Draco berjalan memimpin diantara semua temannya, hutan dibelakang sekolah memang bukan tempat yang umun dikunjungi. Konon gosipnya, semua tanaman disana hidup dan dapat bergerak sewaktu-waktu karna makhluk misterius. Untungnya disaat tahun kedua, saat Denis tidak sengaja pergi kesana saat kabur dari pelajaran sihir hitam. Disitulah kita tahu, itu hanya seekor Demiguise yang sangat jahil.
"Sepertinya ini tempatnya?" Draco menunjuk tanah yang diinjaknya, sambil bertanya sambil melihat wajah teman-temannya.
"Kurasa itu disana!" Jun menunjuk tanah dengan batu diatasnya, seperti batu nisan seseorang.
"Kita tidak beri tanda apapun memangnya?" Zoe bertengger dengan sekop disampingnya.
"Entahlah, daripada menebak asal begini, lebih baik kita tanya pada Larsen saja?" Allen mengusulkan.
Seekor kucing putih dengan mata birunya datang dengan langkah ala model, mengendus-endus tanah, berakhir dengan dia menunjuk tanah dengan tangan mungilnya.
"Cepat gali Zoe." Gumam Draco, sambil menunjuk tempat yang ditunjuk si kucing.
Zoe langsung melempar sekop ke tempat yang ditunjuk, Si kucing segera menyingkir dan lompat ke pelukan Jun.
Zoe lalu memberi sihir dari tongkat sihirnya agar sekopnya dapat menggali dengan sendirinya. Lesung pipi terlihat jelas diwajahnya, sepertinya dia bangga dengan sihirnya barusan. "Aku mempelajari itu hanya dua menit asal kalian tahu."
Tidak sampai lima menit sekop itu terjerembab kedalam ruangan didalamnya. Si kucing putih itu melompat dan masuk lebih dulu.
"Larsen memang tidak ada takutnya ya?" Allen menerangi dengan cahaya dijung tongkat sihirnya. "Bukannya lebih baik kita kembali saja?"
Draco tidak memperdulikan Allen, dia tidak akan berani kembali ke kelas saat jam pelajaran berlangsung begini, bisa-bisa lima puluh poin lenyap begitu saja. Ia langsung menyusul Larsen melompat masuk kedalam.
Tidak ada yang ikut melompat setelah Draco masuk, mereka menunggu kabar yang sudah masuk terlebih dahulu, mencegah ternyata didalam sana bisa saja ada mayat atau Zombie? Atau yang lebih buruk ternyata didalam sana ada kecoa yang dapat terbang.
"Allen lempar tongkatmu!" Teriak Draco dari dalam lubang.
"Memang kemana tongkat mu?" Allen membalas ragu.
"Berikan saja tongkat mu." Jun menyarankan, agar lebih cepat.
"Bukannya Draco juga ada tongkat, kenapa tidak pakai miliknya?" Allen beralasan.
Jun yang dekat dengan Draco seperti perangko langsung merebut tongkat milik Allen dan melemparnya dalam lubang. "Banyak tanya kau, Draco tidak bawa tongkat sihir kesini." Jelasnya.
"Mustahil, bagaimana dia bisa ke Durmstrang tanpa tongkat sihir?"
"Dengan nama Malfoynya."
Zoe hanya memperhatikan pertikaian itu sambil menyadari hal yang aneh. "Tunggu dulu, dimana Adam, Alf? Dan.. Isaac?" Ia menyadari ketidak hadiran dari gang nya.
Allen menghentikan percakapan sengitnya dengan Jun. "Adam ada kelas herbologi, katanya dia tidak bisa bolos di mata pelajaran kesukaannya." Jelas Allen.
"Alf ada hukuman, dan Isaac, kurasa dia tidak ada kalau Draco ada." Jelas Jun, matanya yang barusan menatap Zoe lalu kembali menatap sinis Allen.
"Cepat masuk!" Larsen berteriak dari dalam.
Semuanya langsung bergegas masuk seperti mendengar perintah panglima mereka.
Ekspektasi mereka melihat ruang gelap berdebu dengan jaring laba-laba dimana-dimana sepertinya terbantahkan, ruang didalam mirip seperti ruang rekreasi mereka. Ruangan itu dipenuhi sofa, bantal, perapian, beberapa buku bacaan, kamar mandi, bahkan Temboknya bercat berwarna abu dengan tulisan huruf hangeul yang hanya Jun dan Draco yang tahu artinya.
Zoe kembali menunjukan lesung pipinya. "Aku lupa kita punya ruangan seperti ini." Ia langsung melompat di sofa.
"Aku barusan menyihirnya sedikit." Larsen memberitahu. "Tadinya ruangan ini buruk."
"Kurasa ini akan menjadi tempat cabut kelas terbaik kita!" Allen bersemangat.
Jun dengan mata sipitnya yang terlihat tidak senang itu melempar lucutan serangan dari tongkat sihirnya. "Heh keparat manja, tadi kau bilang ingin kembali ke kelas saja!"
"Oh, oh, Jun Choi, kau ini tidak bisa bercanda ya?" Allen tampak santai.
"Kalau sudah begini, alasan kau bercanda, muak sekali aku lihat kau." Jun mengarahkan tongkatnya.
Zoe memberi tepuk tangan meriah. "Ayo duel! cepat bertengkar!! aku suka ini!!!"
Draco hanya tersenyum melihat pemandangan yang sudah lama tak dilihatnya. Mungkin kalau Draco di Hogwarts, dia sedang belajar di kelas sambil curi pandang ke arah Hermione, lalu setelah itu belajar bersama Hermione, makan siang bersama Hermione, dan saat sore pergi ke danau hitam bersama.. ya gadis itu lagi.
...
"Cepat minum ini." Ron memberinya segelas air putih.
Hermione meminum nya dengan terburu-buru. "Terima kasih Ron." Ia menahan napasnya, agar cegukannya cepat hilang.
"Cepat berkumpul!" Gumam Wilkie Twycross, dia adalah salah satu pengajar dari kementrian sihir.
"Seperti yang aku ajarkan ada tiga hal yang harus kalian ketahui saat ingin melakukan Apparate yaitu tujuan, penentuan, dan pertimbangan." Ia mengucapkan kata-kata itu berulang dari pertemuan awal hingga sekarang, entah pertemuan keberapa.
"Hermione, itu Harry!" Ron menunjuk Harry yang hanya tersenyum diluar great hall.
Hermione lalu melambaikan tangannya pada lelaki berkaca mata itu. "Coba saja Harry bisa sihir hitam, harusnya walau belum 17 tahun dia sudah bisa apparate." Bisiknya dengan Ron.
"Kau terlalu sering bermain dengan Malfoy Mione, Harry mana mungkin mau mempelajari sihir hitam." Jelas Ron ragu.
Hermione jadi teringat lelaki itu, sial, ia jadi teringat perkamen dari Blaise. Harusnya hidupnya tidak tenang, tapi bisa-bisa ia masih bercanda tawa dengan Ron dan Harry disini.
Tiga jam yang terasa seperti selamanya kini selesai, berakhir dengan Hermione yang sudah berhasil dengan tesnya dan Ron yang mengalami splinched di alisnya.
"Ada apa dengan alismu itu?" Harry menunjuk alis milik Ron.
"Kau akan mendapatkamnya kalau kau sudah tujuh belas tahun nanti, mana bisa kau memikirkan tiga hal itu bersamaan." Ron menjelaskan, kepalanya pening dengan pertanyaan dengan alisnya yang bentuknya seperti garis putih putus-putus di jalan raya.
Harry menertawakan sahabatnya itu puas. Kapan lagi bisa melihat wajah anehnya makin aneh kan?
"Kalau kau pernah menonton Spongebob kau pasti tahu ini Ron." Harry berdehem menyiapkan untuk memperagakan kartun tentang spons kuning itu. "Kosongkan semua pikiran, sampai kau benar-benar tidak melakukan apa-apa."
Hermione menahan tawanya sebisa mungkin. Dan Ron hanya kebingungan dengan dua temannya.
...
Vomment💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]