0.6 𝐉𝐨𝐮𝐫 𝐞𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞

1.2K 116 14
                                    

Sehun berjalan ke arah tangga darurat. Ia berniat ngobrol dengan Luhan disana. Setidaknya, di tangga darurat tidak akan ada yang menguping pembicaraannya.

"Kamu masih marah?"

Di sebrang telpon, Luhan menjawab tidak. Dan Sehun tahu Luhan bohong. Nada bicaranya saja sudah terdengar datar begini. Berarti Luhan memang marah.

"Jangan bohong. Aku tahu kamu marah"

Dan lagi-lagi, Luhan hanya menjawab tidak. Sehun hanya bisa menghela napas. Pasti Luhan begini karena tadi ia tak sengaja memanggil Luhan dengan nama Sejeong. Padahal Sehun hanya spontan menyebutkannya.

"Begini saja, aku akan menjelaskannya nanti jam makan siang"

"Terserah"

"Yasudah, kamu jangan lupa sarapan. Kalau Haowen rewel lagi, hubungi aku saja"

Luhan hanya berdehem sebagai jawaban. Lalu tak lama, panggilannya pun diputuskan sepihak oleh Luhan. Untung Sehun tetap sabar dan tidak merutuki sikap Luhan yang seperti ini.

Usai selesai bertelepon dengan Luhan, Sehun berjalan kembali keluar tangga darurat. Ia kembali ke ruang meeting untuk melihat apakah Sejeong sudah keluar apa belum. Karena Sehun harus memastikan ruang meeting aman.

Sampai di depan pintu ruang meeting yang terbuka, Sehun langsung menelaah keadaan ruangan. Disana sudah tidak ada Sejeong, dan sepertinya wanita itu sudah terlebih dulu keluar ketika ia mengangkat telpon tadi.

Tanpa ambil pusing. Sehun pun menutup pintu ruangan. Lalu kakinya berjalan menjauh dari arah ruangan. Kakinya berjalan ke arah lift. Setelah di depan lift, dan pintu lift terbuka, Sehun langsung masuk ke dalam.

Di dalam lift, Sehun menekan angka 13 untuk menuju ruangannya. Ia mengusap wajahnya. Entahlah, pikirannya terus tak lepas dari Luhan. Padahal masalahnya hanya sepele, tapi kenapa Luhan membuatnya seakan masalah itu besar baginya. Sehun beralih memijat pelipisnya yang terasa pening.

Karena hanya terpaut dua lantai. Tak lama pintu lift pun terbuka di lantai 13. Kaki Sehun langsung keluar dari lift dan langsung berjalan menuju ruangannya.

"Pak Oh" Panggil Jisoo dari arah lift. Sehun langsung menoleh ke belakang.

"Untung bertemu dengan bapak disini. Ini, kemeja dan jasnya" Jisoo memberikan plastik tebal berisi kemeja dan jas lengkap itu pada Sehun. Tentu Sehun langsung menerimanya.

"Terima kasih. Oh iya, apa kamu yang membayar uang laundrynya tadi?"

"Iya pak"

Sebelah tangan Sehun merogoh saku celanannya untuk mengambil dompet. Setelah dompetnya ada, Sehun mengeluarkan beberapa lembar uang di dalam dompetnya. Dan langsung memberikannya pada Jisoo untuk mengganti uang laundrynya.

"Ini, saya ganti"

Jisoo tersenyum canggung.

"Tidak usah pak. Gaji saya saja sudah cukup membayarnya"

"Tak apa. Ini ambilah" Sehun meraih tangan Jisoo. Ia menaruh uangnya di kepalan tangan Jisoo.

"Tapi pa-"

"Sudahlah"

Sehun tersenyum dan berniat akan pergi. Tapi spontan Jisoo langsung memanggilnya kembali. Otomatis Sehun menoleh lagi ke belakang. Dan entah kenapa ketika Sehun melihatnya seperti itu, hati Jisoo sedikit berdebar.

"Ma-maaf, saya lupa belum mengambilkan sarapan untuk bapak"

Bibir Sehun tersenyum simpul.

"Iya, tidak apa-apa. Kamu nanti bisa mengantarkannya ke ruangan saya"

"Ba-baik pak"

Sehun mengangguk. Lalu kakinya berjalan kembali ke arah ruangannya.

-

Di dalam ruangannya. Sehun menaruh kemeja dan jasnya di atas meja kerjanya. Ia langsung mendudukan tubuhnya di kursi kerjanya. Memejamkan matanya sejenak. Kali ini Sehun tidak bisa berbohong. Seluruh tubuhnya terasa pegal sekali. Mungkin ini efek karena sudah begadang untuk menjaga Luhan dan Haowen semalam sampai pagi.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Disana muncul Sejeong dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ketika masuk, Sejeong kaget melihat sudah ada Sehun di dalam. Tapi untung ia bisa menahannya. Dan berjalan setenang mungkin ke arah Sehun.

"Pak Oh"

Refleks mata Sehun langsung terbuka. Ia menoleh melirik Sejeong yang tengah menaruh cangkir di atas mejanya.

"Bapak sepertinya terlihat lelah"

Sejeong sempat ingin menyentuh pundak Sehun, tapi pria itu dengan cepat membenarkan posisinya dengan benar di kursi.

"Iya, saya memang sedikit kelelahan"

"Kalau begitu, minumlah tehnya pak"

Tangan Sejeong meraih cangkir berisi teh hangat itu dan memberikannya pada Sehun.

"Ini untuk saya?"

"Iya pak. Silahkan di minum"

Kalau memang benar untuknya, Sehun langsung menerimanya. Ia mencoba meminum teh hangatnya. Dan tehnya sedikit lebih panas. Membuat Sehun langsung melumat bibirnya sekilas setelah meminum tehnya.

Melihat reaksi Sehun. Sejeong terkekeh pelan. Karena sebenarnya teh itu untuknya. Dan Sejeong memang sengaja membuat tehnya sedikit panas. Tapi ketika melihat Sehun disini. Mau tidak mau, Sejeong harus memberikannya terlebih dulu pada Sehun.

"Maaf pak. Apa tehnya terlalu panas?"

Karena tidak bisa berbohong. Sehun mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu, biar saya ganti"

"Tidak usah. Tak apa, nanti teh ini juga akan menjadi hangat"

"Baiklah"

Kaki Sehun perlahan berdiri. Sehun berniat untuk masuk ke ruangan khusus miliknya di dalam. Disana terdapat ruang tidur untuk Sehun istirahat. Dan Sehun ke dalam hanya ingin mengambil dalamannya saja. Ya, ia berniat untuk mandi di kamar mandi ruangannya. Toh, disana Sehun sudah menyediakan alat mandi untuknya.

Setelah mengambil dalamannya, Sehun kembali keluar. Kepalanya menoleh ke arah Sejeong. Wanita itu dengan tenangnya membuka plastik yang membungkus kemeja dan jasnya.

"Ah Sejeong, kamu tidak perlu melakukannya"

"Tidak apa-apa pak Oh. Saya kan pengganti Yohan disini, jadi saya harus membantu anda dalam segala hal" Sejeong menoleh seraya tersenyum.

"Baiklah. Terima kasih"

Sehun berjalan mendekati Sejeong. Ia berniat untuk mengambil kemeja dan juga celana yang menyatu di dalam jas. Namun gerakannya terhenti ketika Sejeong memutar tubuhnya ke arah Sehun. Tentu Sehun bingung. Terlebih ketika Sejeong menatapnya begitu lekat.

"Ada apa? Apa ada yang ingin kamu sampaikan pada saya?"

"I-iya. Saya hanya sempat dengar di ruang meeting tadi, bahwa pak Oh menyuruh Jisoo untuk membawakan sarapan untuk bapak. Apa bapak belum sarapan?"

"Iya belum. Tapi Jisoo akan mengantar sarapannya nanti kesini. Tenang saja" Bibir Sehun tersenyum. Ia langsung mengambil kemeja dan juga celananya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandinya yang ada di dalam ruangannya.

"Ck, kenapa aku begitu mengaguminya" Gumam Sejeong.

N̶o̶t̶ 𝐁𝐚𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬] 𝐏𝐭. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang