25

1.4K 102 6
                                    

Fajar Pov's

Selesai pertandingan gue mencari Ayra yang belum sempet gue temuin sebelum pertandingan. Selama pertandingan juga gue gak bisa nyari Ayra karena gue harus fokus.

Gue mencari Ayra tapi yang gue temuin cuma Fanya seorang diri. Dia ternyata nyari gue.

"A, Ayra sakit jadi dia gak bisa nonton. Sorry baru bisa bilang tadi gue dateng lo udah main A." kata Fanya.

Gue cuma bisa sempet bilang terima kasih doang sama Fanya. Lalu bergegas pergi dari istora ke rumah Ibu karena Ayra ada disana. Bahkan gue gak sempet ganti pakaian gue sehabis tanding tadi.

Gue langsung nyetir mobil sendiri kesana karena khawatir sama keadaan Ayra. Separah apa keadaannya sampe dia gak bisa bilang ke gue. Sampe harus temennya yang nyampein ke gue.

Tapi sampe rumah Ibu gue malah nemuin suatu kendaraan roda dua yang sebelumnya gue pernah lihat. Gue mikir sebentar untuk tau siapa pemiliknya. Gue inget inget dan ternyata motor ini adalah motor yang gue lihat waktu temen temennya Ayra kerja kelompok disini. Cuma ada satu kemungkinan siapa pengendara motor yang cukup besar itu.

Entah kenapa gue langsung tersulut emosi begitu sadar siapa pemiliknya. Langsung aja gue mendobrak pintu rumah dan menemukan keduanya sedang asik duduk berdua. Membuat gue semakin marah.

Gue berjalan ke arah mereka dengan langkah penuh emosi. Sampai disana gue langsung menarik kerah baju si cowok.

"Lo jangan deket deket Ayra lagi. Dia milik gue." ucap gue dengan penuh penekanan.

"Cuma pacaran dan lo udah nge-klaim Ayra milik lo?" kata dia.

Gue kehabisan kata kata. Gue gak bisa menjawab kalo diri gue adalah suaminya karena gue menghargai Ayra. Gue melepaskan cengkraman tangan gue pada kerahnya.

"Serius Ra? lo semurah itu mau di klaim padahal cuma pacar?"

Gue mengepalkan kedua tangan gue dan menatap Alif dengan emosi.

"Stop Lif. Pergi dari sini." kata Ayra yang sadar akan emosi gue.

"Jangan mau di klaim kayak gitu Ra. Lo perempuan punya harga--"

"LIF PERGI DARI SINI." teriak Ayra.

Setelah itu Alif bener bener pergi dari rumah ini meninggal gue dan Ayra dengan sisa emosi gue.

"Bagus ya. Gak nonton pertandingan suaminya terus malah berduaan sama cowok lain." ucap gue lalu meninggalkan Ayra.

Gue butuh waktu untuk meredam emosi gue. Kata kata yang barusan gue lontarkan ke Ayra udah cukup jahat. Gue gak mau ada kata kata yang lebih jahat keluar dari mulut gue ketika gue masih emosi sama Ayra.

Gue marah. Jelas sangat marah. Gue merasa tidak di hargai sebagai suami. Tapi apa gue mau jahat sama istri gue sendiri? apa gue mau mukul dia? jawabannya enggak. Gue gak mau melakukan hal itu.

●●●

Ayra Pov's

Ini pertama kalinya A Fajar marah semarah ini. Bukan apa apa tapi yang gue pikirkan bagaimana sama pertandingannya nanti kalo dia ada dalam suasana gak baik gini. Gue berusaha ajak dia ngobrol dari tadi. Tapi dia gak gubris gue.

Gue belum mengucapkan maaf karena gue sendiri bingung apa ini emang salah gue? sedangkan Alif dateng aja gue gak tau. Gue bingung harus jelasin dari mana. Gue cuma berdiri diam natap dia yang tidur membelakangi gue yang berdiri.

"A dia cuma jenguk aku tadi." ucap gue sambil menahan air mata gue agar gak turun lagi.

Dia masih gak gubris gue.

"Kamu kenapa gak ngabarin aku kalo kamu sakit?" tanya A Fajar.

Gue bernapas lega karna dia akhirnya ngomong walaupun masih enggan menatap muka gue.

"Fanya bilang nanti dia sampein ke kamu." jelas gue.

"Alif juga tau dari Fanya?" tanya A Fajar lagi.

Gue diem. Gue gak tau harus jawab apa. Karena emang Alif tau dari gue langsung dan gue tau itu membuat A Fajar makin kesel.

A Fajar tertawa sinis dan menggaruk kepalanya frustasi.

"Aku yang suami kamu aja tau kamu sakit dari orang lain. Tapi dia bisa tau dari kamu sendiri. Aku merasa gak di hargain sebagai suami." kata A Fajar.

Sekarang gue gak bisa nahan air mata gue lagi. Gue gak nyangka sebegitu fatalnya tindakan yang gue ambil.

"A ma-af. Aku.." gue gak bisa melanjutkan kata kata gue karna tangisan gue yang sesak.

"Kamu tau aku menang apa kalah hari ini?" tanya A Fajar yang kini berbalik menatap gue.

Gue menggeleng.

"Kamu bahkan gak nonton pertandingan aku di tv atau sekedar cari info kalo aku menang atau enggak. Ada channel tv yang nayangin live. Instagram, twitter semua jelas ngasih info aku kalah atau enggak. Cuma kayak gitu aja emang gak bisa? ya gak bisa lah orang kamunya asik berduaan sama cowok lain." kata A Fajar.

Gue merasa tertohok banget sama kata kata  A Fajar. Gue bener bener lupa buat nonton pertandingan dia karna Alif dateng tadi. Pasti dia merasa gue abaikan.

"Aku panik bahkan gak sempet ganti baju Ra pas denger kamu sakit. Tapi sampe rumah yang aku temuin malah kayak gini." kata A Fajar bikin gue makin ngerasa bersalah.

Panggilan dari A Fajar pun sudah berubah. Gue cuma bisa menangis dan memperdengarkan suara isak tangis gue. Bukan untuk di kasihani tapi cuma itu yang bisa gue lakuin.

Makin lama badan gue yang sebenernya gak kuat ini makin gak kuat. Gue yang dari tadi berdiri sambil menangis tiba tiba ambruk ke bawah dengan napas yang sesak. Gue sesak nafas.

A Fajar panik melihat gue dan menuntun gue untuk mengatur pernapasan gue untuk kembali normal. Setelah pernapasan gue hampir normal kembali, pandangan gue malah buram dan seketika gelap semua.

●●●

thank youu sudah bacaa!!!!

pengen double update kalo votenya nyampe 30 ahh😋😋

Too Young To DipinangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang