| 10 | Kesempatan

55 4 0
                                    

Feisya betul-betul senang berada didekat Naufal. Jantungnya berdegup kencang, Meski sekarang Naufal tidak mengenali Feisya adalah sosok temannya dulu.
Namun ia tetap bahagia.

"Ini namanya ruang panitia mba, Kalau di daerah sini. Sekolah ini satu-satunya sekolah yang punya ruang panitia. Banyak kok fasilitas lain juga yang hanya dimiliki oleh sekolah ini" Ucap Naufal menjelaskan.

Berwibawa adalah kesan yang terpancar dari aura sosok Naufal.

Feisya tak pernah lepas memandangi Naufal.

"Iya, Saya ngerti" Sahut Feisya.

Naufal tersenyum memandangi perempuan cantik yang sedang berada didekatnya itu.

"Btw, Mba nya asalnya dari mana?" Tanya Naufal.

"Oh, Saya? Saya dari universitas sabana raya" Ucap Feisya.

"Observasi sendirian mba?" Tanya Naufal.

"Iya kebetulan, Ini tugas individu." Balas Feisya.

"Oh begitu, Boleh ngobrol berdua ga sama mba nya?" Tanya Naufal.

"Kan ini udah berdua" Balas Feisya.

"Eh iya, Maksudnya ngobrol di tempat lain gitu. Yang adem" Sahut Naufal.

"Kamu bukannya masih ada kelas?" Tanya Feisya.

"Iya sih mba, Gimana kalau nanti malem? Di Tempat makan? Saya bisa jelasin semua keterangan jelas tentang sekolah ini. Ya itu sih kalau mba nya berkenan" Balas Naufal.

Bagus! Ini kesempatan besar untuk Feisya.
Ia segera mengiyakan itu.

"Boleh, Lagipula mungkin tugas saya jadi lebih ringan" Sahut Feisya.

Naufal tersenyum.

"Sebentar" Ucap Naufal.
Lelaki itu mengeluarkan pulpen dari sakunya dan merobek kertas poster di mading.
Lalu menuliskan sebuah nomor disana.
dan memberikannya pada Feisya.

"Nih, Nomor telepon saya. Mba bisa hubungin saya kalau perlu bantuan" Sahut Naufal dan lagi-lagi senyuman indah merekah dalam wajah tampannya.

"Makasih" Ucap Feisya sambil tersenyum.

"Samasama, Kalau begitu saya tinggal dulu ya mba. Saya harus kembali ke kelas, Sebentar lagi ada ujian" Balas Naufal lalu meninggalkan dirinya.

Feisya memasukkan kertas itu ke dalam tasnya.

"Bahagianyaaaa, Jadi gini rasanya diperhatiin Naufal? Kalau gini mah siapa sih yang nolak jadi pacarnya dia" Ucap Feisya kegirangan.

Sampai dirinya hampir menabrak seorang siswa.

"Eh maaf" Ucap Feisya.

"Iya gapapa" Balas anak itu.

Feisya seperti mengenal suaranya, Saat ia menoleh.
Rupanya itu adalah Ayla! Ya! Ayla himawan.
Sahabatnya yang sekarang adalah Bos di perusahaanya sendiri.

"Ayla?" Ucap Feisya.

"Hah? Mba tau nama saya?" Ucap Ayla.

"eee... Ii..yy..aa itu di seragam kamu" Balas Feisya.

Sebenarnya tanpa bantuan nama di seragam Ayla, Feisya sudah tahu itu Ayla sahabat dekatnya.

Ternyata, Feisya baru menyadari. Ayla adalah gadis yang tak kalah biasa darinya bahkan bisa dibilang Ayla ini adalah cewek culun. Dengan rambut panjang yang dikepang dan kacamata bulat membuat dirinya sangat terlihat culun.
Jalannya pun menunduk.
Namun, Faktor terbesar tidak adanya bullying yang menyerang Ayla sebab Ayla Himawan adalah sosok siswa yang paling kaya raya di sekolah ini.
Bahkan, Yayasan sekolah ini adalah milik keluarga Ayla.

"Permisi mba" Ucap Ayla yang kemudian meninggalkan Feisya.

"Iya" Sahut Feisya sambil tersenyum.

"Pasti sekarang semua orang bakalan kaget liat Ayla. Nerd girl yang berubah jadi cewe sosialita yang cantik" Ucap Feisya sambil membayangkan sosok Ayla di masa kini yang begitu cantik dan sukses.

***

Malamnya, Feisya sudah berdandan didepan cermin apartemen memantaskan baju apa yang akan ia kenakan untuk bertemu dengan Naufal.

Ia harus tampak cantik, Ia tak boleh gagal mendapatkan hati lelaki itu.

Feisya ingat, tadi ia diberi nomer telepon oleh Naufal.
Lalu, Ia menelepon nomor itu.

"Hallo?" Ucap Naufal.

"Hallo, Ini Naufal?" Tanya Feisya.

"Ya? Ini siapa ya?" Ucap Naufal.

"Ini gue, Fey."

"Oh kak Fey, Udah siap?"

"Udah, Ini tinggal berangkat"

"Mau aku jemput atau ketemuan aja"

"Ketemuan aja, Alamatnya shareloc aja ya"

"Hah? Shareloc? Apaan tuh?"

Oh iya, Feisya baru ingat. Di tahunnya ini fitur shareloc belum tersedia.

"Oh engga, Lupain aja. Alamatnya dimana?"

"Jalan partikelir nomor 12 dekat wartel"

"Ok"

Ia langsung berjalan menuju alamat itu menggunakan taksi.

Sampainya disana, Feisya mencari keberadaan lelaki itu.

Benar saja, Di bagian dekat jendela ditemani vas bunga manis didepannya.
Naufal tengah duduk sambil mengenakan hoodie berwarna silver dan memakai jeans.
Walau dengan setelan simple tetap saja tak sedikitpun menyurutkan ketampanan diwajahnya.

"Hai" Ucap Feisya menyapa.

"Hai, Silahkan duduk kak" Balas Naufal ramah.

Feisya duduk dihadapan Naufal.
Tatapan teduh lelaki itu benar-benar membuatnya terpana.
Rasanya ingin segera ia pacari Naufal sekarang juga.

Bodohnya, Feisya datang tanpa membawa laptop. Jelas tergambar Feisya bukan ingin melakukan studi atau observasi.

"Loh, Ga bawa laptop kak?" tanya Naufal.

"Hah? Iya engga. Bisa lewat hp kok"  Balas Feisya.

"Beneran?" Ucap Naufal.

"Iya, Nih gue liatin caranya" Balas Feisya sambil mengeluarkan hp canggih miliknya.

"Wih, Ada Microsoft nya" Sahut Naufal.

"Iya, Jadi bisa langsung ngerjain tugas disini tanpa repot bawa laptop" Ucap Feisya.

"Tapi, Ini hp beli dimana kak? Setau aku sih belum ada yang jual nih hp begini" Balas Naufal.

Yaiyalah, ini teknologi masa depan.
Orang masa lalu mah mana tahu. Paling-paling sekarang juga hp gue sama merknya sama hp lo.
Batin Feisya.

"Hehe, Iya aku beli Australie" Balas Feisya berbohong.

"Oh pantes aja. Canggih" Sahut Naufal.

Feisya hanya tersenyum.

Aku dan Masa Lalu kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang