0.28 𝐌𝐥𝐥𝐞

1.2K 109 9
                                    

Pukul 06:30 pagi, tubuh Luhan menggeliat tak nyaman di balik selimut. Sebelah tangannya meraba-raba kasur di samping tubuhnya. Nihil, disana tidak ada Sehun. Otomatis mata Luhan langsung terbuka sempurna.

"Ngh Sehun"

Luhan perlahan mendudukan tubuhnya. Ia meraih ponselnya yang ada di atas meja samping kasur. Dan sekarang sudah sangat pagi menurutnya. Pantas saja Sehun sudah tidak ada, pasti suaminya itu sudah berangkat kerja.

Sebelum turun dari kasur, Luhan mengucek matanya sebentar. Selimut yang semula menutupi tubuhnya, mulai Luhan lilitkan. Sebenarnya Luhan masih mengantuk. Kegiatan semalam bersama Sehun sangat menguras tenaganya.

Kaki Luhan turun dari kasur. Ia berjalan keluar kamar dengan selimut yang melilit tubuhnya. Seketika langkahnya terhenti, ketika melihat seseorang yang ia cari tengah berdiri meminum kopi di dapur. Ternyata dia masih disini. Pikir Luhan.

"Sehunn"

Mendengar namanya di panggil, Sehun pun menoleh. Ia melihat Luhan berlari menghampirinya dari arah kamar. Selimut tebal yang membalut tubuh Luhan, terlihat menyapu lantai karena saking besar dan panjang.

Luhan berhambur ke pelukan Sehun. Suaminya itu tidak menolak. Ia membalas pelukan Luhan seraya mengecup sekilas kening Luhan.

"Aku kira.. Kamu sudah pergi ke kantor, Sehun" Cicit Luhan.

"Belum sayang. Aku bangun terlambat. Jadi aku bilang pada Yohan, kalau aku akan telat datang ke kantor"

"Hng~"

Kedua tangan Sehun mulai mengangkat tubuh mungil berbalut selimut itu ke atas meja bar dapur. Sehun mengecup bibir Luhan sekilas. Meski istrinya itu belum mandi, aroma tubuh Luhan semalam masih bisa Sehun rasakan.

"Jatah pagiku mana?"

"Jatah pagi?" Sehun mengangguk. Kening Luhan pun berkerut. Tapi ketika sudah mengerti, Luhan pun langsung menyentil bibir Sehun pelan.

"Tidak ada. Kan sudah semalam. Lagipula kamu semalam mainnya kas-Mhh"

Sehun langsung memotong ucapan Luhan dengan bibirnya. Sifat cerewet Luhan memang tidak pernah hilang.

Ciumannya sempat ingin Sehun lepas. Tapi gagal. Luhan sudah terlebih dulu menekan tengkuknya guna memperdalam ciumannya. Untuk kali ini, Sehun tidak bisa bohong. Luhan sangat binal.

"Mhhh"

Tubuh Luhan perlahan berbaring di atas meja bar. Ciuman mereka pun menjadi liar. Bibir mereka saling melumat satu sama lain. Tangan nakal Sehun beralih pada selimut yang ada pada tubuh Luhan. Ia membuka lilitan selimutnya, hingga tubuh polos Luhan pun kembali terlihat oleh mata Sehun.

Semalam mungkin Sehun masih bisa menahan untuk tidak menjamah payudara Luhan yang besar. Tapi kali ini ia tidak bisa. Dengan satu tarikan tangannya, bra yang Luhan pakai pun mulai terlepas. Lalu melemparnya begitu saja.

Tautan mereka pun terlepas. Luhan langsung menutupi kedua payudaranya dengan tangan.

"Hng.. Jangan Sehunhh. Dadaku masih sa-Ahh! Sehunnh!"

Tangan Sehun mulai menyingkirkan tangan Luhan dengan kasar. Ia langsung meremas payudara Luhan dengan nafsu.

"Nghh shhh"

Bibir mereka kembali bersatu. Sebelah tangan Luhan pun mulai menjambak rambut rapih Sehun. Ia mencoba menyalurkan kenikmatan yang Sehun berikan padanya.

Sehun mulai mengalihkan bibirnya pada leher putih Luhan. Melumat leher jenjang itu dengan kasar.

"Uhhh give me morehh, honeyh"

Tok tok tok.

"Sehun, buka pintunya" Teriak Kai di luar pintu.

Mendengar itu pun, pandangan mereka langsung bertemu. Ludah Luhan tercekat. Berbeda dengan Sehun. Pria itu hanya mendelik karena Kai kegiatannya pun terhenti.

"Itu Kai, Sehun. Cepat buka pintunya"

Luhan langsung menyingkirkan tangan Sehun di tubuhnya. Ia kembali menutup tubuhnya dengan selimut. Tubuhnya yang semula berbaring pun mulai terduduk dan turun dari atas meja bar.

"Cepat buka Sehun"

Tanpa menunggu jawaban Sehun, kaki Luhan langsung berlari ke arah kamar. Mau tidak mau, Sehun pun mulai berjalan ke arah pintu dan membuka pintu apartemennya.

Di luar pintu sudah ada Kai yang tengah berdiri sembari menggendong Haowen. Wajah malasnya itu sangat terpampang jelas di wajah Kai.

"Ibu menyuruhku mengantarkan Haowen kesini" Kai memberikan Haowen pada Sehun. Dan Sehun menerimanya. Membawa anaknya itu ke gendongannya.

Ujung mata Kai pun tak sengaja melirik ke arah pintu yang tertutup di dalam apartemen. Sudah bisa dipastikan. Itu pasti Luhan.

"Kau sudah mengantarkannya padaku. Jadi cepat pulang"

"Iya"

Kaki Kai mulai melangkah menjauh dari pintu apartemen Sehun. Ketika sudah di depan lift, Kai pun langsung masuk ke dalam lift. Ia langsung menekan angka 1 di dalam lift.

Di dalam lift, Kai terlihat termenung. Entahlah ia bingung dengan perasaannya sekarang. Semenjak semalam ia bertemu dengan Luhan, perasaannya yang semula sudah hilang untuk Luhan seakan muncul lagi.

"Tidak, tidak. Kau tidak boleh seperti ini" Gumam Kai sembari menggelengkan kepalanya.

Namun Kai tidak bisa bohong. Ia sangat merindukan Luhan. Merindukan setiap senyumannya.

"Aku merindukanmu, Lu"

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang