0.20 𝐄𝐫𝐫𝐞𝐮𝐫 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐮𝐧𝐞

1.2K 124 17
                                    

Sehun berjalan menghampiri Luhan yang berjongkok di samping mobilnya. Kedua tangannya memeluk kaki serta kepalanya menunduk bersimpuh di kedua kakinya. Ada rasa penyesalan di hatinya. Mengapa juga ia harus meminta maaf pada Sejeong yang memang bukan siapa-siapa. Sedangkan ia membiarkan Luhan pergi sendiri begitu saja ke basement.

"Sayang"

Tak ada tanggapan dari Luhan. Sepertinya Luhan menangis, karena Sehun bisa mendengar isaknya samar-samar.

Sehun mulai ikut berjongkok. Menaruh tas yang ia bawa di sampingnya. Tangannya memegang kedua pundak Luhan yang terasa bergetar. Ternyata benar. Luhan memang menangis.

"Hei, Luhan. Lihat aku" Kepalanya mendongak menatap Sehun yang ada di depannya. Entahlah, Luhan pun bingung. Mengapa ia mau menurutinya.

"Jangan nangis. Kamu cuma salah paham"

Ujung mata Luhan tak sengaja melihat tas yang ada di samping Sehun. Tentu ia tahu itu tas siapa.

"Cih, se-sekarang kamu sudah terang-terangan membawa tas pacarmu itu" Sindir Luhan dengan senyum remehnya pada Sehun.

"Kamu sal-"

Srek

Kaki Luhan refleks menendang tas berisi asi itu menjauh darinya. Kantung asi yang ada di dalam tas itu pun berhamburan ke lantai basement.

"Astaga Luhan"

Tubuh Luhan menegang ketika matanya tak sengaja bertemu pandang dengan mata Sehun. Mantan suaminya itu terlihat mendelik seraya mendekati kantung asi yang berhamburan kemana-mana.

"Aku tidak mengerti denganmu, Lu"

Kantung asi yang berhamburan itu, semua Sehun ambil dengan sabar. Bahkan kandungan itu ada yang bocor akibat tendangan Luhan tadi. Tapi Sehun tak berkomentar apapun atau mendumel dengan sikap Luhan yang menurutnya kekanakan.

"Aku sedih lihat kelakuan kamu kaya gini. Ini asi buat Haowen, Lu"

"A-aku tidak tahu, Sehun"

"Iya, itulah kesalahan kamu. Coba saja kalau tadi kamu mendengarkan penjelasanku dulu, mungkin ini tidak akan terjadi"

Lirikan mata Sehun membuat Luhan semakin tidak berkutik. Suara Sehun memang terdengar pelan dan tak ada unsur bentakan. Tapi ucapannya itu benar-benar langsung kena pada hatinya. Membuat Luhan terbawa perasaan dan ingin menangis lagi.

Sehun mulai berdiri dengan tas di tangannya. Ia kembali menghampiri Luhan sembari mengulurkan tangannya di hadapan Luhan.

"Ayo berdiri" Tangan Luhan menerimanya dengan ragu.

Di antara suasana yang hening itu, tiba-tiba datang sebuah mobil dan berhenti di samping mereka. Seorang wanita pun turun dari mobil itu dengan bayi yang ada di gendongannya.

"Hai, Sehun"

Mobil yang membawa Baekhyun itu langsung memputar balik arah dan berhenti sedikit jauh dari Baekhyun.

"Loh Baek, aku baru saja mau mengambil Haowen ke rumahmu"

Baekhyun mendesah pelan. Ia melepas gendongan bayinya. Lalu memberikan Haowen pada Luhan. Dan Sehun yang melihat itu langsung mencegahnya. Kedua tangannya langsung mengambil alih Haowen dengan cepat dari tangan Baekhyun.

"Maaf ya Sehun. Aku harus memulangkan Haowen"

"Tak apa" Jawab Sehun singkat.

"Aku sudah bicara dengan Chanyeol tadi ketika dia pulang dari kantor. Dan dia dengan cepat menjawab kalau dia tidak setuju. Aku tidak bisa melawannya" Sehun mengangguk mengerti mendengar cerita Baekhyun.

"Tak apa, Baek. Toh, disini juga sudah ada Luhan" Luhan yang ada di samping Sehun terlihat tersenyum simpul pada Baekhyun yang meliriknya sekilas.

"Syukurlah, dan kuharap kalian tidak bertengkar lagi. Kasian Haowen"

"Iya" Cicit Luhan.

Mata Sehun melirik sekilas mobil yang sedaritadi parkir tidak jauh dari mereka. Sehun yakin di dalam mobil ada Chanyeol. Namun ia terlalu malas untuk menanyakannya.

"Yasudah. Kalau begitu, aku mau pulang lagi"

"Hati-hati, Baek"

Wanita itu hanya tersenyum sembari berjalan ke arah mobil yang sudah menunggunya. Setelah Baekhyun masuk ke dalam mobil. Mobil itu pun perlahan mulai meninggalkan basement. Menyisakan Luhan dan Sehun berdua.

Tanpa mengajak Luhan, Sehun sudah jalan terlebih dulu ke arah lift dengan Haowen.

-

Ting

Pintu lift terbuka di lantai 9. Sehun langsung berjalan keluar ke arah kamar apartemennya. Sedangkan Luhan yang ada di belakang Sehun hanya menunduk mengekori Sehun ke arah kamar apartemennya.

Ketika di depan pintu apartemen, Sehun melirik Luhan sekilas yang masih berjalan menghampirinya.

"Aku bakal ganti kunci passwordnya. Biar kamu tidak bisa membawa Haowen keluar tanpa seizinku"

Pintu terbuka. Sehun langsung masuk ke dalam apartemen tanpa menunggu Luhan. Ia berjalan ke arah kamar berniat untuk menidurkan Haowen disana.

Di dalam kamar, Sehun mendekati kasur. Menidurkan Haowen perlahan di atas kasur. Tak lupa juga ia menaruh gulingnya di samping Haowen untuk menahan Haowen.

Sehun mengecup kening Haowen sekilas sebelum keluar dari kamar.

Di luar kamar, Sehun mendapati Luhan tengah duduk di sofa dengan kepala tertunduk. Kalau bukan karena rasa sayang, Sehun tidak mau mendekati dan membujuk Luhan yang ada disana.

Sehun perlahan mendekati Luhan. Mendudukan tubuhnya di samping wanita mungil itu.

"Hei, sudahlah. Jangan terus menunduk seperti itu" Kepala Luhan langsung terangkat tanpa menoleh ke arah Sehun yang ada di sampingnya.

"Aku minta maaf. Harus ku akui kalau sebenarnya kita berdua salah. Kita terlalu cepat mengambil keputusan sampai kita tidak memikirkan apa yang akan menjadi akibat dari keputusan kita" Sehun berusaha berucap lembut agar Luhan mau mengerti dan menerima ucapannya.

"Sekarang begini saja. Kita fokuskan dulu perhatian kita pada pertumbuhan Haowen. Dan kalau umur Haowen sudah satu tahun.. Aku janji. Aku akan memperbolehkanmu bekerja"

"Apa maksudmu Sehun?"

"Aku tahu. Aku sudah menjilat ludahku sendiri karena sudah berkata untuk melarangmu bekerja. Tapi kalau tidak seperti itu. Kamu akan terus berpikiran buruk tentangku karena aku mengekangmu di apartemen. Dan itu akan membuatku kepikiran"

"Kan aku sudah bilang, aku tidak akan bekerja"

Sehun menghela napas.

"Iya, karena aku tahu, kamu mengatakannya terpaksa. Dan aku tidak mau kalau kamu melakukannya dengan terpaksa"

Mata Luhan mendelik sebal mendengar ucapan Sehun. Bagaimana tidak? Sehun sangat membingungkannya. Ucapannya itu terlalu berbelit-belit untuk di cerna otak Luhan.

"Jadi kamu mengizinkanku bekerja? Kamu tidak akan menyesal, Sehun?"

"Tidak. Tapi seperti yang aku katakan tadi. Kamu hanya boleh bekerja kalau Haowen sudah berumur satu tahun. Karena kalau sudah bisa ditinggal, nanti aku akan menitipkannya pada ibu"

"Yasudah, kalau begitu, besok kamu antarkan aku ke Dong-"

"Tidak, tidak. Kamu tidak akan bekerja disana"

Kening Luhan seketika berkerut.

"Apa maksudmu?"

"Kamu bekerja di kantorku saja. Aku akan menempatkanmu jadi karyawan di kantor"

Luhan mendengus menatap Sehun dengan tatapan remeh.

"Apa kau tengah mengujiku, Sehun?"

"Kenapa? Toh, seharusnya kamu senang ketika aku mempekerjakanmu di kantorku. Kamu jadi bisa memantauku dengan Sejeong, bukan?"

Kepala Luhan mengangguk dengan cepat.

"Ya, kamu benar. Aku akan terus mengawasi kalian"

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang