0.4 𝐔𝐧 𝐬𝐞𝐧𝐭𝐢𝐦𝐞𝐧𝐭

1.4K 128 9
                                    

Pukul 04:42 pagi, perlahan mata Luhan terbuka. Mata rusanya itu langsung menelaah sekitar kamarnya. Tapi seperti ada yang kurang. Dan Luhan baru sadar kalau di kamar tidak ada Sehun. Refleks Luhan langsung mendudukan tubuhnya.

"Sehun kemana?"

Ketika Luhan ingin menuruni kasur, tiba-tiba Sehun datang dari arah pintu. Rambut dan wajahnya terlihat basah. Luhan yang melihat itu pun bernapas lega. Ternyata Sehun masih ada disini.

"Kamu sudah bangun"

Luhan hanya mengangguk. Lalu mengalihkan pandangannya pada Haowen yang masih tertidur.

"Hmm Lu. Kamu nanti tak apa sendirian di rumah? Soalnya aku mau berangkat jam 5 ke kantor"

"Kok pagi banget?" Luhan menoleh ke arah Sehun yang sibuk menata rambutnya.

"Aku ada meeting nanti jam 6, sayang"

Raut wajah Luhan seketika berubah. Ia terlihat kecewa memandang Sehun yang sebentar lagi akan pergi ke kantor. Padahal hanya pergi ke kantor dan dulu pun Luhan terbiasa. Hanya saja sekarang statusnya berbeda.

Kaki Luhan perlahan turun dari kasur. Ia langsung berhamburan memeluk Sehun yang tengah berdiri di samping kasur. Luhan memeluk tubuh Sehun dengan erat. Seakan tak membiarkan Sehun pergi, walau itu hanya ke kantor.

"Kamu kenapa, hm?"

"Ti-tidak" Jawab Luhan dengan suara seraknya. Matanya pun terlihat memerah dan berkaca-kaca. Dan lama-lama, terdengar suara isakan dari bibir Luhan.

"Luhan? Kamu menangis?"

Kepala Sehun menunduk. Ia mencoba melihat wajah Luhan. Tapi Luhan selalu menutupinya dengan menyembunyikannya di balik jas hitam yang dipakainya.

"Hei, kamu jangan nangis" Bujuk Sehun sembari mengelus rambut panjang Luhan.

"Ja-jangan pergi, Sehun"

"Iya, kenapa? Coba jelaskan dulu"

Luhan hanya menggeleng. Dan itu membuat Sehun jadi bingung.

"Coba lihat aku dulu"

"Tidak mau hiks"

"Yasudah, kalau begitu aku pergi"

Mendengar itu, Luhan langsung memperlihatkan wajahnya pada Sehun. Namun matanya tetap terpejam, enggan untuk menatap Sehun. Pipi Luhan yang basah sedikit membuat Sehun terkekeh. Kedua tangannya perlahan terangkat. Ibu jari Sehun langsung menepis air mata Luhan yang terus-menerus keluar.

"Kamu kenapa harus nangis sih?"

"Jangan pergi hiks dulu, Sehun"

"Aku ada meeting, sayang"

Lagi-lagi Luhan menggelengkan kepalanya. Jujur, Sehun jadi kebingungan sendiri. Kenapa Luhan tiba-tiba jadi seperti ini. Padahal sepertinya jam sudah menunjukan pukul 5. Dan itu sudah seperti alarm untuk Sehun agar cepat pergi ke kantor.

"Lu-"

"Jangan hiks"

Drrt drrt

Ponsel Sehun bergetar di atas meja samping kasur. Disana ada panggilan masuk dari nomor yang tidak di kenal. Terpaksa Sehun harus melepaskan pelukan Luhan yang erat padanya.

"Sebentar, aku harus angkat telpon dulu"

Luhan hanya diam. Ia membiarkan Sehun mengangkat telponnya.

Sehun meraih ponselnya. Lalu ia cepat mengangkatnya.

"Halo?"

"Selamat pagi pak Oh. Saya Kim Sejeong. Maaf mengganggu waktu anda"

"O-oh tidak apa-apa. Ada apa?"

Ketika tahu yang menelponnya adalah Sejeong, karyawan peganti Yohan. Entah kenapa Sehun langsung melirik Luhan yang terus menunduk.

"Iya, saya akan segera ke kantor. Coba nanti kalau saya sedikit terlambat datang ke kantor, kamu siapkan saja dulu kertas yang akan dibahas. Lalu nanti simpan di atas meja meeting"

Disana, Sejeong menuruti perintah Sehun. Dan Sehun sedikit lega karena Sejeong bekerja dengan cepat.

"Baik, kalau begitu saya tutup"

"Iya pak. Selamat pagi"

Panggilan pun Sehun putuskan. Ia memasukan ponselnya ke dalam saku jas. Lalu menyentuh pundak Luhan.

"Lu.. Aku tidak apa-apa berangkat sekarang?"

Awalnya Luhan hanya diam. Tak ingin menjawab Sehun. Tapi tak lama, kepala Luhan pun mengangguk.

"Nanti aku janji bakal pulang cepat"

Sehun langsung mengecup kening Luhan sekilas. Tak lupa juga ia mengecup kening dan pipi Haowen sebelum keluar dari kamar.

"Aku pergi dulu ya. Kalau ada apa-apa, langsung telpon aku" Ucap Sehun sembari melangkah pergi keluar kamar.

Melihat Sehun pergi, Luhan hanya diam. Hingga tak lama, terdengar suara pintu tertutup dari arah luar.

-

Sehun terus berlari menuju mobilnya yang memang terparkir jauh dari rumah Luhan. Disana Sehun langsung membuka kunci mobilnya dari jauh. Setelah dekat dengan mobilnya, Sehun langsung masuk ke dalam mobil.

Tak lama, mobil Sehun pun keluar dari parkiran. Dan langsung melaju ke arah kantor.

Di perjalanan, Sehun bisa melajukan mobilnya dengan cepat. Karena jalan raya dekat rumah Luhan masih sepi. Sehun melirik sekilas jam tangannya. Jam sudah menunjukan pukul 05:32. Tentu Sehun sedikit kaget. Karena meeting akan dimulai jam 6, sedangkan ia masih di jalan.

Sembari menyetir, Sehun mengambil ponselnya yang ada di saku jas. Ia membuka riwayat panggilan. Dan Sehun langsung menelpon Sejeong. Panggilan pun tersambung dengan cepat.

"Halo Sejeong"

"Halo pak. Maaf pak, apa ada yang kurang?"

"Tidak. Saya hanya mau bilang, semisal saya jam 6 belum sampai, kamu mulai saja meetingnya. Agar tidak membuat para kliennya menunggu lama"

Di sebrang telpon, Sejeong mengiyakan ucapan Sehun. Lalu tak lama Sejeong pun mengakhiri panggilan karena masih ada yang harus ia urus di kantor. Setelah menelpon Sejeong, Sehun sempat ingin menaruh ponselnya. Namun ponselnya kembali bergetar, dan Sehun langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Iya Sejeong?"

"Sejeong?"

Sehun kaget ketika mendengar suara Luhan di telpon.

"E-eh Lu, kenapa? Apa ada masalah di rumah?"

"Tidak ada" Jawab Luhan singkat. Lalu Luhan langsung memutuskan panggilannya sepihak tanpa menunggu Sehun menjawab.

"Astaga.."

Sebenarnya Sehun ingin menelpon Luhan balik. Tapi sekarang ia tengah mengejar waktu. Jadi Sehun memutuskan untuk menelpon Luhan setelah meeting nanti.

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang