Hermione berlari secepat yang ia bisa ke Dungeons. Dalam hatinya, ia menyesali fakta bahwa kemarin malam ia malah pergi ke perpustakaan dan bukannya berbaring nyaman dikasur kamarnya. Karna kalau tidak pergi, ia tidak akan terlambat dan tidak akan bertemu pirang menyebalkan kemarin.
Hermione menghela napas panjang sebelum memasuki ruang kelas. Berharap setidaknya belum terlalu terlambat, untuk tersenyum dan berasalasan ia kalah saat rebutan kamar mandi. Mendadak, seorang lelaki menyenggol bahu Hermione disebelahnya. Ia itu berjalan dengan santai masuk ke kelas, ekspresinya kelewat santai untuk ukuran anak yang terlambat hampir dua puluh menit.
Hermione segera menyusul masuk dengannya, setidaknya bukan ia satu-satunya yang terlambat hari itu.
"Miss Granger, Mr Malfoy ayo masuk!" Professor Slughorn mempersilahkan.
Hermione menoleh pada lelaki disebelahnya. Lelaki menyebalkan kemarin malam. Ia memberikan tatapan sinis pada Draco.
"Permisi Professor tapi aku belum mendapat buku panduan." Draco meminta izin.
"Kau boleh ambil di lemari." Slughorn mempersilahkan.
"Kau boleh pakai buku milikku Draco!" Goda seorang wanita di dalam kelas. Seisi kelas menertawakan hal itu.
Hermione yang menyadari ia juga melupakan buku panduannya langsung mengambil buku di lemari mendului Draco.
Tersisa dua buku di lemari, tentu saja buku yang masih bagus yang ia ambil. Biar si Malfoy dapat buku yang sudah tua itu. Tau rasa kau. Hermione tersenyum licik melirik lelaki pirang itu yang mengambil buku lusuh dengan pasrah.
Kelas dimulai, setelah memberi penjelasan tentang beberapa ramuan. Slughorn meminta semua siswa membuat ramuan hidup bagai mati. Dan sebagai hadiah jika ada murid yang berhasil membuatnya dengan sempurna akan mendapat felix felicis atau cairan keberuntungan.
Hermione mengikuti betul apa yang ditulis dihalaman sepuluh buku pembuatan ramuan tingkat lanjut itu. Ia melirik Malfoy yang membuat ramuannya dengan sangat santai, dan dikelilingi para gadis itu. Dasar, fuckboy.
Tidak terasa waktu habis, ramuan milik Hermione terlalu kental seperi bubur bayi kurang air panas menurut Slughorn.
Tapi, Professor bidang ramuan itu justru membanggakan ramuan milik Draco, "Ini sempurna dan sesuai janjiku, kau mendapatkan cairan keberuntungan seperti yang kujanjikan."
Para gadis di kelas bertepuk tangan gembira. Kecuali satu gadis yang tidak bahagia melihat itu, Hermione.
"Gunakan dengan baik." Slughorn mengingatkan. Draco hanya mengangguk dengan senyum terpaksanya.
Semenjak saat itu Hermione menandai Draco sebagai saingannya. Dan musuhnya.
...
Gadis berambut pohon beringin yang sedang duduk santai dengan temannya di ruang rekreasi Gryffindor tampak sedang fokus memeriksa semua jadwal kelasnya, mencari dimana Ia satu kelas dengan Draco.
"Kau mau?" Ron menawarkan pie pada Hermione.
Hermione langsung melahap pie itu dengan kesal. Mood nya sangat berantakan sejak kelas ramuan tadi pagi. "Kau pernah bilang kau tahu seperti apa Malfoy itu kan? Dia memang seperti apa?"
Rom menatap curiga pertanyaan Hermione itu. "Ada apa kau menanyakan dia?"
"Aku tanya, dia seperti apa?" Gadis itu memaksa.
"Kau tahu, dari keluarga kaya, anak yang manja. Sepertinya dia juga girls magnet."
Hermione menyipitkan matanya. "Dia pintar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]