Kata kata Dokter tersebut terputar terus di otak Rey layaknya kaset rusak. Ia hampir jatuh ke lantai dengan tatapan kosongnya untung saja Anthonio menahannya.
Sedangkan Gita Ia menangis dan terisak hebat, dengan sigap Vano memeluknya. Ia membawa Gita pergi dari sana untuk menenangkan temannya itu. Karena Ia yakin jika Gita pasti akan mengamuk kepada Rey.
Dokter tersebut mengatakan jika hal ini mungkin dialami para pasien operasi. Terutama hal ini adalah operasi besar.
Rey tetap terdiam Ia memandang kosong ke arah depan. Varo berlalu bersama Dokter untuk membicarakan lebih lanjut. Anthonio mengiring Rey agar duduk, setidaknya jika pria itu ingin pingsan dalam kondisi duduk bukan berdiri yang pastinya menyusahkan dirinya.
Teman sialan
"Rey, Lo gak apa?" tanya Anthonio seraya memegang bahu Rey.
"Bisa Lo tanya gitu? Cewek yang Gue sayangi ada di dalem antara hidup dan mati. Apa Gue bisa baik baik aja? Bukannya Gue berpikiran buruk atau apa, Gue gak bego buat ngerti situasi ini. Secara gak langsung kondisi Agatha saat ini ngancam nyawanya." ucap Rey, rasa frustasi dan kesedihan amat terpancar dari paras tampannya.
Anthonio hanya mengusap usap bahu Rey, Ia ingin menenangkan namun takut salah kata malah membuat suasana runyam. Bisa bisa dirinya yang terlebih dulu berpulang dari pada Agatha yang saat ini dikatakan kritis.
"Tadi kata Bapak bapak yang nyelametin mobil Varo, Agatha ditabrak yaa? Terus sekarang penabraknya mana?" ucap Anthonio, jujur mulutnya gatal sedari tadi ingin menanyakan hal ini.
Rey seakan tersadar sesuatu, Ia duduk tegap dan menatap Anthonio. Perlahan tatapannya berubah tajam dan membunuh. Anthonio dibuat gelapan mendapati tatapan seperti itu. Apakah dirinya salah berbicara?
"Lo tahu? Hal ini direncanain." ucap Rey tajam
Anthonio mengernyit bingung. Ia tak berpikir sampai sejauh itu. Namun, jika itu benar siapa yang ingin menyelakai Agatha? Dia adalah gadis baik bahkan jauh dari kata pengganggu atau apapun itu.
Jiwa jiwa suudzonnya mencurigai satu nama yang dapat Ia pastikan jika ini adalah nama yang sama seperti yang ada di pikiran Rey.
"Apa Lo yakin?" tanya Anthonio memastikan
"Iya, waktu itu Gue ada di perempatan. Nah Agatha ada di arah kiri perempatan sedangkan mobil itu melaju kencang dari arah kanan, Ia bener bener niat buat nyelakaain cewek Gue. Ini bukan kasus tabrak lari, kalau misalnya Dia emang mabuk atau apa Gue tahu jelas. Ini Dia keliatan bener bener fokusin mobilnya ke Agatha." ucap Rey, jujur saja hatinya sedikit tercubit kala melihat kejadian itu.
Seandainya Ia bisa berlari menuju Agatha, pasti Agatha akan selamat dan dapat menyelesaikan masalahnya. Bukan malah menggantungkan hidupnya pada alat alat yang menempel di badannya saat ini.
"Lo curiga sama siapa?" tanya Anthonio
"Sama cewek busuk itulah siapa lagi? Ambisi dan obsesi gilanya adalah alasan yang tepat buat Dia ngelakuin hal semacam ini. Padahal terakhir kita ketemu Gue udah peringatin Dia, eh Dia malah ngelakuin hal ini. Siap siap ketemu ajal Lo, bitch!" geram Rey, Anthonio menatap ngeri temannya. Aura hitam seakan menguar dari dalam diri Rey.
"Lo jangan berfikiran yang jelek dulu, kita coba selidiki hal ini. Disana jelas ada CCTV kita bisa dapat petunjuk dari sana." ucap Anthonio
"Gue setuju, Gue pasrahin ini sama Lo dan yang lain. Gue gak mau pergi sedetik pun dari Agatha." ucap Rey
Hal itu bertepatan dengan datangnya Varo. Rey dan Anthonio menatapnya meminta penjelasan tentang kondisi Agatha.
"Dokter bilang jika mereka akan terus memantau Agatha. Biasanya masa kritisnya sekitar 1 minggu dan untuk sadarnya tidak bisa ditentukan kapan karena tiap individu berbeda sesuai dengan respon tubuh mereka. Gue juga udah bilang tentang ngerujuk Agatha ke rumah sakit lain, karena kita besok juga udah masuk. Dan katanya bisa tapi nunggu setelah Agatha udah melewati masa kritisnya dan cukup stabil." ucap Varo
"Gue akan tinggal di sini buat temenin Agatha, kalian cepet balik aja sore ini." ucap Rey serius
"Lo mau sendirian jagain Dia?" tanya Varo
"Iya." jawabnya singkat
Namun, Ia tak mungkin tega jika membiarkan Rey sendiri menemani Agatha. Melihat kedua telapak kaki Rey yang terluka, bisa bisa Ia malah kenapa napa karena mengabaikan lukanya tersebut.
"Gue akan sewa 2 suster tetap buat ngurus Agatha dan juga kaki Lo." ucap Varo
"Gue gapapa." ucapnya tajam membuat Varo mendengus.
"Lo gak lihat kaki Lo? Gue gak mau nyiapin makam temen yang mati gara gara infeksi. Gak keren amat." ucap Varo lalu pergi mengajak Anthonio.
"Sialan!" umpat Rey
Ia melihat seorang suster keluar dari ruang ICU, Rey menghampirinya.
"Apa Agatha sudah dipindahkan Sus?" tanya Rey karena Ia tak melihat brankar Agatha yang berlalu
"Sudah, apakah Anda kerabatnya?"
"Iyaa Sus."
"Anda boleh menjenguknya namun harap tidak menimbulkan hal yang dapat mengganggu pasien. Serta dimohon menggunakan pakaian yang telah tersedia. Terima kasih." ucap Suster tersebut lalu berlalu dari sana.
Rey berjalan pelan pelan, karena luka di telapak kaki kanannya cukup dalam. Untung saja kaki kirinya hanya goresan kecil.
Rey masuk ke dalam ruang ICU Ia memakai baju tipis berwarna hijau. Ia menuju ranjang Agatha dirawat.
Air matanya lolos begitu saja melihat Agatha terbaring lemah dengan perban di kepala dan juga gips di kaki kirinya. Jangan lupakan berbagai alat yang menopang kehidupan Agatha.
Rey menarik kursi yang ada di sana dan duduk di atasnya. Tangannya terulur memegang tangan Agatha yang selalu sangat pas Ia genggam. Tangan ini masih sama seperti terakhir kali Ia genggam, namun saat ini tak ada balasan.
Rey mengecup lama punggung tangan Agatha dan mulai menitihkan air mata. Tameng kekuatannya runtuh. Entah kemana Rey yang selalu pembual, tukang onar, dan segala cap buruk lainnya. Ia sekarang lemah dihadapkan pada kondisi Agatha yang seperti sekarang.
Sebutlah Ia lemah atau apa, Ia akan terima. Apakah salah menangisi seseorang yang amat Kau cintai?
Agatha adalah segalanya bagi Rey. Bertahun tahun lamanya Rey tak pernah merasakan hangatnya cinta dan kasih sayang, namun Agatha datang memberikan itu semua. Gadis yang bahkan baru beberapa bulan Ia kenal telah menghangatkan hatinya yang telah kosong bertahun tahun.
Dan sekarang dirinya harus terancam kehilangan gadisnya karena sebuah kesalah pahaman. Ia benar benar merutuki kebodohannya akan ketidak jujurannya pada Agatha.
"Maafin Gue Tha, Gue emang salah. Seandainya Gue jujur sama Lo, tapi Gue juga takut kehilangan Lo saat Lo tahu sebenernya."
"Gue sayang sama Lo melebihi apapun, jangan tinggalin Gue. Gue butuh Lo dalam hidup Gue. Lo penguat Gue disaat Gue merasa tak diinginkan. Lo yang ngajarin Gue jika kasih sayang yang tulus itu ada. Lo yang ngebuat hidup Gue lebih baik. Lo yang ud-- udah--" ucap Rey terhenti Ia menahan sesak di dalam dadanya.
Demi Tuhan Ia tak sanggup jika berpisah dengan Agatha. Apakah Tuhan menghukumnya saat ini atas dosa dosa yang selama ini Ia lakukan?
"I love you, please back. I'm weak without you by my side."
♡ TBC ♡
Huaaa, sengaja pendek part ini gakuat udah:v
Kira kira apa yanh dilakuin Rey ya ke si pelakor eh pelaku? Gak sabar niii:3
Jangan lupa vote and comment yaaa:) kan gratis hehe:)
See you next part:*
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jerk Guy
Teen FictionC O M P L E T E D 'Achazia Reynand' Tampan ✔ Playboy ✔ Badboy ✔ Tukang rusuh ✔ 'Kesayangan' guru BK ✔ Dan beribu sifat buruk lainnya, Ia miliki. Namun ketika Ia mendapat dare gila untuk menaklukan hati seorang Agatha, bukanlah cewek itu yang berteku...