Truth

495 67 4
                                    

Draco membawa Hermione menuju menara Astronomi. Tempat yang aman untuk membicarakan hal yang sangat rahasia.

Hermione memang kecewa karna Draco menyembunyikan semuanya darinya. Tapi, ia paham posisi Draco, ia tidak punya pilihan.

Draco sesekali melihat Hermione dibelakangnya. Memastikan gadis itu tidak kelelahan.

"Sebenarnya untuk apa kita kesini Draco?"

"Oke, jadi darimana harus aku mulai menjelaskannya?" Draco bertanya sedikit gugup.

Hermione malah tertawa melihat wajah dingin yang sombong itu bisa panik gelagapan begitu. "Santai saja, ini hanya aku, bukan Harry yang mendengarnya."

Draco lalu berjalan menuju balkon, Melihat pemandangan langit sore menjelang malam. Disusul Hermione dibelakangnya. "Aku pindah dari sekolah lamaku, untuk memenuhi misi dari Dark Lord untuk.."

Hermione memiringkan kepalanya. "..untuk?"

"..Membunuh Dumbledore." Draco mengucapkannya dengan penuh keringat mengalir. Hermione tampak membeku mendengarnya, gadis itu membuang wajah dari Draco karna tak tahan jika akan mendengar hal yang mungkin lebih buruk lagi.

"Dark lord melakukan itu karna, kau tahu. Karna ayahku tertangkap, para pelahap maut jadi kembali terekspos. Dan dia menghukum ayahku lewat aku." Jelas Draco santai.

"Akhirnya aku menjadi pelahap maut, pindah kesini, dan sepertinya membuat banyak masalah?" Draco melirik Hermione. Gadis itu tak kunjung menoleh ke arahnya. "Mione?"

Hermione hanya memandang kebawah dengan kosong. "Tapi kau menjadi pelahap maut bukan karna keinginanmu kan? Dan k-k-kau tidak akan melakukan misi membunuh Dumbledore kan? Jawab!"

Draco tidak tahu harus menjawab yang mana dahulu pertanyaan Hermione. "Yang jelas aku harus melakukan misi itu kalau ingin tetap hidup... dan ibuku hidup... dan juga ayahku hidup." Jawabnya penuh berpikir.

"Gila ya? Mana mungkin kau membunuh orang sebaik Dumbledore? Pasti ada pilihan lain." Hermione menaikan suaranya.

Draco masih mencoba tenang di suasana yang sudah berantakan. "Kau lupa sesuatu Mione? Aku seorang Slytherin? Kurasa itu bukan misi yang berat."

"bUKaN MisI yANg bERat?!" Ia mengulang kata-kata bodoh Draco. "Kau pikir satu dunia sihir tidak mengejar-ngejar nyawamu hah? Tidak berpikir sampai kesana?"

"Aku bisa bilang itu dibawah imperius the dark lord kan? Mudah?"

"Draco aku tidak tahu kau ternyata begini.." Ia terhenti dan melihat mata abu miliknya, Merlin jadi begini sifat aslinya, sama saja seperti Slytherin pada umumnya. "Maksudku kau bermain dengan semua orang tidak memilih-milih asrama bahkan status darah seperti Slytherin kebanyakan. Kau ramah pada siapapun, pintar disemua pelajaran, tapi aku tidak habis pikir, jadi itu semua hanya topeng untuk menutupi kalau kau itu pelahap maut?" Tak terasa air matanya mengalir, dan Draco bahkan masih sempat menertawakan kecengengan Hermione.

"Maafkan aku merusak suasana." Katanya tanpa berdosa setelah tertawa saat melihat Hermione menangis, gadis itu menggemaskan. "Kau benar, aku sama saja busuk nya dengan Slytherin lainnya. Kau tahu kenapa aku mau bermain bersama darah lumpur sepertimu? Karna aku merasa bersalah telah membuatmu sakit karna kutukan salah sasaran itu, itu seharusnya untuk si tua Dumbledore. Aku awalnya hanya ingin beberapa hari saja baik padamu, tapi aku sadar.. kau bisa kumanfaatkan." Draco ragu mengucapkan kata terakhirnya, bukan itu yang Ia maksud, tapi kenapa kata sialan itu yang keluar.

Hermione menghapus air matanya, tidak pantas Ia menangis untuk orang seperti lelaki bodoh itu. "Kupikir kau berbeda." Ucapnya lirih.

Draco ingin memeluk Hermione erat, tapi. Itu terlalu bodoh untuk dilakukan sekarang. "Aku sama saja seperti Slytherin yang kau pikir, licik, berambisi, dan hal buruk lainya."

Walau Hermione sudah sangat kecewa tapi dia tahu, Draco tidak seperti yang diucapkannya. "Tapi kau bisa berubah kan?" Ucapnya setara dengan bisikan. Ia masih berharap dalam hati kecil Draco tak menginginkan ini semua.

"Kalaupun aku berubah bukannya itu tidak akan mengubah reputasi keluargaku yang sudah telanjur buruk? Maksudku, kau pernah baca dikoran keluarga Malfoy membagikan buku gratis kepada yang membutuhkan? Tidak kan? Kami memang buruk, dan aku keturunannya juga pasti buruk." Draco tidak tahu kenapa Ia jadi menjelekan dirinya sendiri, tapi, Ia merasa sudah saatnya Hermione tahu Draco bukanlah orang yang pantas untuknya.

Draco menarik lengan kemejanya dan memperlihatkan tanda kegelapan di tangan putih pucatnya. "Kau tahu rasanya benda ini menempel ditanganmu? Kau tidak akan tahu." Jawabnya.

Hermione memang tidak tahu begitu banyak beban yang dipikul Draco, tapi, bukankah kebaikan selalu menang. Lelaki itu terlalu pengecut hanya karna Voldemort bodoh itu.

"Kurasa kau sudah tahu semuanya, kau bebas memberitahu temanmu atau mungkin si Potty bodoh itu." Draco sok berani.

Hermione langsung menyeka air mata yang membanjiri kedua pipinya. "Satu hal, berpura-pura lah kita tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya." Ia lalu pergi begitu saja.

Draco hanya tertunduk saat Hermione sudah berjalan cukup jauh. Sambil mengutuk tanda sialan itu di tangannya. "Misi sialan!" Ia mengacak-acak rambut pirangnya "Dan ayah sialan, juga Voldemort sialan, juga... aku.. aku sialan."

...

Vomment 💕💕💕

Cringe bgt dah w nulis nya

Through The Uwu Side [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang