0.36 𝐄𝐩𝐢𝐥𝐨𝐠𝐮𝐞

2K 129 17
                                    

Oh Haowen. Anak semata wayang daril Sehun dan Luhan itu sekarang sudah bertambah umur menjadi 3 tahun. Wajahnya yang tampan itu sudah mulai terlihat sangat mirip dengan sang ayah. Terlebih mata elangnya. Anaknya itu akan mengeluarkan tatapan tajamnya jika bertemu orang baru. Meski terlihat cuek di luar. Tapi Haowen akan sangat hangat jika sudah kenal dekat.

Semakin bertambahnya umur. Haowen menjadi semakin pandai berbicara. Terkadang ketika Sehun atau dirinya sedang berkumpul bersama. Dia akan menanyakan hal yang baru ditemukannya. Semisal Sehun itu membawa barang yang terlihat asing untuknya. Haowen akan cepat menanyakannya. Walaupun merasa kesal karena anaknya itu banyak bertanya di waktu yang kurang tepat, seperti kalau tengah pusing atau banyak kerjaan. Tapi Sehun tetap menjawab pertanyaan Haowen dengan senyuman.

Dan khusus hari ini. Sehun dan Luhan meluangkan waktunya seharian penuh untuk Haowen. Menurut laporan dari ibunya, Sohye. Nafsu makan Haowen itu sekarang lagi bagus. Makannya selalu banyak. Dan cucunya itu selalu aktif berjalan. Satu hal yang membuat Sohye senang. Haowen itu anaknya sangat tenang. Dia tidak pernah rewel meski sering ditinggal kedua orang tuanya bekerja.

-

"Haowenn, Sehunn. Makan malam dulu yuk" Teriak Luhan dari arah dapur.

Kedua pangeran tampannya itu keluar dari kamar. Haowen berlari menghampiri Luhan. Meminta pada ibunya itu untuk mendudukannya ke kursi pantry yang lebih tinggi darinya.

"Sayang, kamu mau makan nasi atau-"

"Nasi dong" Jawab Sehun dengan cepat.

Luhan melirik suaminya sekilas yang ada di sampingnya. Bibir cherrynya itu berdecih melihat Sehun langsung duduk di samping Haowen dan mengambil semangkuk nasi yang sudah disiapkannya.

"Aku nanya ke Haowen ya"

"Toh Haowen juga pasti pilih nasi. Iya kan sayang?"

Mendapat tatapan dari kedua orang tuanya. Haowen lebih memilih melirik Sehun yang sesekali memberinya wink. Tak hanya itu. Sorot mata Sehun pun memberitahunya untuk memilih nasi yang ada di hadapannya.

"Aku.. mau.. nasi aja bundaa"

Yess

Hati Sehun bersorak bahagia ketika mendengar jawaban anaknya. Ia langsung memberi Haowen tos dan mengusak rambutnya.

"Anak ayah memang pintar" Pujinya.

"Yaudah deh"

Luhan langsung mengambil sendok sup. Lalu menuangkan sup rumput laut hangat itu pada mangkuk Haowen.

"Di makan ya sayang. Bunda mau telpon teman dulu"

Melihat istrinya pergi ke kamar. Sehun menurunkan sendok di tangannya. Ia menggeser sedikit kursinya agar lebih dekat pada Haowen. Kedua matanya tak lepas pandang dari mulut anaknya yang melahap nasi dan sup yang ada di mangkuk.

"Ayah.."

"Kenapa sayang?"

"Haowen mau main.. sama kakak Jasper" Rengeknya tanpa menghentikan suapan nasi pada mulutnya.

"Nanti kalau makanannya habis. Ayah akan menelepon kakak Jasper untuk ke rumah"

"Beneran??" Kepala Sehun mengangguk seraya mengelus rambut hitam Haowen.

"Yeayyy.. thank you daddyy"

Haowen mengangkat kedua tangannya kegirangan. Pipinya pun menggembung oleh makanan di dalamnya. Sehun tersenyum dan sesekali mengecup kening Haowen.

"Oh iya. Ayah mau tanya sesuatu"

"What is that?"

Ujung mata Sehun melirik pintu kamar sekilas. Istrinya itu masih belum keluar dari kamar. Dan itu artinya situasi sangat aman. Kepala Sehun menunduk untuk lebih dekat dan jika ia memelankan suaranya, Haowen masih bisa mendengar suaranya.

"What do you want to ask, dad?"

"Jawab jujur ya. Haowen mau punya adek lagi tidak?"

"Adek?"

"Hm"

Di luar ekspetasi. Ekspresi wajah Haowen terlihat berubah menjadi sendu. Sendok yang sedaritadi di pegangnya mulai ditaruh di atas mangkuk.

"Haowen.. gak mau.. punya adek. Nanti kalau Haowen punya adek. Ayah sama bunda.. sayangnya cuma sama adek" Suaranya mulai memelan. Bibirnya terlihat cemberut.

"Ya ngga dong. Meski nanti Haowen punya adek, Haowen tetap kesayangannya bunda sama ayah"

"Oh ya?"

"Iya sayang"

Kini raut wajah Haowen pun berubah menjadi senang. Bibirnya tersenyum memandang ayahnya.

"Iya, Haowen mau punya adek" Bisiknya pada telinga Sehun.

"Good. Berarti Haowen sekarang harus tidur di kamar Haowen sendiri ya"

Keningnya berkerut. "Nooo. Haowen tetap mau tidur sama bundaa" Haowen melipat kedua tangannya di dada tanda tak setuju.

"No? No kenapa sayang?" Celetuk Luhan di belakang Haowen tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Otomatis ayah dan anak itu menoleh menatap Luhan yang berjalan mendekat ke arah dapur.

"Ayah suruh Haowen tidur sendiri di kamar, bundaa" Adunya dan langsung memeluk Luhan yang ada di belakang.

"Kok gitu?"

"Marahin tuh ayahnyaa bunn"

Luhan melirik Sehun tajam yang tengah menahan senyumnya. Ia juga tak segan-segan memberi hadiah cubitan kecil pada lengan sang suami.

"Ih kok di cubit. Aku tidak salah sayang. Haowen kan ingin punya adek. Makanya aku suruh dia buat tidur sendiri dulu di kamar"

"Ingin punya adek?"

Tiba-tiba Luhan merasa tercekat di tenggorokannya. Matanya melirik Haowen dan Sehun bergantian.

"Noo. Cukup Haowen aja"

"Tapi Haowen yang minta sayang"

"Nooo"

Dari pada diam disini di tagih minta adek. Luhan memilih pergi dari dapur dan berlari ke arah kamar.

"Ayahh kejar bundaa"

"Ayoo"

Sehun langsung menggendong Haowen dan membawanya pergi dari dapur untuk mengejar Luhan ke kamar.





-The End-

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang