Every Letter.

411 57 5
                                    


Lelaki berkacamata bulat dan sahabatnya lelaki berambut merah sedang bermain catur sihir bersama. Keduanya sangat asyik hingga melupakan salah satu sahabatnya yang sedang membaca dengan tenang didekat mereka.

"Mau kemana kau kuda sialan!" Ron mengumpat pada kuda milik Harry yang dari tadi melahap banyak pion miliknya.

"Ke hatimu." Goda Harry, Kudanya melangkah membentuk huruf L. "Rasakan itu ratu bodoh!"

"Jangan berisik!" Hermione memperingati dua sahabatnya itu. "Kenapa tidak kalian bermain dikamar kalian sana!"

Harry dan Ron menatap Hermione ketakutan. Tapi, tetap saja keduanya memberanikan diri menjawabnya "Biasanya kau membaca di perpustakaan." Ron menyarankan.

Hermione melempar bukunya dengan kasar dan menatap seram kedua sahabatnya itu. "Aku sedang pusing mencari tentang Hoflux ya! Eh Honduras, Horizontal aduh aku lupa namanya."

Harry dan Ron berbalik dan kembali memainkan catur mereka.

"Aku harus sering bermain catur agar dapat lebih tenang menghadapi ujian untuk tahun terakhirku." Jelas Harry, sambil membetulkan kacamatanya yang terlalu turun.

"Kurasa kau dapat menjadi Auror dengan mudah Harry." Ron tiba-tiba membahas cita-cita sahabatnya itu. "Maksudku, setelah beberapa kali mengalahkan Kau-tahu-siapa, pasti mereka tahu kau layak." Ia menggerakan pionnya yang tersisa.

"Ron! Harry!" Hermione kembali memanggil kedua sahabatnya itu.

"Apalagi?" Jawab keduanya malas.

"Aku kehilangan buku ramuan ku, apa kalian melihatnya? Sampulnya sudah jelek?"

"Jangan tanyakan buku padaku, jelas tidak tahu." Ron menggeleng.

"Harry?"

"Tentu tidak, kenapa juga kau mencari buku itu?"

"Buku itu penting, kalau kalian melihatnyanya dimanapun, beritahu aku!" Ia lalu melanjutkan membacanya.

...

30 hari kedepan

Draco menatap wanita tua didepannya dengan kesal sambil mengunyah permen karet dimulutnya.

"Draco, kau masih tidak mau jawab?" Wanita tua itu tersenyum.

"Bu sudah aku bilang, liburan kurang panjang jadi aku tidak ke Hogwarts." Jawabnya.

"Jawab dengan jujur."

Draco membuat balon dari permen karetnya lalu membiarkannya membesar sampai meledak lalu kembali mengunyah permennya. "Kau bilang apa tadi?"

Narcissa Malfoy lalu memegang kedua tangan putra tunggalnya itu. "Jawab jujur, kau sebenarnya tidak mau melakukan yang disuruh the dark lord kan?

Draco tidak menjawab, mata Draco berputar melihat kedatangan bibinya dari belakang ibunya, teriakannya selalu berhasil membuat buang air siapapun lancar. "Draco! My boy!" Bellatrix menghampiri Draco.

"Boleh aku ke kamar mandi sebentar bu?" Draco terlihat pucat.

"Darimana saja kau? Keponakan nakal!" Bellatrix bertanya sambil memainkan rambutnya.

"Dari kamarku." Jawabnya malas.

"Maksudku darimana saja kau selama sAtU BuLAn InI? Kau tidak mungkin berada dikamar saja selama satu bulan terakhir ini kan?" Bellatrix kembali bertanya.

"Dia pergi ke Durmstrang dan mengajak temannya disana juga membolos." Jawab Naricissa.

"Apa!" Bellatrix memberikan tatapan marah saat mendengar jawaban Narcissa, lalu ia malah tertawa dan tersenyum. "Aku suka anak nakal." Ia berkata semangat. "Aku dulu juga sangat nakal sepertimu, sampai sekarang juga."

Through The Uwu Side [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang