| 07 | 2013

74 6 3
                                    

Lalu, Feisya berjalan hendak mencari kebenaran dimana ia berada saat ini.

Namun, Saat hendak berjalan tiba-tiba badannya terasa sakit.
Benar-benar sakit, Tulangnya seperti patah semua.

Namun ia tetap memaksakan berjalan untuk mengetahui suatu kebenaran.

Dengan setelan piyama, sandal kelinci tidur, serta ponsel ditangan kanan nya ia berjalan menyusuri jalanan.

"Mba, Mau tanya" Ucap Feisya.

"Iya? Ada apa mba?" Ucap seseorang yang lewat.

"Ini dimana ya?" Tanya Feisya.

"Oh ini Jakarta mba" Balas orang itu.

"Jakarta? Emm Tahun berapa ini mba?" Tanya Feisya kemudian.

"2013" Balas orang itu, kemudian berlalu pergi. sebab ia mengira Feisya orang aneh. Berkeliaran memakai baju tidur dengan rambut acak-acakan. Dan bertanya perihal tahun. Apa gadis ini tak punya kalender?

Feisya terheran-heran, Ia berhasil.

"Gue berhasil? Yesss" Ucapnya kegirangan.

Namun ia bingung, Bagaimana ia bisa hidup di kota ini?
ia tak punya uang untuk menyewa tempat tinggal.

"Oh iya, Gue kan punya m-banking. Bisalah ya sewa apartemen" Ucapnya.

Tetapi ia baru sadar, Uangnya habis untuk membeli mesin waktu itu.
Ia lalu mencoba menelepon Kenny untuk mengirimkan uang padanya.

Saat ia membuka layar ponsel, Ia kaget.
Tertera disana tahun 2013 dan Siang hari. Padahal seingatnya ia menggunakan mesin itu pada malam hari.

Ia lalu menelepon Kenny.

"Hallo? Ken?"

tak ada sahutan dari Kenny.

Kemudian sambungan tiba-tiba terputus.

"What? Sial!" Ucapnya.

Tapi ia tak hilang akal, Ia terpikir sesuatu.

"Astaga, Dulu kan gue punya rumah disini. Gue harus kerumah Mama!" Sahutnya.

Ia berlari mencari alamat rumahnya.
Ia tak pernah lupa jalan itu, Tiba-tiba saja kakinya berjalan mengikuti naluri hatinya.

Setelah dirasa lelah, Ia kemudian memanggil ojek untuk mengantarkannya pulang.

"Mas, Ojek dong ke jalan cemani ya!" Ucap Feisya.

"Ok mba" Balas Tukang ojek itu.

Ia mengantarkan Feisya sampai tepat di depan pagar rumahnya.

Namun, Ia baru sadar. Ia tak punya uang untuk membayar ojek itu.

"Mba mana ongkosnya?" Pinta si tukang ojek.

"Ehehe saya ga punya duit mas" Balas Feisya.

"Gimana sih mba nya! Ga punya uang kok naik ojek" Sahut si tukang ojek.

"Hehe, Ya maaf pak" Balas Feisya sambil menggaruk dahinya yang tak gatal.

"Emm kayaknya hp mba bisa tuh buat bayar ojek" Ucap Si tukang ojek.

"Dih enak aja! Ni hp lebih mahal daripada harga diri lo!" Sahut Feisya.

"Waduh, Mba nya sembarangan ya kalau ngomong!" Balas Si tukang ojek.

Namun, Si tukang ojek tak tinggal diam. Ia berusaha merebut hp milik Feisya dari genggaman tangannya.
Terjadi kericuhan didepan rumah.

Tiba-tiba laki-laki bertubuh tinggi menghentikan perdebatan itu.

"Eh eh ada apa sih ini?" Ucap lelaki itu.

Feisya tersenyum menatap lelaki itu.

"Kak Faris?" Ucap Feisya sambil tersenyum.

"Dih tau darimana nama gue?" Balas Lelaki itu.

Bagaimana mungkin kakaknya itu tak mengenali dirinya?

Faris Alriansyah, Adalah Kakak kandung Feisya.
Faris berperawakan tinggi, tubuhnya kurus namun ia adalah sosok yang sangat tampan. Tak heran dulu sewaktu Feisya masih SMA banyak temannya yang datang mengunjungi rumahnya tak lain hanya untuk menemui kakaknya itu.
Pada saat Feisya masih SMA, Faris memang sudah menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi negeri dekat rumahnya. Prestasi yang Faris hasilkan seringkali membuahkan beasiswa dan hebatnya Faris berkuliah gratis berkat otak cerdasnya itu.

Feisya tetap senyum melihat kakaknya yang menurutnya memang sangat tampan sampai Feisya pun melamun menatapnya.

"Ada apa sih ini?" Tanya Faris.

"Ini mba nya ga bayar ojek saya" Balas si tukang ojek.

"Mba, kalau pesan ojek ya ojeknya dibayar dulu mba. Ongkos ojek ga seberapa kok sama...Hp mba itu. Kayaknya sih" Sahut Faris.

Tak ada sahutan dari Feisya. Ia masih menatap kakak kandungnya itu.

"Mba?" Ucap Faris.

"Eh! Kak! Kangen banget dah sama lo sumpahh" Sahut Feisya sambil memeluk Faris.

Faris kebingungan, Ia langsung melepas pelukan Feisya.

"Mba, Saya ini ga kenal sama mba. Lagipula ngapain mba peluk-peluk saya? Mba gila ya?" Sahut Faris.

"Loh, Lo ga inget? Gue ini adik lo. Adik kandung lo! Feisya Alradya cantik jelita! Masih ga inget juga?" Ucap Feisya sambil terus tersenyum.

Faris hanya menatap heran, Pasalnya adiknya itu masih kecil. Bagaimana bisa ia tumbuh besar secepat itu lebih lagi tingginya hampir sama dengan dirinya.

"Dih, Jangan ngaku-ngaku jadi Feisya deh mba. Feisya itu nama adek saya. tapi adik saya bukan anda, Terimakasih. Permisi jangan ganggu saya" Balas Faris.

"Loh kak Faris!" Ucap Feisya meneriaki Faris yang hendak berjalan masuk.

"Mau mba sebenarnya apa? Modus kan supaya saya mau bayar ojek mba? Bayar aja tuh pake hp mba!" Ucap Faris.

"Iya emang, gue minta lo buat bayarin ojek gue dulu. Setelah itu gue jelasin semuanya, Ok?" Sahut Feisya.

"Apaansih, Kaga! Udah pergi sana. Saya ga kenal sama mba" Balas Faris.

Faris meninggalkan Feisya begitu saja.
Feisya hanya bisa menatap punggung kakaknya itu dengan sedih.
Ia rindu dengan kakaknya, Sejak menikah ia belum sempat mengunjunginya.
Sekarang, Kakaknya itu malah tidak mengenalinya.

Faris menghentikan langkahnya, Kasian juga ia pada perempuan tadi.
Ia akhirnya berniat untuk menolongnya. Siapa tahu perempuan itu memang betul-betul tak punya uang.

Faris berjalan menuju si tukang ojek dan menyerahkan beberapa lembar uang.

"Udah gue bayarin ojek lo, Sekarang lo pergi dari rumah gue" Ucap Faris.

"Kakak sama sekali ga inget sama Feisya? Ok Feisya ngaku, Feisya emang jarang nemuin Kakak dan keluarga kakak. Feisya juga jarang nemuin Mama. Tapi jangan lupain Feisya dong kak! segitu hina nya Feisya dimata kakak?" Ucap Feisya hendak menangis.

Faris bertambah heran dengan penuturan gadis itu.

Aku dan Masa Lalu kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang