| 08 | Kakak

63 5 0
                                    

Namun, karena tak tega. Ia pun berniat untuk mempersilahkan rumahnya pada perempuan ini.

"Gini aja deh, Mba masuk dulu ke rumah saya. Biar mba lebih tenang. Terus ingat asal usul mba" Ucap Faris.

Feisya menghela nafasnya kasar, Feisya masih belum bisa mengubah keyakinan Kakaknya bahwa itu adalah dirinya.

Faris mempersilahkan Feisya masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, Ma?. Faris pulang ni Ma" Ucap Faris.

Seorang wanita paruh baya keluar dari bilik kamar.
Tidak salah lagi, itu adalah Mama nya.
Ibu Fanessa Aditama.
Perempuan yang berhasil mengasuh kedua anaknya hingga menjadi orang-orang yang sukses seperti sekarang.

"Mama?" Ucap Feisya.

Ia langsung memeluk wanita itu, Mama masih terlihat sangat muda. Kerutan belum begitu nampak di wajahnya.

"Apa-apaansih! Itu Mama gue! Dih aneh" Ucap Faris sambil berusaha melepas pelukan Feisya dari Mama nya.

Feisya kemudian melepas pelukannya.

"Silahkan duduk mba" Ucap Bu Fanessa dengan ramahnya.

Faris kemudian berlalu pergi dan kembali dengan membawa segelas air teh hangat lalu diberikannya pada Feisya.

"Nih, diminum dulu mba" Ucap Faris.

"Makasih" Balas Feisya.

Ia meminum segelas air itu. Batinnya bergejolak ia ingin menjelaskan pada Faris dan Mama nya tentang dirinya. Tapi Feisya rasa percuma. Ia tidak akan bisa membuat mereka percaya.

"Ini siapa Faris?" Tanya Bu Fanessa pada anaknya.

"Oh, Faris juga gatau Ma. Ini orang minta dibayarin ojek didepan, Dan gila nya orang ini ngaku jadi Feisya. Adiknya Faris!" Balas Faris.

Bu Fanessa menghela nafasnya, Ia juga bingung juga sudah seperti ini. Dari mana asal wanita ini? Penampilannya terlihat sangat modern.

"Memang gue Feisya. Ma, Percaya! Aku ini Feisya Alradya. Anak Mama. Sekarang aku udah besar Ma, Jadi orang sukses. Seperti kemauan Mama dulu" Ucap Feisya sambil terus menangis.

"Mba, Feisya itu memang anak saya. Tapi anak saya sekarang masih duduk dikelas 2 SMA. Masih kecil, Mungkin nama mba dengan anak saya sama. Tapi bukan berasal dari keluarga yang sama" Balas Bu Fanessa menerangkan.

Feisya mengambil ponselnya hendak mencari foto diri antara dia dengan keluarganya.
Tapi kemudian ia mengurungkan niatnya, Ia tak mau banyak menanggung resiko.
Ia sedang berada di tahun lalu, ia tak mau menghancurkan reputasinya di tahun ini. Ia takut jika nanti ia menunjukkan foto mereka di tahun depan, Feisya akan dikira seorang peramal yang bisa memprediksi sesuatu yang akan datang.

Ia akhirnya memilih mengalah.

Feisya masih terus menangis.

"Mba tinggal dimana memangnya?" Tanya Bu Fanessa.

Feisya menggelengkan kepalanya.

Bu Fanessa menatap anaknya Faris.

"Jangan suruh dia tinggal disini Ma, Faris ga mau repot" Balas Faris.

"Faris.."Ucap Bu Fanessa.

"Terserah Mama lah" Balas Faris lalu pergi meninggalkan mereka dan berlari ke atas kamar.

"Kamu mau kan tinggal disini?" Tanya Bu Fanessa.

Feisya sejenak berpikir.
Ia pernah membaca peraturan yang ada didalam permainan mesin waktu.
Larangan nya adalah sang pengguna tidak boleh bertemu dengan dirinya sendiri kalau tidak ia tidak akan bisa kembali ke masa depan.

Feisya langsung cepat menggelengkan kepalanya.

"Terimakasih bu,kayaknya saya cuma mampir aja" Ucap Feisya.

Bu Fanessa menganggukkan kepalanya.

"Sebentar ya saya ambilkan makan untuk kamu" Sahut Bu Fanessa.

"Emm ga usah Bu. Saya bisa kok cari makanan sendiri" Balas Feisya.

"Gapapa, Saya ambilkan ya" Ucap Bu Fanessa.

Tak selang berapa lama, Ia menikmati makanan buatan ibunya.
Lalu ia melihat ke arah jam dinding, Jam menunjukkan pukul 1 siang.
Ia masih hafal bahwa dulu sewaktu SMA, jam 4 sore adalah waktu pulangnya.
Dan ia harus menghindari jam itu, untuk menghindari pertemuan antara dirinya dimasa kini dan dirinya di masa lalu.

**

Ia lalu pergi dari rumahnya itu.
Dan setelah itu, Feisya kebingungan dimana ia harus tinggal.

ia akhirnya berfikir untuk kembali mencari mesin waktunya, Mengambil uang di masa depan, Menukarnya dengan uang kuno dan kemudian baru kembali lagi ke 2013 ini.

Ia kembali di tempat terakhir ia berada. Susah payah ia berjalan menuju tempat itu.

Rupanya mesin itu masih ada disana, Namun orang-orang disekelilingnya seperti tak melihat keberadaan mesin itu.
Entah mereka yang tak peduli atau memang mesin itu tidak terlihat.

Entah ia tak peduli, Intinya sekarang ia harus pulang dan mengambil uang.

Kembali ia mengaplikasikan mesin itu seperti kemarin, dalam sekejap ia tak sadarkan diri dan semuanya berubah menjadi gelap.

Tak butuh waktu lama, Dirinya kembali didalam rumah persis saat terakhir kali ia mengaplikasikan mesin itu.
Ini masih malam.
Ia lihat dalam layar handphone nya tepat 2020 pukul 2 pagi.

Ia jadi berpikir, jadi selama ia pergi waktu berhenti?

"Masa iya berjam-jam gue di 2013, Kembali kesini ga nambah 1 detik pun? Mesin apa ini?" Ucap Feisya.

Kembali ia merasakan pegal merambah sekujur tubuhnya.
Namun ia tetap memaksakan untuk berjalan naik ke atas tangga.
Badannya sudah tak kuat lagi, Ia pun memilih tidur.

Esoknya, Ia mendapat telepon dari sahabatnya. Ayla.

"Hallo, Feisya? Lo gapapa kan? Gue samperin ya kesana? Lo dimana sekarang?" Tanya Ayla.

"Engga, gue ga kemana-mana. Lo ga usah nyariin gue. Gue gapapa disini." Balas Feisya.

"Duh, yang bener dong. Lo kalau butuh bantuan telepon gue ya, kalau ada masalah lo juga jangan lupa kabarin gue" Ucap Ayla.

"Iya Thanks ya, Eh tapi gue butuh bantuan lo nih" Sahut Feisya.

"apa?" Tanya Ayla.

"Kirimin gue duit dong, Secukupnya aja. Ga mungkin soalnya kalau gue minta sama Kenny. Bisa gawat semuanya" Balas Feisya.

"Iya yaudah, Gue transfer ke rekening lo sekarang juga" Ucap Ayla.

"Wih, baik banget! Emang lo sahabat gue yang paling the best!" Sahut Feisya.

"Iya iya!"Balas Ayla.

Aku dan Masa Lalu kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang