ku syedi yang baca ratusan yang vote sedikit sangat:(
tapi karena ku berbaik hati dan tidak sombong. aku double up guys!
happy reading!
jangan lupa vote😚😚
Ayra Pov's
Udah 3 hari pertandingan Indonesia Masters berjalan. Udah 3 hari juga sejak kejadian gue sakit itu dan udah 3 hari juga gue belum ketemu A Fajar lagi.
Setelah gue sadar dari pingsan gue waktu itu A Fajar gak ada di samping gue. Kata Ibu dia udah pergi buat balik ke hotel. Lalu gue gak ketemu dia dan belum dapet maafnya dia di hari ke 3 ini.
Gue belum sanggup menemui A Fajar. Gue cuma nontonin match dia dari tv karena gue belum fit banget. Padahal Indonesia Masters ini adalah pertandingan yang gue tunggu supaya bisa nonton Aa sama mas gue secara live di lapangan.
Gue sekarang udah jauh lebih sehat dari 3 hari yang lalu. Walaupun masih agak agak lemes. Gue juga gak tau kenapa masih lemes gini.
"Ada masalah ya sama A Fajar?" tanya Freya gue ketika istirahat tiba.
"Mata lo item banget gitu." lanjut Freya.
"Capek ya ngurus rumah tangga sambil belajar?" kali ini Dita berbicara.
Gue cuma geleng.
"Enggak. Gue gak capek. Harusnya A Fajar yang capek. Dia capek tanding dan ngurusin gue. Sedangkan gue cuma bisa ngerepotin dia doang."
Air mata gue mulai menggenang kembali. Gue gak mau nangis di sekolah. Jadi gue tahan sebisa mungkin. Tapi pertahanan gue ambyar ketika Fanya mengelus hangat punggung gue.
"Cerita Ra. Jangan di pendem sendiri. Ikut sakit gue liatnya." kata Fanya.
"G-gue banyak ngerepotin A Fajar ya? gue kayaknya gak pantes deh buat dia." ucap gue setelah menceritakan permasalahan yang terjadi sama gue dan A Fajar.
"Dia selalu ngurusin gue. Bahkan rela bersihin darah mens gue, beliin daleman buat gue. Dia rela ngapain aja buat gue. Misahin tulang ikan buat gue. Sedangkan gue kayak gak berguna apa apa sebagai istri." kata gue sambil menangis.
"Gak Ra. Lo cuma butuh beradaptasi aja dengan status lo sebagai istri. Apalagi di usia lo yang sangat muda kayak gini." kata Fanya.
"Iya Ra lo cuma butuh banyak belajar. Gagal hari ini belum tentu gagal selamanya." lanjut Dita.
"Lo hebat di usia semuda ini bisa menyanggupi diri untuk menjadi istri. Sedangkan kita belum tentu Ra." kata Freya.
Temen temen gue terus menyemangati gue dengan kata katanya. Mereka yakin gue bisa menjadi istri yang baik untuk A Fajar. Ini cuma masalah waktu. Sampai akhirnya gue merasa agak tenang. Gue menghapus air mata gue dan bertekad untuk terus belajar menjadi lebih baik.
●●●
Pulang sekolah gue meminta mereka untuk ke rumah gue. Karena ada sesuatu yang gue harus lakukan dan gue rasa gue butuh pertolongan. Untungnya mereka mau dan bisa. Jadi disini lah gue dan temen temen gue di kamar gue.
"Nyari apa sih Ra?" tanya Fanya yang kayaknya udah mulai gerah liat gue nyari barang yang gak ketemu ketemu.
Gue gak jawab pertanyaan Fanya. Gue cuma ngobrak ngabrik laci rias gue. Karena gue merasa gue menaruh benda yang gue cari disana. Tapi gak ketemu juga.
"Apaan sini gue bantu Ra." kata Fanya.
"Nah ini. Ini yang gue cari." ucap gue mengangkat benda tersebut.