Sweet Liar.

408 59 2
                                    

"Kau tidak mau makan itu?" Ron bertanya sambil menatap berbinar daging asap milik Hermione yang masih utuh.

"Tidak." Hermione mendorongkan piring itu pada Ron. Sarapan hari itu terasa membosankan baginya, seperti hambar dilidahnya.

Dagunya menempel dengan meja saking malasnya untuk tegak.

"Kau masih kesal karna kelas sejarah tadi?" Tanya Ron mencoba memahami keadaan Hermione.

"Iyalah, kau bayangkan saja kau hanya dekat dengan satu orang, tapi seluruh dunia tahu." Tangannya menopang kepalanya yang pusing.

"Mione berbalik cepat." Ron menggoyangkan bahu gadis itu.

"Apasi?" Balas Hermione ketus, ia lalu menoleh ke belakangnya. Demi uban Rowena, Hermione segera mengelap matanya berharap itu bukan mataforgana di siang suram.

Matanya langsung bertemu dengan mata abu diseberangnya. Mungkin kalau adegan ini di slowmotion dan diberi lagu romantis sudah bisa menyaingi drama korea.

"Hermione?"

"Draco?"

"Kalian tidak ada yang mau sebut Ron?" Tanya lelaki merah itu sambil menyuapkan makan siang ke mulutnya.

Tapi apa daya, waktu makan siang habis, dan sudah saatnya untuk semua murid pergi ke kelasnya.

Kecuali kedua pemeran utama kita tentu saja, mereka lebih memilih pergi ke lapangan quiditch daripada ke kelas. Keduanya akan terlalu pintar kalau terlalu sering belajar.

"Jadi, kau mau mulai darimana?" Hermione menggiring Draco untuk menjawab kemana lelaki itu pergi selama ini, jujur, hal itu lah yang membuatnya sangat kuatir.

"Dua minggu lagi pertandingan Slytherin melawan Hufflepuff." Draco memberitahu riang.

"Jawab yang aku tanya." Hermione menaikan suaranya.

"Lalu sebelum ujian nanti, ada pertandingan Gryffindor melawan Ravenclaw." Draco melanjutkan pembicaraan tentang quidditch nya.

Hermione menyilangkan tangannya dan memajukan bibirnya.

"Nanti aku cerita, kau jawab dulu, nanti dukung yang mana?"

"Gryffindor."

"Kalau, saat Slytherin lawan Hufflepuff?"

"Hufflepuff."

Draco menaikan satu alisnya dan menatap gadis itu tak percaya. "Kau yakin? Aku ikut bertanding loh... sebagai cadangan ketiga." Jawabnya nyengir.

Hermione memberikan tatapan ganasnya. "Kau pergi selama satu bulan, dan malah membicarakan ini?" Wajahnya merah padam menuju gosong.

"Baik, baik, aku pergi ke Durmstrang, lalu ya, sekolah seperti biasa."

"Bohong."

"Serius."

"Bohong!"

"Aku memang pergi kesana, memang tempat sembunyi manalagi yang akan aku datangi? Ayolah, kau kan penyihir hebat dalam usia mu, tinggal pakai polyjuice saja dan orang kan tidak kenal denganku." Ia menyeringai.

"Memangnya tidak apa-apa?"

"Tidak boleh sih."

"Kenapa dilakukan?"

"Tonton ya kalau aku bermain quidditch."

"Kenapa dilakukan?" Hermione mengulang.

"Aku cadangan ketiga, setidaknya aku hanya harus tunggu dua orang cedera tiga kali berturut-turut, semoga itu seeker atau keeper."

Through The Uwu Side [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang