0.19 𝐎𝐮𝐛𝐥𝐢𝐞𝐳 𝐜𝐚 𝐬'𝐢𝐥 𝐯𝐨𝐮𝐬 𝐩𝐥𝐚𝐢𝐭

1.2K 121 12
                                    

Selesai mandi, Sehun melilitkan handuknya di pinggang. Jadi hanya menampakan setengah tubuhnya saja. Ia berjalan keluar dari kamar mandi. Menghampiri Luhan yang tengah menyiapkan pakaian untuknya.

"Padahal kamu tidak usah menyiapkannya, Lu" Luhan mengerjapkan matanya malu melihat Sehun yang datang dengan bertelanjang dada.

"O-oh tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa"

"Terima kasih"

Sehun mengambil baju yang ada di atas kasur. Ia memakainya di depan Luhan. Sebenarnya Luhan sengaja memilihkan Sehun baju berbahan tipis. Karena itu sangat cocok untuk di pakai tidur. Terlebih baju itu sangat pas dengan tubuh Sehun. Kesannya itu sangat gently.

"Hmm.. Sehun. Kamu kan menyuruhku untuk tidur disini, tapi kan aku tidak bawa baju ganti untuk besok"

"Nanti sehabis pulang dari rumah Baekhyun, kita ke rumah kamu dulu. Kita bawa perlengkapan Haowen dan juga pakaian kamu" Tangan Sehun mengambil celana dalam dan juga celana panjangnya yang di atas kasur, lalu membawanya ke ruang pakaian. Memakai baju di hadapan Luhan memang tidak malu. Tapi lain lagi kalau memakai underware. Jadi ia memakainya di dalam.

Usai memakai celananya, Sehun tak lupa untuk memakai coatnya. Karena sekarang sudah sangat malam, dan pasti udara pun semakin dingin. Ia pun kembali menghampiri Luhan. Tapi kini Sehun datang sembari membawa sisir. Rambutnya lumayan basah karena terkena cipratan air saat mandi. Dan Sehun ingin Luhan yang menyisirkan rambut tebalnya.

"Sisirkan aku" Pinta Sehun seraya memberikan sisir di tanganya pada Luhan.

"Sini sayang"

Luhan mengambil sisir yang Sehun berikan. Tubuh Sehun pun mulai sedikit membungkuk untuk mensetarakan dengan tubuh Luhan. Dan Luhan langsung menyisirkan rambut tebal Sehun dengan sangat rapih.

Menyadari bahwa wajah mereka sangat dekat, tatapan mereka pun bertemu. Meski mereka bertatapan, tangan Luhan tetap menyisir rambut Sehun dengan perlahan.

"Ke-kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Luhan spontan, yang langsung di tanggapi suara kekehan dari Sehun.

"Kenapa? Kamu malu? Padahal ini bukan pertama kalinya kita bertatapan"

"Aku tidak malu"

"Pipimu tidak bisa berbohong, sayang" Bibir Sehun mengecup pipi merah Luhan sekilas. Kemudian ia membenarkan posisinya kembali.

"A-aku belum selesai loh"

"Tak apa. Kamu bisa menyisir rambutku di mobil" Luhan mengerucutkan bibirnya melihat Sehun melenggang begitu saja dari kamarnya.

-

Mereka mulai keluar dari kamar apartemen. Lalu berjalan ke arah lift. Pintu lift sudah terbuka, mereka langsung masuk ke dalam dan menekan tombol paling bawah untuk menuju basement.

Pintu lift tertutup. Luhan yang ada di samping Sehun mulai memeluk tubuh hangat itu. Rasanya sangat nyaman sampai Luhan ingin memejamkan matanya dan tidur sekarang juga.

Namun, kepala Luhan seketika mendongak ketika sadar kalau Sehun tidak membalas pelukannya. Untung Sehun peka. Kepalanya pun menunduk menatap wajah kesal Luhan.

"Kenapa sayang?"

"Ck, tidak peka"

"Hah? Tidak peka gimana?"

Tanpa basa basi, tangan Luhan pun menarik tengkuk Sehun. Bibirnya mulai menyatu dengan Sehun. Luhan memberikan lumatan kecil di bibir tipis yang tak pernah bosan untuk Luhan cium. Perlahan matanya terpejam. Mencoba menikmati ciumannya.

Awalnya hanya lumatan, lama-kelamaan. Ciuman itu ditambah dengan gigitan-gigitan kecil yang membuat salah satu dari mereka melenguh. Dan sudah di pastikan itu lenguhan Luhan. Tangan besar Sehun pun memeluk pinggang Luhan dengan seduktif.

Tanpa mereka sadari, lift sudah sampai pada lantai 1.

Ting

Pintu lift terbuka begitu saja. Wanita yang sudah ada di depan pintu lift pun seketika membisu. Hatinya langsung menimbulkan reaksi yang tak di duga. Ya, benar. Hatinya terasa sakit ketika melihat Sehun dan Luhan yang tengah berciuman.

Bibir bergetar itu pun mulai terbuka. Menginterupsi Sehun dan juga Luhan yang masih sibuk pada tautan mereka.

"P-pak Oh" Itulah kata yang bisa Sejeong ucapkan.

Refleks mata Sehun langsung terbuka. pandangannya mulai beralih pada Sejeong yang ada di depan pintu lift. Pintu lift sempat akan tertutup kembali, tapi Sehun langsung menekan tombol lift agar pintu itu tetap terbuka.

Terpaksa Sehun harus melepas ciumannya dengan Luhan. Pelukan di pinggang Luhan pun terlepas begitu saja.

"Ah maaf"

Kaki Sehun melangkah keluar dari lift. Itu membuat Luhan kaget dan juga heran. Tubuhnya pun berbalik. Dan Luhan melihat ternyata disana ada Sejeong yang sudah berdiri di depan pintu lift.

Ada rasa sakit di hatinya ketika harus melihat Sehun menatap begitu lekat pada wajah Sejeong yang tertunduk. Jujur, Luhan muak. Daripada mengulur waktu, Luhan menekan kembali tombol lift untuk menuju ke basement.

Sehun yang melihat itu hanya menghela napas. Sudahlah, Sehun yakin kalau Luhan marah padanya.

"M-maaf pak Oh. Saya mengganggu waktu anda"

"Tidak apa-apa. Saya hanya heran, darimana kamu tahu tempat tinggal saya?" Kepala Sejeong langsung mendongak. Tersenyum nanar pada Sehun.

"Saya tahu dari bu Minyoung, pak. O-oh dan saya kesini untuk memberikan tas berisi asi ini pada bapak"

Sehun mengusap wajahnya. Bagaimana bisa ia lupa tentang asi itu. Akibat terlena bernostalgia dengan Luhan, ia jadi lupa kalau ia menyuruh Sejeong untuk mencarikan asi untuknya.

"Darimana kamu dapat asi secepat itu?"

Sejeong masih tersenyum nanar.

"Saya mendapatkannya dari saudara saya. Kebetulan dia punya bayi seperti bapak. Dia membuat stok asi sangat banyak di rumah, jadi saya memintanya untuk Haowen"

"Oh oke, terima kasih" Sehun mengambil tas berisi asi itu dari Sejeong.

"Hmm, kalau begitu, saya permisi pak"

Belum juga selangkah, tangan Sehun langsung menahan Sejeong untuk sejenak.

"Saya minta maaf atas kejadian tadi. Saya harap kamu tidak mengingatnya. Dan juga, sekali lagi terima kasih atas asinya. Nanti akan saya bayar. Tapi sekarang saya harus buru-buru pergi" Pernyataan Sehun hanya diangguki oleh Sejeong.

Tanpa pikir panjang lagi, kaki Sehun langsung berlari ke arah tangga darurat untuk menyusul Luhan yang sepertinya sudah menunggu di basement.

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang