Setelah Naufal mengantarnya pulang, Ia kemudian langsung mengambil mobil pribadinya dan ia melaju kencang menuju rumah Feisya dimasa lalu.
Ia berjalan ke depan pintu rumah.
Dan mengetuknya.tok tok
laki-laki dengan badan tegap dan tampan menyambutnya didepan rumah.
"Siapa?" Ucap Faris.
Feisya menatap Kakaknya itu, Sebenarnya ada rasa rindu tersendiri padanya. Tapi apa daya? Kakaknya itu tak mengenalnya sekarang.
"Oh Mba, Mau apa mba kesini? Ini bukan rumah mba. Ini rumah saya. Maaf mba" Sahut Faris.
"Bukan Mas, Bukan gitu. Ada yang mau saya bicarakan. Saya boleh masuk?" Tanya Feisya.
Faris sedikit memutar bola matanya malas.
"pliss" Ucap Feisya.
"Yaudah yaudah Masuk" Balas Faris.
Tanpa aba-aba, Feisya sudah masuk kedalam rumah.
Semoga Feisya belum pulang
'Batinnya'"Emm, Feisya udah balik?" Tanya Feisya.
Faris menggelengkan kepalanya.
Feisya menghela nafasnya lega.
"Duduk" Sahut Faris.
Feisya duduk di sofa sederhana itu, Sementara Faris hendak mengambil segelas air.
"Ett cuma sebentar kok, ga perlu repot. Boleh saya ngomong sama anda?" Tanya Feisya.
Faris pun berjalan mendekati Feisya, ia duduk di dekat Feisya.
Duh, Ingin sekali Feisya memeluknya sekarang. Rasa rindu ini seperti sudah tak terbendung.
"Em, Maaf sebelumnya menganggu. Saya ini mahasiswa magang di sekolahnya Feisya. Nah kedatangan saya kesini, saya mau memberikan surat persetujuan pertukaran siswa pada Feisya" Ucap Feisya.
"Hah? pertukaran siswa? Adik gue mau dibawa kemana?" Tanya Faris.
"Saya akan menukarnya dengan salah satu sekolah di Bali. Sekolahnya bagus, elit dan pekarangannya pun luas. Saya rasa Feisya dapat mengembangkan studi lebih baik disana" Balas Feisya.
"Kenapa harus adik saya?" Tanya Faris.
"Karena memang dia yang cocok" Balas Feisya sambil tersenyum.
"Entar deh gue tanya ke dia sama Mama dulu" Ucap Faris.
Feisya menganggukkan kepalanya.
Kemudian, beberapa menit setelahnya ia meninggalkan rumah itu.
**
Malamnya, Ia membuat skedule keberangkatan Feisya.
Ia juga membuat surat pengajuan pertukaran siswa untuk diberikan kepada pihak sekolah.
Ia tau tak sepatutnya ia mengambil keputusan ini.Mengingat, Ia tak mengerti kapan bisa membawa Feisya yang masa lalu kembali ke jakarta.
Tapi Feisya rasa ini satu-satunya cara terbaik untuk melindungi dirinya.
Esoknya, Semua telah beres. Ia tinggal menyerahkan surat itu sendiri pada Feisya.
Namun ia memilih menitipkannya pada salah satu siswa.
"Hei" Ucap Naufal.
"Jangan disini, gue ga mau dihukum lagi" Balas Feisya.
"Yaelah tenang aja kali, Disini ga akan ada yang lihat kok" Ucap Naufal.
Feisya menghela nafasnya dan berjalan meninggalkan Naufal. Naufal masih berusaha mengimbangi langkah Feisya.
"Jangan ngehindar juga dong" Ucap Naufal.
"Reputasiku disini penting, Naufal" Balas Feisya.
"Kalau gitu nanti kita jalan ya, Habis pulang sekolah?" Tanya Naufal.
Feisya mengangguk.
Naufal tersenyum lebar.
**
"Ih lo mah ga asik" Ucap Feisya.
"Emang wle" Sahut Naufal sembari menjulurkan lidahnya.
Mereka tertawa terbahak-bahak di taman kota di Jakarta.
Naufal mencubit pipi Feisya dengan erat.
"Iiih gemes" Ucap Naufal dan kemudian berlari.
"Naufal sakit!!! Awas ya" Sahut Feisya yang kemudian mengejar Naufal.
Feisya ikut mencubit pinggang Naufal, sementara Naufal masih berusaha menghindar.
"Awww sakit sakit" Ucap Naufal.
"Kena kan lo" Sahut Feisya.
"Udah dong" Sahut Naufal.
"Engga engga" Balas Feisya masih terus mencubiti pinggang Naufal.
Naufal tak tinggal diam, Ia memeluk tubuh Feisya dari belakang. Sementara Feisya masih meronta.
"Aaaa lepasss" Ucap Feisya.
"Engga ah, Lo tu nakal" Balas Naufal.
"Iishh" Feisya hanya diam dan wajahnya pun cemberut.
"Eet jangan ditekuk dong wajahnya, Jadi tambah lucu tau!" Ucap Naufal sembari memandang wajah Feisya.
Naufal membalikkan tubuh Feisya menghadapnya, Lalu ia mengacak-acak rambut Feisya.
Feisya masih terus cemberut dan kedua tangannya ia lipat kedepan."Bentar ya tunggu disini" Ucap Naufal.
Entah kemana, Feisya tak peduli.
Tapi ia juga yakin Naufal pasti kembali untuknya.Tak perlu menunggu waktu lama, Tiba-tiba satu tangan besar menutup mata Feisya.
Ia meraba tangan itu.
"Hah sapa nih" Ucap Feisya.
"Aku....Beruangg" Balas orang itu dari belakang.
Ia melepas tangan yang menutupi mata Feisya sementara ia mengeluarkan boneka beruang didepan mata Feisya dengan tangannya.
Namun badannya masih dibelakang tubuh Feisya.Feisya tersenyum ,lalu menghadap kebelakang.
Naufal! Lelaki itu ada disana."Masih marah ga?" Tanya Naufal.
Feisya tersenyum dan memeluk tubuh Naufal.
Naufal membalas pelukan itu dengan erat sambil mengelus puncak kepala Feisya."Kalau mentari sedang menghukum bumi dengan sinar panasnya itu aku akan memilih menjadi bumi." Sahut Naufal.
"Hah? Kenapa? Panas dan sakit terkena terik mentari" Ucap Feisya mendongak sedikit melihat wajah Naufal, sementara ia masih memeluknya.
"Karena bumi tak pernah mengeluh walau panas mengurung dirinya dalam lalapan mentari. Dia tetap menahan dan bahkan tetap setia menopang beribu manusia diperutnya" Balas Naufal.
"Sama seperti?" Tanya Feisya.
"Sama seperti aku mencintaimu, Ada rasa terkuat yang ingin aku tetap bertahan meski mentari membakar tubuh ini tanpa henti dan meski bulan menyengat hawa dingin tubuh ini dan enggan pergi" Balas Naufal.
Jantung Feisya berdegup cepat, Namun rasa nyaman menjalari tubuhnya didekapan Naufal.
Kata-kata Naufal yang mampu membuatnya terpukau. Sudah pasti juga kata-kata itu ia penjara dalam dada agar tak akan pernah keluar dan ia akan tetap mencintai Naufal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Masa Lalu ku
Novela JuvenilKisah seorang gadis cantik, bergelimang harta dan berkaki jenjang yang merasa gagal menjalani kehidupan barunya. Rasa ingin mengulang masa lalu terjadi ketika ia bertemu dengan sebuah mesin waktu. Bagaimanakah petualangan gadis itu dengan mesin wakt...