0.10 𝐉𝐨𝐛

1.1K 113 11
                                    

Hari mulai sore. Luhan sudah membersihkan dirinya dan juga Haowen. Buah hatinya itu tampak lebih tampan dan wangi setelah Luhan memakaikan Haowen beberapa lotion bayi sehabis mandi.

Bibir tipis Haowen mulai bergerak-gerak mencari sesuatu. Ya, pasti anaknya itu tengah mencari susu ibunya. Luhan hanya terkekeh melihat Haowen yang menggemaskan.

"Ayo kita minum susu"

Kedua tangan Luhan perlahan membenarkan posisi tubuh Haowen yang ada di kasur. Lalu Luhan ikut membaringkan tubuhnya di samping Haowen. Ia mulai menyusui Haowen dengan sedikit menyibakan rambut panjangnya ke belakang. Seperti biasa, Haowen akan meminum susunya dengan kuat. Membuat Luhan jadi meringis pelan.

"Pelan-pelan sayang" Luhan mengelus pipi Haowen sayang.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu diluar rumahnya. Luhan melihat ke arah pintu kamarnya. Ibunya pasti masih istirahat dan tak mungkin membukakan pintu. Jadi mau tidak mau, Luhan harus menyusui Haowen sembari berdiri.

Kaki Luhan turun dari kasur sembari menggendong Haowen. Ia berjalan keluar kamar, lalu berjalan ke arah pintu. Sebelah tangannya perlahan membuka knop pintunya. Setelah pintu terbuka. Ternyata disana ada saudaranya, Boa, yang tengah berdiri di depan rumahnya.

"Hai Boa! Kapan kamu datang?" Sambut Luhan dengan senang. Sebelah tangannya memeluk Boa yang ada disana.

"Baru saja. Dan aku akan menginap seminggu disini"

Luhan dengan cepat melepas pelukannya. Lalu beralih menatap Boa dengan senang.

"Benarkah? Aku senang sekali!"

"Iya dong. Karena aku ingin tidur bersama keponakanku" Boa mengelus pipi Haowen gemas.

"Yasudah, ayo masuk"

Boa mengangguk. Ia masuk ke dalam rumah sembari membawa koper besarnya. Boa menaruh kopernya di samping sofa, lalu mendudukan tubuhnya di sofa.

"Rumah bibi Hani jauh banget. Aku jadi harus memutar-mutar jalan dengan motorku untuk sampai kesini"

"Kamu pakai motor?"

"Iya, dan itu terpaksa. Karena mobil ibu masih dipakai oleh ayah"

Kepala Luhan hanya mengangguk mendengar keluhan Boa. Ia mulai mendudukan tubuhnya di samping Boa.

"Oh iya, bibi Hani kemana?" Tanya Boa seraya menelaah isi rumah Luhan.

"Ibu sedang istirahat di kamar. Karena ibu baru pulang dari Bucheon untuk melayat paman"

"Ya ampun, pasti sangat melelahkan"

Beberapa detik kemudian, keadaan mulai hening. Mau Luhan atau pun Boa, mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tapi Luhan sesekali menoleh sekilas untuk melihat Boa yang tengah memainkan ponselnya.

Semenjak kejadian tadi siang, Luhan mulai berpikir. Sepertinya ia tidak akan selalu mengandalkan Sehun dalam biaya kehidupannya. Ya kalau pun Sehun memberi uang bulanan, Luhan selalu memakai uangnya untuk kebutuhan Haowen. Sehun memang memberi uangnya lebih. Tapi tetap saja, Luhan tidak pernah memakainya banyak-banyak. Paling untuk membeli makan saja.

Dan disitulah Luhan memutuskan untuk bekerja. Tapi Luhan bingung harus kerja apa. Terlebih kalau Luhan bekerja, siapa yang akan menjaga Haowen nanti. Ibunya mungkin memang bisa menjaganya, karena ibunya itu tidak kemana-mana di rumah. Tapi Ibunya kan tidak bisa memberi Haowen asi, jadi Luhan juga harus memikirkan kesana. Luhan harus membeli alat pompa asi untuk menyediakan stok asi untuk Haowen.

"Hmm Boa, aku mau tanya sesuatu padamu"

"Tanya apa?" Boa menolehkan kepalanya sekilas pada Luhan.

"Kamu tahu tidak, dimana tempat yang cepat untuk mencari kerja?"

Otomatis Boa langsung menoleh ke arah Luhan. Ia menatap Luhan dengan tatapan heran.

"Kamu mau kerja? Seriusan? Terus nanti Haowen sama siapa?"

"Aku bisa menitipkannya pada ibu. Hanya saja aku harus membeli alat pompa asi dulu untuk menyediakan stok asi untuk Haowen"

"Pompa asi? Oh iya, aku membelikan itu untukmu. Maaf ya, aku lupa"

Tangan Boa menarik kopernya yang ada di samping sofa. Ia membuka kopernya, lalu mengeluarkan sebuah kardus yang berisi alat pompa asi yang Luhan butuhkan.

"Ini buat kamu" Ucap Boa sembari memberikan kardus itu pada Luhan. Dan Luhan menerimanya dengan sebelah tangan.

"Terima kasih ya"

"Iya, sama-sama"

Senyum Luhan mengembang. Luhan sangat senang sekali mendapatkan pompa asi itu dari Boa. Jadi ia tidak perlu membelinya lagi nanti.

"Sekarang kamu sudah punya barang yang kamu butuhkan. Terus, apa kamu serius mau kerja?" Tanya Boa memastikan dengan raut wajah yang khawatir.

"Iya Boa. Aku sudah harus mencari uang sendiri. Aku tidak bisa terus mengandalkan uang dari Sehun"

Boa berdecak kesal. Sebenarnya, ia bisa saja memberikan Luhan pekerjaan. Tapi kalau melihat kondisi Luhan yang tengah menyusui, Boa jadi harus berpikir berulang-ulang untuk memberikan pekerjaan itu pada Luhan.

"Sebenarnya, aku bisa sih kasih kamu pekerjaan. Ya tapi kamu tahu sendiri kalau gajinya tidak besar. Mungkin ada 16 ribu sampai 81 ribu won saja"

"Memang itu pekerjaan apa?"

"Jadi SPG. Tapi mungkin kamu nanti jadi SPG Reguler yang bisa bekerja tetap dan gajinya pun lumayan. Karena kalau kamu hanya jadi SPG Event, mungkin kamu kerja bisa sampai event itu selesai. Tentu, jumlah gajinya seperti yang aku sebutkan tadi. Dan langsung dibayar hari itu juga" Jelas Boa dengan detail pada Luhan.

Seketika Luhan langsung menggigit bibir bawahnya pelan. Bukannya tidak mau, tapi Luhan tahu kalau jadi SPG rata-rata harus memakai pakaian terbuka. Dan ibunya tidak pernah mengizinkannya berpakaian seperti itu.

"Dan kalau kamu mau, kamu bisa ikut seleksinya besok. Tapi kamu pasti tahu bukan, pakaian SPG itu harus.. Ketat"

"Aku mau saja. Tapi kamu tahu bukan, kalau ibu tidak pernah mengizinkanku memakai pakaian seperti itu" Luhan memelankan suaranya.

"Iya, aku tahu. Jadi bagaimana? Tapi aku sarankan lebih baik jangan"

Luhan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tampak sedang berpikir. Apa ia terima saja atau tidak tawaran Boa. Sedangkan ia tengah butuh uang.

"Besok seleksinya jam berapa? Dan dimana?"

"Jam 9 di Dongdaemun. Kalau kamu mau, aku bisa antar kamu pakai motor kesana besok" Tawar Boa dengan senyumannya.

"Tapi aku tidak punya pakaian untuk SPG"

"Kamu bisa pakai kemeja putih dan rok mini hitamku besok"

"Rok mini?"

Boa hanya mengangguk. Dan disitulah Luhan terdiam kembali.

"Luhan, kamu juga harus di make up. Karena besok aku bakal ngajak kamu ke tempat kecantikan"

Luhan menghela napas. Ia kembali menatap Boa dengan ragu.

"Oke, aku mau Boa"

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang