas keputusannya untuk bekerja. Tapi Luhan pun hanya ingin mencari pengalaman lain. Toh, ia juga tidak akan lupa untuk mengurusi Haowen.

"Kamu mau tetap bekerja? Kamu mau aku yang menggantikan kamu untuk menjaga Haowen? Oke. Kalau begitu, silahkan kamu yang bekerja. Biar aku yang berhenti bekerja"

"Sehun hiks"

Luhan menundukan kepalanya. Ia mencengkram erat ujung bajunya sambil menangis.

"Hei Luhan, kamu kenapa?" Celetuk Boa yang datang dari belakang Sehun. Wanita itu menghampiri Luhan. Menaruh paket yang ia bawa di depan pintu Luhan. Lalu merangkul pundak Luhan yang terasa bergetar.

"Kamu kenapa?"

Tanpa memperdulikan kedua wanita di depannya, Sehun langsung menerobos masuk ke dalam rumah. Otomatis Luhan langsung menahan tangan Sehun. Ia hanya takut kalau Sehun akan mengambil Haowen.

"Kamu mau apa, Sehun? Tolong jangan ambil Haowen!" Luhan teriak di sela tangisnya.

"Jangan halangi aku"

Sehun menepis tangan Luhan dengan kasar. Kakinya terus berjalan ke arah kamar Luhan. Tentu Luhan langsung mengejar Sehun tanpa memperdulikan Boa yang menahannya.

Di dalam kamar, Luhan buru-buru duduk menghalangi Haowen yang tengah tertidur. Bahkan pinggul Luhan sempat terbentur.

"Tolong jangan ambil Haowen hiks"

"Kenapa? Kamu kan mau kerja. Jadi aku yang akan mengurus Haowen sekarang"

Tangan Sehun mencoba untuk mengambil Haowen. Tapi ditahan oleh tangan Luhan, lalu menepisnya begitu saja.

"Jangan Sehun hiks"

Boa yang ada di ambang pintu kamar Luhan hanya bisa menonton. Jujur, ia sangat ingin menolong Luhan. Saudaranya itu terlihat tersiksa ketika Sehun mencoba mengambil Haowen yang tengah tidur di atas kasur.

"Sehun sudah!" Teriak Boa yang tidak kuat melihat Luhan yang terus menangis.

Karena teriakan Boa terdengar keras. Hani yang tengah beristirahat merasa terganggu. Hingga akhirnya wanita paruh baya itu memutuskan keluar kamar dan melihat apa yang terjadi di luar sampai berisik menganggu telinganya.

"Boa? Ada apa?"

"Sehun dan Luhan bertengkar bi"

"Ck, bertengkar kenapa lagi?" Hani berjalan ke arah kamar Luhan. Disana Hani melihat Sehun yang tengah mengambil Haowen di kasur sembari dihujani pukulan dari Luhan yang menangis.

"Kalian kenapa lagi?!"

Keduanya tak ada yang menggubris. Sehun tetap membawa Haowen ke dalam pangkuannya. Pria itu juga mulai membawa Haowen ke arah pintu.

"Sehun! Jangan bawa Haowen hiks"

Telinganya tetap mengabaikan Luhan. Ia terus berjalan keluar tanpa memperdulikan Luhan yang terus menahannya. Ketika Sehun keluar kamar, Boa sempat menahan. Tapi sial, tenaga Sehun lebih besar ketimbang dirinya.

"Sehun, kamu mau bawa Haowen kemana?" Tanya Hani yang sekarang mulai menatap Sehun kesal.

"Maaf bu, aku tidak bisa membiarkan Haowen disini. Aku akan membawa Haowen ke rumah"

"Atas dasar apa kamu membawa Haowen?"

Tubuh Sehun mulai menghadap ke arah Hani.

"Katanya Luhan mau bekerja. Dia sudah tidak butuh uang dariku lagi. Jadi sekarang kami akan bertukar tugas. Aku akan membiarkan Luhan bekerja, dan aku yang akan menjaga Haowen" Ucap Sehun.

"Tidak perlu seperti itu, Sehun. Kamu bisa menitipkannya pada ibu"

"Tidak bu. Aku sebagai ayahnya Haowen yang akan menjaga Haowen mulai sekarang"

Seketika Luhan langsung mencengkram jas Sehun. Ia menatap Sehun tajam dengan kedua matanya yang memerah.

"Memangnya kamu bisa memberi Haowen asi, hah? Tidak kan. Jadi sekarang lepaskan Haowen"

Sebelah tangan kekar Sehun langsung melepaskan tangan Luhan dari jasnya dengan kasar. Ia terpaksa melakukan itu pada Luhan.

"Diluar sana banyak yang menjual asi" Jawab Sehun spontan.

"Jangan Sehun hiks"

Selesai dengan ucapannya, Sehun tanpa basa basi lagi langsung membawa Haowen ke arah pintu keluar. Ia tidak menggubris teriakan Luhan yang terus melarangnya untuk membawa Haowen.

"Aku tidak akan hiks bekerja Sehun!" Teriak Luhan. Tapi teriakan itu sudah tidak berlaku untuk Sehun. Pria itu tetap melenggang pergi membawa Haowen keluar dari rumah Luhan.

Setelah Sehun pergi, Luhan menangis kencang di tengah rumahnya. Tubuhnya pun sudah terkulai lemas disana. Hani yang melihat anaknya menangis hanya bisa memeluknya. Mencoba menenangkan Luhan yang terus menangis.

"Sudah jangan menangis! Kamu bisa melihat Haowen ke rumah Sehun"

"Tidak mau hiks"

"Terus kenapa kamu mau bekerja? Sehun kan sudah membiayai kehidupanmu dan Haowen" Ucap Hani yang terdengar sedikit keras pada Luhan.

Tanpa mendengarkan Hani, telunjuk Luhan langsung menunjuk ke arah Boa.

"Kamu kan yang memberitahu Sehun kalau aku hiks mau bekerja?!"

"Aku minta maaf, Luhan. Aku tidak tahu kalau itu rahasia"

Luhan sempat ingin berdiri yang berniat memukul Boa. Untung Hani dengan sigap menahan tubuh Luhan. Lalu membawa Luhan ke dalam kamar.

"Diam disitu. Bibi akan menenangkan Luhan"

Hani menyeret Luhan paksa ke dalam kamar. Ia menutup pintu kamar Luhan dan menguncinya.

Di luar kamar, Boa bisa mendengar tangisan Luhan yang sangat kencang.

"Aku minta maaf, Luhan"

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang