0.24 𝐌𝐞𝐫𝐝𝐞

1.1K 106 4
                                    

"Su-sah"

Sehun mendesah pelan.

"Apa saya harus, bikin kamu resign dari sini agar kamu mau melupakan saya?"

Tanpa menjawab, Sejeong langsung beranjak dari kursi. Ia melenggang pergi dari ruangan Sehun. Meski begitu, Sehun tetap tidak peduli. Menurutnya ini sudah keputusan yang sangat tepat. Daripada ia harus menanggung akibatnya nanti atas perasaan Sejeong padanya, jadi lebih baik dihentikan dari sekarang.

Setelah Sejeong pergi, muncul Luhan dan Yohan dari arah pintu. Mereka masuk dan berdiri di depan Sehun. Dan Sehun yang menyadari itu awalnya kaget karena ada Luhan. Tapi ia mencoba biasa saja sembari menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Silahkan duduk bu" Luhan mendudukan tubuhnya di kursi samping sofa.

"Maaf pak, dompet bapak ada di bu Luhan"

"Hm"

"Kalau begitu, saya permisi"

Luhan melempar senyuman pada Yohan yang meliriknya sekilas. Lalu berjalan keluar ruangan. Meninggalkan Sehun dan Luhan. Tentu, bersama Haowen juga.

Namun, setelah Yohan pergi. Senyuman Luhan pun luntur kembali. Ia menatap Sehun yang menyenderkan tubuhnya pada sofa dengan mata terpejam.

"Kamu melakukan apa pada Sejeong? Tadi dia terlihat menangis ketika kita berpapasan di lorong"

Sehun mengusap wajahnya gusar. Tidak heran Luhan menanyakan itu ketika sampai di ruangannya.

"Jawab aku"

"Jawab apa? Sejeong? Lagipula itu tidak penting"

"Kamu bertengkar dengan pacarm-"

"Cukup Luhan. Kepalaku sedang pusing"

Sehun membaringkan kembali tubuhnya di atas sofa. Menaruh kembali lengannya di atas keningnya. Matanya terpejam, dan Sehun berharap ia bisa langsung tidur. Mengistirahatkan pikirannya.

"Maaf" Cicit Luhan mengulurkan tangannya berniat untuk mengelus pipi tirus Sehun.

-

Jam makan siang pun sudah habis. Para karyawan pun kembali ke dalam kantor untuk meneruskan pekerjaan mereka.

Seperti yang Yohan katakan bahwa Sehun akan bertemu klien dari luar kota usai jam makan siang. Tapi sepertinya Sehun lupa. Buktinya pria itu masih tertidur di sofa dengan posisi yang sama.

Tok tok tok

"Masuk"

Pintu terbuka. Disana ada Yohan yang muncul dari balik pintu.

"Ada apa Yohan?"

"Selamat siang, bu. Maaf bu, apa pak Oh nya bisa di bangunkan? Soalnya ada klien dari luar kota yang sudah menunggu"

"O-oh tunggu sebentar ya"

Luhan langsung menepuk-nepuk pipi Sehun yang masih tertidur. Mata elang itu pun perlahan mulai terbuka. Luhan lega, untung Sehun mudah di bangunkan.

"Ada apa?" Tanya Sehun dengan suara seraknya.

"Ada klien pak yang sudah menunggu"

Mendengar itu, Sehun mengalihkan pandangannya pada Yohan yang berdiri di samping pintu.

"Klien? Yang dari luar kota itu?"

"Benar pak. Beliau sudah menunggu di bawah"

Sehun langsung bangun dan membenarkan posisinya. Ia membenarkan kemeja dan juga jasnya dibantu Luhan.

"Kamu jangan lupa basuh muka kamu" Ucap Luhan dengan suara pelan.

"Iya"

Sebelum pergi, Sehun mengecup Haowen sekilas yang ada di gendongan Luhan. Lalu ia berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruangan. Yohan pun sempat ingin mengikuti Sehun keluar, tapi Luhan langsung memanggilnya untuk mendekat.

"Ada apa bu?"

"Kamu bisa bantu saya tidak?"

"Bisa bu. Apa yang perlu saya bantu?"

Luhan melepas pengait gendongannya. Lalu ia memberikan Haowen ke Yohan. Tentu Yohan kaget, namun ia tetap menerimannya.

"Tolong titip Haowen ya. Aku mau ke toilet sebentar"

"A-ah baik bu"

Belum sempat melangkah, pintu ruangan Sehun kembali terbuka. Muncul Kai yang terlihat buru-buru.

"Kai"

Pandangan mereka pun bertemu. Tapi Kai langsung mengalihkan pandangannya pada Yohan.

"Hei kamu, dimana Sehun?"

"Pak Oh ada di ruangan bawah se-"

Ucapan Yohan terpotong karena Kai langsung pergi dari ruangannya. Langkah kaki Kai yang terburu-buru pun bisa terdengar oleh Luhan.

-

Ting

Lift yang dinaiki Kai pun terbuka di lantai 10. Ya, Kai memang tahu ruangan dimana Sehun berada. Karena ruangan penerima tamu hanya ada satu. Hanya di lantai 10.

Kakinya kembali berlari untuk menuju ruangan. Sampai di depan pintu, Kai langsung membukanya. Disana ada Sehun dan juga seorang wanita. Perhatian mereka pun langsung tertuju pada Kai yang ada di ambang pintu.

"Kai" Gumam Sehun yang kaget melihat Kai yang tiba-tiba muncul di pintu.

Kai melirik wanita bermata bulat itu sekilas sebelum mendekat ke arah Sehun.

"Apa yang kau lakukan?" Bisik Sehun sembari berdiri mensejajarkan tubuhnya dengan Kai.

"Aku mau minta uang"

"Aku sedang menemui klien sekarang"

Sehun menarik lengan Kai ke arah pintu. Tapi Kai langsung menepisnya. Kalau Kai sedang tidak buru-buru pun, ia tidak akan nekat seperti ini.

"Ayolah, aku sedang butuh uang sekarang. Aku juga sedang buru-buru" Sehun menatap Kai tajam.

"Dompetku ada di Luhan. Jadi aku tidak bawa uang"

Kyungsoo yang menyimak perbincangan kakak adik itu mulai mendesah pelan. Kai yang mengotot dan juga tidak sopan itu, membuat Kyungsoo risih. Dan tadi telinganya pun sekilas mendengar kalau Kai butuh uang. Jadi daripada Kai membuat keributan disini, Kyungsoo berniat memberinya uang.

Wanita itu mengeluarkan dompetnya di dalam tas. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang. Kakinya mulai berdiri dan menghampiri Kai.

"Hei, ini ambilah dan cepat pergi"

Kedua pria itu langsung menatap Kyungsoo heran.

Tanpa meminta izin, Kyungsoo pun menarik tangan Kai. Menaruh uang itu di tangan Kai.

"Eh tidak u-"

"Cepat keluar" Usir Kyungsoo dengan wajah datarnya.

Kalau bukan karena terburu-buru, Kai jujur tidak ingin menerima uang ini. Tapi Kai terpaksa harus menerimanya. Setelah menerima uang itu, Kai langsung pergi tanpa pamitan. Dan tanpa berterima kasih pada Kyungsoo yang sudah memberikannya uang.

Melihat kepergian Kai, Sehun mengusap wajahnya. Sungguh, Sehun sangat malu atas sikap Kai.

"Maafkan saya bu. Saya sudah membuat anda tidak nyaman atas sikap adik saya"

"Tidak apa-apa. Tapi saya harap, kejadian tadi tidak terulangi lagi. Karena itu bisa menurunkan citra perusahaan anda pak" Sehun mengangguk.

"Silahkan duduk kembali bu"

Kyungsoo hanya menurut. Ia kembali ke arah kursinya dan duduk dengan tenang disana.

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang