Happy reading!!!
Ayra Pov's
Memasuki minggu ke empat kehamilan gue. A Fajar makin posesif dan gue makin sensitif. Makin banyak aja perdebatan perdebatan yang terjadi di antara kita.
Kata dokter, kandungan gue sehat bayinya berkembang dengan baik. Tetapi kehamilan di umur gue yang masih sangat muda ini sangat beresiko. Gue gak boleh kecapekan, banyak mikir dan stress. Sedangkan hal hal itu adalah starter pack jadi anak kelas 12.
Tapi gue sebisa mungkin juga menghindari stress dan istirahat kalo gue mulai lelah. Masa depan gue penting tapi anak gue jauh lebih penting.
"Lagi belajar apa?" tanya A Fajar yang ikut mendudukkan dirinya disofa ruang tv.
"Biologi." kata gue sambil tetap mencatat.
"Coelenterata itu apa?" tanya A Fajar melihat catatan yang gue buat.
"Coelenterata itu hewan berongga." jawab gue seadanya. Karena kalo gue jelasin lebih lanjut dia juga gak akan dengerin.
"Kalo ini nih mollusca apaan?" tanyanya dengan kepo.
"Hewan bertubuh lunak A." kata gue dengan se adanya lagi.
Dia diam sejenak. Gue melirik ke arahnya yang keliatan lagi mikir.
"Oh kayak ubur ubur ya?" tanya dia lagi.
"Enggak. Ubur ubur masuknya ke Coelenterata. Kalo Mollusca, itu jenis siput, cumi sama kerang." jelas gue.
"Tapi kan ubur ubur juga lunak." katanya keras kepala.
"Iya tapi dia kan berongga jadi masuknya ke Coelenterata." kata gue.
A Fajar ngangguk ngangguk walaupun gue tau dia gak ngerti pastinya. Iyalah dia kan ips squad.
Selesai dengan sesi bertanya tanya dia pergi beranjak ke dapur dan kembali dengan dua botol air putih 600 ml di tangannya. Dia memberikannya ke gue.
"Kamu jarang banget minum air putih. Sehari minum paling dua gelas doang." katanya setelah gue menerima dua botol air mineral tersebut.
"Jangan banyak minum minuman manis dan berwarna terus, gak baik." kata dia.
"Kalo Fajri Coffee boleh?" tanya gue bercanda.
"Boleh. Itu mah harus. Tapi ya ada batasnya." kata dia.
"Iya A iya."
Walaupun gue yang anak ipa dan dia yang ips. Kalo soal kesehatan makanan dan minuman gue kalah. Dia selektif banget dalam pemilihan makanan. Secara dia atlet yang harus tetap menjaga kebugaran tubuhnya. Tapi gak jarang juga dia suka colong colong makan bebas gitu. Tapi langsung dia imbangin sama olahraga yang bisa bakar kalori makanan yang dia makan. Sedangkan gue abis makan ya tidur.
"Kamu kan sekarang berdua. Harus banyak makan dan minum yang sehat biar dedeknya bisa sehat terus." kata A Fajar sambil mengelus perut gue yang sedikit membuncit.
"Iya A." kata gue singkat.
"Jangan iya iya aja. Ngerti kaga lu." kata A Fajar.
"Iya Bapak Fajar Alfian. Saya ngerti. Kamu tuh atlet, guru geografi atau pak dokter sih?" ucap gue dengan gemas.
"Kalo dirumah aku suami kamu." kata A Fajar yang langsung menimbulkan semburat merah di muka gue.
"Udah ah ayo tidur. Gak baik tidur malem malem buat kamu sama dedek." kata dia yang tidak peduli dengan gue yang lagi kayak kepiting rebus.
Gue pun menuruti dia dan segera membereskan buku buku pelajaran gue dan menyegerakkan tidur.
Gue menuju kamar dan merebahkan diri gue di kasur menghadap A Fajar dan A Fajar menghadap gue.
Gue mencoba memejamkan mata walaupun diri gue masih menolak untuk tidur.
●●●
Fajar Pov's
Gue tau Ayra belum tidur. Hal itu bisa gue lihat dari pergerakkan bola mata yang ada di balik kelopaknya. Dia kesulitan untuk tidur.
"Gak bisa tidur ya? mau apa?" tanya gue.
Dia hanya menggeleng dengan mata yang tetap terpejam.
"Atau ada yang dirasain?" tanya gue.
Karena setelah dia hamil. Setiap pagi dan malam dia sering merasa mual. Ditambah lagi kalo malem dia suka minta pijetin pinggangnya atau minta di elus elus perutnya.
"Enggak A. Malem ini aku gak ngerasain apa apa." katanya yang mulai membuka mata dan mengelus perutnya sendiri.
"Bagus dong." kata gue.
"Tapi aku kok malah khawatir ya?" tanya dia.
"Gak ada yang perlu di khawatirin Ay. Kata dokter dedek sehat. Kamu cuma perlu di minta untuk gak kecapekkan dan stress." kata gue menenangkan.
Walaupun gue sendiri juga jadi ikut khawatir. Tapi gue harus menebarkan energi positif gue ke istri gue yang sedang mengandung ini. Kalo gue menebarkan energi negatif yang ada dia malah stress.
"Udah ya tidur. Jangan mikirin macem macem." gue membawa dia kedekapan gue lalu gue mengelus kepalanya sampai dia tertidur.
"A?" Ayra memanggil gue dengan suara yang terpendam.
"Hm?" Gue hanya menjawab dengan gumaman.
"Aku kok geli ya denger kamu nyebut 'dedek' gitu." katanya tiba tiba.
Gue menarik kepalanya dan menatapnya bingung.
"Gak tau gak cocok aja kalo kamu yang nyebut." kata dia.
Gue hanya menghela nafas berat. Dasar ibu hamil. Semuanya pasti salah.
●●●
Gue terbangun dengan suara muntahan Ayra. Gue melirik jam masih sekitar jam 3 pagi. Enggak biasanya dia muntah di jam segini. Biasanya jam 5 pagi dia muntahnya.
Gue membantu memegang rambut Ayra yang tergerai bebas biar gak terkena muntahannya. Sekali kali gue memijat tengkuknya dia.
"Udah?" tanya gue setelah dia menegakkan tubuhnya yang sedari tadi membungkuk untuk mengeluarkan isi perutnya.
Dia mengangguk lemah dan menyandarkan dirinya ke badan gue. Gue pun mendekap dan membelai rambutnya.
"Lemes banget." kata dia.
"Balik ke kasur dulu yuk." kata gue.
Gue pun memapah dia untuk pergi kembali ke kasur. Gue gak tega banget ngeliat dia lemes kayak gini. Muntah muntah tiap pagi dan malem. Bahkan muntah di pagi buta kayak gini. Coba aja bisa dituker. Gue lebih milih gue deh yang muntah muntah. Gak deng gua boong.
"Mau aku buatin teh?" tanya gue.
Dia menggeleng.
"Gak mau apa apa. Mau tidur aja."
"Sini."
Ayra menyuruh gue untuk kembali tidur di sampingnya. Gue pun nurutin dia dan merebahkan tubuh gue di samping dia.
Gue mengelus rambutnya supaya dia bisa merasanya nyaman dan kembali ke alam mimpi lagi.
●●●
BERAPA LAMA AKU NINGGALIN KALIAN??? HAHAHAH SORRY GUYSS.
CERITA INI PASTI LANJUT TAPIIII AGAK LAMAA GAPAPA YAAA????