0.34 𝐌𝐚𝐧𝐠𝐞𝐳 𝐞𝐧𝐬𝐞𝐦𝐛𝐥𝐞

1.2K 118 8
                                    

Semenjak kejadian semalam. Luhan sempat mendiamkannya. Untungnya tidak berlangsung lama. Sehun berhasil membujuknya secara baik-baik agar istrinya itu tidak salah paham atas sikapnya terhadap Irene.

Sehun tidak ingin memunculkan lagi spekulasi Luhan yang belum tentu benar tentangnya. Walaupun Sehun tahu, ia punya masa lalu yang kelam. Tapi Sehun yakin, kalau Luhan bukan tipe gossip girl seperti wanita kantor lainnya.

Selama Luhan bekerja di kantor. Ada beberapa orang yang mendatanginya. Semua yang mereka laporkan itu adalah keburukan Luhan. Tapi Sehun tidak akan langsung percaya. Karena Sehun tahu, Luhan tidak akan melakukan hal yang mereka sebutkan satu persatu.

Untuk membuktikannya, Sehun memanggil Luhan ke ruangannya. Tentu sebagai karyawan. Ia mengeyampingkan status Luhan sebagai istrinya. Kali ini Sehun ingin berbicara secara professional.

Dan ketika Sehun tanya semuanya tentang perilaku Luhan. Istrinya itu terus menyangkal bahwa ia tidak melakukannya. Mau bagaimana lagi. Kalau memang tidak bersalah, Sehun pun tidak bisa menekan Luhan.

Selain itu, Sehun sangat ingin melaknat karyawan prianya yang selalu memperhatikan Luhan. Terlebih di bagian rok mini yang Luhan pakai. Rok mininya itu sangat menekan bokong berisi Luhan. Sehingga mata lapar itu terus memperhatikannya seakan ingin mengambil Luhan darinya.

-

"Sayang, aku berangkat duluan ya" Luhan mengecup pipi Sehun sekilas.

Spontan kopi yang Sehun minum, ia muntahkan kembali ke dalam gelas. Tangannya dengan sigap langsung menahan pinggang Luhan yang beranjak dari pantry dapurnya.

"Kok pagi banget?"

"Iya, aku memang harus pagi banget datangnya. Soalnya karyawan lain juga begitu"

"Tapi kan aku bosnya. Kok kamu malah lebih nurut sama mereka" Protes Sehun sembari menautkan alisnya kesal.

Tak

Jari lentik Luhan spontan menyentil kening Sehun sampai suaminya itu meringis.

"Jangan selalu mengandalkan posisimu sebagai bos. Kami karyawan pun punya kepentingan sendiri"

"Jangan marah. Aku cuma khawatir sama kamu"

Sehun memeluk tubuh Luhan seduktif. Ia menaruh kepalanya di dada Luhan. Debaran jantung pun bisa di dengarnya.

"Kamu tahu kan, kalau karyawan pria di kantorku itu banyak yang memperhatikanmu. Kamu perempuan. Aku takut kamu kenapa-napa"

Suara Sehun yang terdengar berat itu membuat Luhan salah tingkah. Luhan bukan terkesan sama ucapannya. Melainkan dengan suara Sehun. Suaranya itu bisa saja membuat Luhan bertingkah diluar kesadarannya.

"Aku tidak akan apa-apa, Sehun. Jadi cepat lepaskan. Aku bisa telat ih"

"Kalau aku tidak mau, bagaimana?"

Luhan mencoba memberontak. Sayangnya itu selalu tidak berguna untuk Luhan. Terpaksa Luhan hanya diam. Meladeni suaminya yang keras kepala.

"Kita ber-"

"Oh iya sebelum aku lupa. Sepulang kerja nanti. Aku mau pergi makan bersama karyawan lain ke restoran dekat kantormu. Dan.. Kalau kamu mau pulang, kamu pulang saja duluan. Aku bisa pulang sendiri"

Kepala Sehun mendongak. Menatap Luhan tanpa ekspresi.

"Berarti, kamu bakal mabuk?"

"Mabuk? Apa maksud kamu?"

Kedua tangan Sehun perlahan melepas pelukannya. Ia berdiri di depan Luhan. Sekarang giliran Luhan yang mendongak untuk melihatnya.

"Tidak mungkin kalau mereka tidak mengajakmu minum ketika selesai makan" Sehun mendekatkan wajahnya pada wajah Luhan.

"Aku tidak ak-"

"Ya, aku juga mengatakan hal yang sama. Aku berjanji tidak akan minum. Tapi setelah minuman itu ada di hadapan kita.. Aku melanggar janji itu. Begitu pun dengan kamu. Apalagi kamu perempuan. Kamu pasti akan tergiu-"

"Jangan sama kan aku denganmu!" Tunjuk Luhan tepat di depan wajah Sehun.

"Aku tidak menyamakanmu dengan- Hei sayang"

Luhan langsung pergi tanpa mendengarkan lanjutan ucapan Sehun. Wanita itu terlihat menghentakan kakinya keluar dari pintu apartemen.

-

Di luar apartemen. Kaki Luhan terus berlari ke arah halte. Ia harus cepat-cepar naik bis sebelum Sehun menyusulnya.

Tepat di depan halte, ada bus yang tengah berhenti. Luhan buru-buru naik ke dalam bis. Ia duduk di kursi tengah bis dengan nafas terengah-engah.

Bis pun mulai berjalan. Kini Luhan bisa bernapas lega, karena bis sudah mulai meninggalkan kawasan apartemennya.

-

Luhan termenung di sepanjang jalan. Otaknya terus mengulang perdebatannya tadi bersama Sehun. Luhan sadar. Ucapan Sehun di apartemen tadi memang ada benarnya. Awalnya ia memang berkata tidak. Tapi entahlah kalau sudah ada barangnya. Pasti Luhan akan mengingkari ucapannya.

Drrt drrt

Ponselnya bergetar di dalam tas. Luhan meraih ponselnya. Disana ada pesan masuk dari Sehun.

'Ibu tidak bisa mengurus Haowen sekarang. Jadi aku tidak akan pergi ke kantor untuk menggantikan ibu menjaga Haowen' Begitu katanya.

Luhan hanya membacanya. Tak berminat untuk membalasnya.

-

Sampai di halte dekat kantor. Luhan langsung turun dari bis. Ia buru-buru masuk ke dalam kantor untuk menuju lantai 5.

Ting

Pintu lift terbuka di lantai 5. Luhan berjalan keluar ke arah ruangan para karyawan. Seperti dugaanya. Karyawan sudah banyak yang datang. Dan sepertinya hanya Luhan yang terlambat datang.

"Selamat pagi. Maaf saya telat datang"

"Tidak apa-apa" Jawab mereka serempak.

Luhan mendudukan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia menaruh tas kecilnya di atas meja.

"Maaf bu. Ini dokumen yang harus di selesaikan"

"Oke"

Sebelum Jennie pergi, Luhan buru-buru menahannya. Otomatis Jennie menoleh dan menatap Luhan dengan tanya.

"Ada apa bu?"

"Hmm, nanti malam kan semua karyawan mau makan bersama. Apa kamu ikut?"

Raut wajah Jennie terlihat berpikir. Sampai akhirnya Jennie pun menggeleng menanggapi pertanyaan Luhan.

"Loh kenapa?"

"Mereka pasti akan minum. Jadi aku tidak bisa ikut. Karena aku tidak boleh minum yang seperti itu"

"Oh oke"

Jennie hanya mengangguk, lalu pergi dari meja kerja Luhan.

"Sepertinya, aku harus pulang juga. Lagipula, Sehun tidak akan mengizinkanku minum" Luhan mengambil ponselnya di dalam tas. Ia berniat menelpon Sehun.

Setelah panggilan tersambung. Suara Sehun pun bisa terdengar.

"Kenapa Lu? Kamu sudah sampai di kantor?"

"Sudah. Hmm Sehun.. Pulang kerja nanti, bisa jemput aku tidak?"

"Iya, aku jemput"

Senyum Luhan pun mengembang.

"Yasudah. Kalau begitu, aku mau kembali bekerja"

Pip

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang