Happy reading!
Ayra Pov's
Gue terpaksa harus mengunci instagram gue karena kebodohan yang udah gue perbuat kemarin.
Niat gue cuma ingin memberikan apresiasi kepada suami gue dengan memposting foto dirinya di ig story gue dengan caption se-simpel 'thank you'.
Tapi ternyata tindakan gue bikin heboh seantero indonesia. Bahkan orang orang sekitar sekolah gue jadi kepo sama hubungan gue dan A Fajar.
"Keren juga lo udah mulai go public." kata Dita.
"Apa sih. Maksud gue kan gak gitu." jawab gue.
"Gak ada salahnya juga sih Ra lo umumin ke dunia KALO LO SAMA A FAJAR PACARAN." Fanya sedikit mengeraskan volume suaranya pada kalimat terakhir.
Membuat seluruh orang kantin menoleh ke arah kita dan berbisik curiga.
"Bener kata Fanya Ra. Lagian backstreet tuh gak enak tau. Kalo dia deket sama cewek terus lo cemburu nih. Terus lo marah marah sama tuh cewe. Nanti tiba tiba tuh cewe ngomong gini 'emang lo siapanya?' mau jawab apa lo kalo kayak gitu." kata Freya.
"Seenggaknya bilang aja sama netijen kalo lo cuma pacaran." kata Fanya.
"Iya iya nanti gue pikirin. Btw minggu depan kita uas woi!" ucap gue.
"Astagfirullah lupa banget. Udah di ujung semester aja sih kita. Sumpah deh gue semester ini ngapain aja sih?" kata Dita.
"Nya Nya Nyaa. Lo kudu ajarin kita kita ya pokoknya." kata Freya.
"Halo ciwi ciwi. Ngobrolin apa sih seru banget." kata seseorang tiba tiba.
"Ngobrolin Ayra yang baru jadian sama A Fajar dong." kata Dita sambil naik naikin alisnya.
"Pajak jadian dong Ra." timpal Freya.
"Ngapain sih lo Lif kesini?" sinis Fanya.
"Gue mau ngobrol sama Ayra." jawab Alif.
"Dia gak mau ngobrol sama lo." jawab Fanya sambil berdiri natap Alif.
"Nya nya udah deh. Kebiasaan lo. Jangan emosi gitu dong. Alif cuma mau ngobrol kali." gue menengkan Fanya.
Fanya pun duduk kembali dengan kesal. Sedangkan Dita Freya memilih buat minum jus mangga kesayangan mereka dari pada ikut campur.
"Lo beneran jadian sama Fajar Fajar itu Ra?" tanya Alif.
"Kalo iya kenapa?" bukan gue yang jawab melainkan Fanya lagi.
Ini orang kalo udah berhubungan sama Alif pasti paling emosi. Padahal dia sebenernya paling penyabar.
"Ra?" tanya Alif.
Jujur gue bingung mau jawab apaan bingung banget. Mau jawab iya takut. Mau jawab enggak kepikiran kata kata Freya tadi.
"Iya Lif. Gua jadian sama A Fajar." kata gue.
Gak gue sangka Alif malah ketawa ngakak.
"Haha gak nyangka gue selera lo tua begitu." katanya.
Jujur disini gue rada emosi denger suami gue dibilang tua. Hellow dia atlet muda berprestasi ya inget.
"Jangan kesel gitu dong mukanya. Gue bicara kenyataan ya Ra." kata Alif.
"Tapi selama kalian masih pacaran doang mah masih bisa lah gue masuk masuk." lanjutnya.
Ngebuat gue ber4 menatap dia sinis.
"Dah ah cabut. Siapin hati lo aja Ra bakal goyah kayaknya." selepas itu Alif pergi dari meja kita.
"Lo mulai sekarang harus tegas ya Ra. Lo tuh udah jadi istri orang. Kalo ada cowok deket deket ya tegasin lo gak mau sama dia. Jangan malah di sambut." kata Fanya dengan emosi lalu dia pergi.
Pulang sekolah ini entah kenapa A Fajar bersikeras buat jemput gue. Padahal gue tau ini bukan jadwal latihan setengah hari dia dan hari ini gak ada libur juga. Tapi sebagai istri berbakti gue nurut aja.
"Aku minggu depan udah mulai uas A." kata gue memulai pembicaraan.
"Hmm aku minggu depan fokus SEA games."
"Berarti kita sama sama harus fokus dong ya?" tanya gue.
"Kita buat perjanjian aja gimana?" kata A Fajar.
"Perjanjian apa A?" tanya gue.
"Aku fokus SEA games. Kamu fokus uas kamu." kata dia.
"Udah gitu doang perjanjiannya? hahah." gue ketawa karna menurut gue itu bukan sebuah perjanjian.
"Ya kita gak boleh ganggu satu sama lain. Gak boleh ada yang telpon telpon. Apalagi chating."
Gue menaikkan sebelah alis gue.
"Yang biasanya telpon telpon gak jelas siapa yah?" kata gue meledek dia.
"Ya pokoknya gitu lah ya. Deal gak?" tanya dia.
"Amit amit nih ya. Kalo kamu kalah aku gak boleh telpon juga?"
"Gak boleh. Bolehnya aku yang telpon nanti."
"Okay deal!" ucap gue yang gak tau bakal sanggup apa enggak ditinggal tanpa kabar sama dia.
"Ay, kalo kita beli rumah di sekitar pelatnas kamu mau gak?" tanya A Fajar.
"Rumah?" tanya gue.
"Iya. Biar aku bisa pulang tiap hari." katanya.
"Aku gak tega ninggalin Ibu sendiri A."
Bukan cuma ninggalin Ibu aja. Jarak pelatnas sama sekolah gue pun agak jauh bisa ngabisin waktu 1 jam perjalanan. Terus juga nyari rumah yang cocok tuh pasti susah kan.
"Ibu bawa aja." katanya.
"Mana mau Ibu mah."
"Gini aja, akhir tahun nanti setelah aku beres semua turnamen kita coba cari cari rumah. Kalo ada yang cocok kita ambil kalo gak ada yaudah. Soal ibu nanti bisa kita bujuk." katanya.
"Yaudah A."
Mau bagaimanapun dia suami gue yang harus gue patuhi. Kalo gak nanti gue dosa.
●●●
Thank you udah bacaa dan sudah vote!!