Draco langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Sangat nyaman.
"Sudah berapa kali kukatakan jangan berbaring di kasurku pirang!" Blaise meneriaki Draco, dirinya masih sibuk bermain bermain catur sihir dengan Goyle.
Draco beranjak dan lalu kembali menjatuhkan tubuhnya ke kasur disebelahnya.
"Draco itu kasurku!" Kini Goyle yang protes.
Draco tampak tidak bergerak sedikitpun, ia juga tidak merespon pemilik kasur yang ditidurinya.
Theo datang hanya dengan handuk menutupi area privatnya. "Salazar! ada mayat dikasurmu Goyle?" Lelaki setengah waras itu berlari lalu melompat dan menimpa Draco yang sangat sudah tertidur lelap.
"For God sake, Theo!" Draco geram lalu terduduk di kasurnya, sambil melihat Theo yang terbaring setengah telanjang disampingnya. Dengan seluruh dendam karna telah mengganggu tidurnya ia mengambil tongkat sihir nya dan merubah handuk theo menjadi ular.
Draco beranjak pergi ke kasur milik Theo. Ya, Draco memang tidak mau tidur dikasurnya sendiri karna ia belum mandi saat itu. Ia tidak mau mengotori kasur miliknya.
"Demi rambut Salazar! Draco apa yang kau lakukan?" Theo terkejut melihat ular didekatnya. "Blaise? Goyle? Cepat bantu aku!"
Draco tertawa puas, kau harus melihat Theo yang tidak berbusana dan berkeringat dingin melihat ular. Aneh juga, Ular yang takut dengan ular.
Blaise dan Goyle masih sibuk dengan catur dan belum melihat temannya yang kacau berat itu. "Tunggu sebentar mate."
"Draco keparat cepat bantu aku!"
Draco mengarahkan tongkatnya pada si ular. "Mantra apa yang harus dikeluarkan ya?" Draco berpura-pura tidak paham
"Cepat!!"
"Engorgio" Ular yang awalnya hanya sebesar penggaris 30 centi kini membesar hampir memenuhi kasur. "Sepertinya ular ku ingin berkenalan dengan ular milikmu." Draco menggodanya.
"Persetan denganmu Draco!" Theo hampir menangis.
Blaise dan Goyle yang terganggu dengan kebisingan temannya, akhirnya menengok ke arah Theo. "Janggut Rowena! Kenapa ada ular disini?" Blaise kemudian melirik Draco yang malah tertawa sambil menggulingkan badannya. "Draco you okay?"
"Vipera evanesca." Goyle menggunakan tongkat sihirnya. "Tidak usah berterima kasih, cepat pakai baju mu!"
Theo lalu melenggang pergi sambil menutupi area privatnya. "Awas kau Draco!" Ancamnya sebelum pergi.
"Itu sebabnya jangan membangunkan naga yang sedang tertidur." Ucap Draco sebelum ia kembali memejamkan matanya kembali.
"Yeah, mate kau pasti lelah habis berkencan dengan Granger."
"Ya, lebih lelah daripada pertandingan quidditchmu Zabini." Jawab Draco yang belum benar-benar tertidur.
"Aku masih belum habis pikir, kenapa kau berkencan dengan Granger, dia seorang darah lumpur." Komentar Goyle sambil menggerakan kudanya memakan ratu milik Blaise.
"Kuda sialan."
"Siapa juga yang berkencan, aku hanya merasa bersalah padanya. Lagipula, ayahku akan terkena serangan jantung di azkaban kalau tahu aku berdekatan dengan darah lumpur menjijikan itu." Balas Draco ditempat tidur milik Theo. "Aktingku bagus bukan? Dengan bermain bersama para singa itu? Mereka tidak akan sadar aku pelahap maut."
"Omong kosong Drake, sebentar lagi kau akan jatuh cinta dengannya." Blaise menasihati Draco. "Tapi ada benarnya, mereka tidak akan tahu kau pelahap maut, pintar juga kau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]